DAMPAK NEGATIF DARI KEBEBASAN GADGET DALAM PEMBELAJARAN DARING BAGI GENERASI BANGSA (1)
Oleh : Nefrizal, S.Pd
#TantanganGuruSiana Hari ke-88
Hari ini kita sebagai pendidik merasakan kegundahan yang luar biasa. Bukan karena siswa tidak belajar dan menyerahkan tugas daring. Bukan karena siswa tidak bisa daring karena keterbatasan uang untuk beli paket internet. Bukan itu? Saya menggeleng-gelengkan kepala tak habis pikir mendengar berita anak-anak usia SD “memperkosa” teman perempuan sekelasnya. Mereka anak SD ini tidak seorang saja, mereka beramai-ramai. Tapi anehnya siswa perempuannya merasa tidak terpaksa, alias suka sama suka. Innalillah. Dimana mereka dapatkan pengetahuan sesat ini. Keberanian macam apa yang ingin mereka perlihatkan kepada orang dewasa. Sebegitu gawatkah moral dan akhlak anak-anak kita yang masih berusia SD?
Saya hanya bisa menarik napas dalam-dalam. Merasakan kengerian yang luar biasa terhadap anak-anak kita. Apa yag salah dengan pendidikan kita? Dimana letak benang merahnya. Selidik punya selidik anak-anak usia SD yang tinggal di perkampungan ini mempunyai teman yang dituakan diantara mereka. Ketua anak-anak ini adalah anak dari keluarga broken home. Orang tua anak ini bercerai. Jadilah anak ini kurang perhatian dari orang tua. Orang tuanya yang single parent sibuk mencari nafkah untuk keluarga. Anak pun sibuk dengan urusannya sendiri. Kurangnya perhatian orang tua terhadap pergaulan anak, maka anak mencari pergaulannya sendiri yang anak anggap dapat memberikan kesenangan kepadanya. Pergaulan yang salah ini membuat anak mendapatkan pengetahuan yang sesat, terutama dari foto dan tontonan berkonten dewasa. Setelah anak-anak lihat mereka pun sebarkan keteman-temannya lewat media sosial. Setelah itu siasat apa yang mereka buat sehingga terjadi kejadian di atas.Na’uzubillah.
Untuk itulah pentingnya peran orang tua, sekolah dan lingkungan untuk menjadi pengarah anak-anak agar tidak jatuh kedalam pergaulan bebas. Pergaulan tanpa batas dan melanggar syariat agama. Dewasa ini pengaruh media sosial sangat besar mempengaruhi pergaulan anak muda. Dari media sosial itu foto, audio dan video yang berkonten dewasa sangat mudah tersebar. Foto, audio dan video berkonten dewasa ini sangat mempengaruhi pikiran anak-anak yang dimana mereka sedang dalam masa pubertas. Masa dimana mereka mencari jawaban akan petanyaan-pertanyaan yang muncul dalam ruang pikiran mereka. Jika mereka salah dalam mencari jawaban karena tidak dituntun orang tua maka ini sangat berbahaya. Apalagi kecanggihan teknologi dan informasi dikuasai anak-anak dengan cepat dibandingkan orang tua.
Kebebasan media sosial harus diwaspadai oleh orang tua dan guru disekolah agar generasi muda bangsa Indonesia menjadi generasi emas, generasi terbaik pada tahun 2045. Apa lagi dengan alasan pembelajaran daring ini anak-anak diberi kebebasan untuk menggunakan gadget mereka. Untuk anak usia SD orang tua masih menuntun untuk komunikasi dengan guru mereka. Pemberian tugas masih dipandu oleh orang tua. Untuk anak usia SLTP dan SLTA ini harus menjadi perhatian kita semua sebagai guru dan orang tua. Gadget yang dibelikan orang tua dengan uang yang dicari oleh orang tua dengan susah payah malah menjadi sebab kehancuran masa depan anak itu sendiri.
Kalau mereka searching digoogle situs dengan konten-konten dewasa, maka beberapa situs sudah diblokir oleh Kominfo. Tetapi kalau konten itu disebar lewat media sosial, itu tidak ada sensornya. Konten itu tersebar dengan cepatnya. Inilah tantangan moral dan akhlak yang benar-benar serius untuk generasi milenial sekarang. Apa lagi dimasa pembelajaran daring lewat media sosial seperti WA, IG dan Twitter. Foto dan video konten dewasa bertebaran di dunia maya yang tidak bisa diawasi oleh orang tua, Apa lagi guru. Peran guru sudah dibatasi dengan pembelajaran daring. Pembelajaran daring baru sekedar memberi tugas agar siswa mempunyai kegiatan. Sedangkan makna pembelajaran bagi siswa untuk membentuk karakter moral dan akhlak masih jauh dari harapan. Ditambah lagi orang tua sibuk dengan kegiatan mencari nafkah. Bisakah kita bayangkan generasi seperti apa yang lahir dari pembelajaran daring karena wabah pandemi Covid-19 ini, jika kita sebagai orang tua tidak berpikir sejauh ini.
Oleh karena itulah saya berharap kita dapat mengetahui hal ini. Kebebasan bermedia sosial bagi anak-anak kita dapat kita awasi. Berikan anak gadget tetapi orang tua dapat mengontrolnya. Atau jangan belikan sama sekali. Saya memilih tidak membelikan gadget kepada anak-anak saya karena begitu besar pengaruhnya karena anak-anak saya masih berusia SD. Jika ada yang memberikan gadget kepada anak-anaknya dengan alasan pmbelajaran daring ini boleh saja asalkan orang tua bisa memantau gadget anak sambil diberikan nasehat agama terhadap konten-konten yang tidak sesuai. Rasa keimanan dan ketakwaan itu yang penting ditanamkan kepada anak-anak sedari kecil. Sehingga mereka dengan kemauan sendiri menjauhi hal-hal yang negatif tadi. Kesadaran seperti ini yang perlu ditanamkan kepada anak-anak dengan memberikan nasehat agama. Bersambung.
Bukittinggi, 20 Agustus 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Pisau bermata dua
Hal ini yang ditakutkan. Gadget mulai menguasai para generasi
Miris ya pak...ini yang menjadi tugas utama para guru agar tidak terjadi kerusakan moral yg lebih parah pada murid kita gara gara gadget. semangat
Setuju pak, perlu pengawsan yang ketat. Serba dilematis memang situasi saat ini. Salam literasi
Setuju pak guru. Ini dilematis memang. Kita berharap yang terbaik smg pandemi sgera berlalu. Kereen ulasannya pak gur
Nah inj lah, yang sangat dikuatirkan, jika anak sd tanpa didampingi oleh orang tua mereka. Termasuk anak sltp dan slta org tua hanya melepaskan begitu saja. Perlu kerjasama diantara kita
Iya pak dilema sekali, kalaupun pembelajaran tatap muka, tapi jika di rumah mereka bebas pakai HP, maka pembentukan karakternya juga sulit pak utk di tuntut, karena ortu banyak yg takut skrg dg anak.
Dilema, generasi gadget, pendidikan agama perlu ditingkatkan seperti nya pA.....
Miris
Ini menjadi masalah kita bersama,pak. Semoga kekuatan pend agama dan keluarga bisa mem back up.
Sebelum covid kita larang siswa bawa gadget ke sekolah. Sekarang...
Iya Pak. Kebebasan menggunakan gadget sangat besar dampaknya pada anak-anak yg belum bisa memilah mana yg pantas dan tidak pantas untuk di tonton. Kita sebagai or6tua harus senantiasa mengawasi mereka.
Setuju, kegalauan tingkat dewa diliputi dilema berkepanjangan
iya memang dilema, masalah kebebasan gadget ini.
Seperti pisau bermata dua. Dimana dampak negatifnya lebih besar dari dampak positif untuk siswa tingkat rendah dan dampak positif lebih besar untuk para pebisnis.