Nefrizal

Menjadi pembelajar sejati.... Tuliskan apa yang kamu baca, baca apa yang kamu lihat. Lihat apa yang terlihat dan tersurat dengan mata kepala dan mata hati. Nis...

Selengkapnya
Navigasi Web
DARI IBU KOTA KE PELOSOK DESA PENUHI PANGGILAN JIWA
acara pelepasan siswa kelas XII (dokumen pribadi)

DARI IBU KOTA KE PELOSOK DESA PENUHI PANGGILAN JIWA

DARI IBU KOTA KE PELOSOK DESA PENUHI PANGGILAN JIWA

Oleh : Nefrizal

#TantanganGuruSiana hari ke-34

Tahun 2004 adalah tahun yang tidak pernah dilupakan karena di tahun itu aku diwisuda. Tepatnya 1 Maret 2004 aku dan teman-teman diwisuda, sebuah prosesi akhir perkuliahan di IKIP Padang. Tercapai sudah cita-cita jadi mahasiswa dan mendapat gelar sarjana, S.Pd Sarjana Pendidikan. Dua bulan sebelumnya, setelah ujian skripsi aku sudah mengajar di sebuah sekolah swasta sambil mengisi waktu sebelum ijazah diterima. Mau kemana setelah wisuda dan mendapat gelar sarjana belum pasti dalam pikiranku. Yang jelas tidak menjadi beban orang tua lagi. Jadilah aku bolak-balik Padang-Painan untuk mengejar beberapa jam honorku disekolah itu. Dua bulan kulalui gaji yang diterima cukup buat ongkos dan pengganti baju yang sudah usang. Beginikah nasib guru honor batinku. Tetapi keyakinanku akan suatu hal “Bialah kaki mangakeh asalkan muluik lai mancotok” yang maksudnya adalah biarlah bersusah payah untuk mencari penghidupan. Kebetulan yang aku ajar adalah siswa SMK kelas 3 yang sudah menempuh UN dan UKK. Bulan maret itu aku diwisuda dan jam mengajarku pun selesai sudah.

Bulan April 2004 aku masih di Padang masih berputar-putar sekitaran kampus mana tau ada objekan yang dapat dikerjakan. Ternyata usahaku tidak sia-sia. Ada pengumuman lowongan kerja dari sebuah perusahaan di Bekasi. Sebuah perusahaan elektronika PMA, asal Korea subkontrak PT. Samsung Electronics Indonesia. Alhamdulillah namaku ada diantara 20 orang yang diterima. Akhir April kami sudah terbang dengan Garuda ke Jakarta. Perkataan teman-temanku dulu waktu sekolah sudah aku bantah bahwa tamatan IKIP hanya jadi guru, tidak bisa kerja di perusahaan. Alhamdulillah aku bisa. Bekerja di perusahaan jauh berbeda dari pegawai negeri. Disiplinnya begitu ketat dan tidak main-main. Satu menit saja terlambat gaji lembur dipotong satu jam. Hal inilah yang membuat karakter karyawan swasta jauh lebih kuat dari pegawai negeri. Tetapi insentif dan gajinya juga lumayan. Alhamdulillah.

Enam tahun aku bekerja diperusahaan, akhir tahun ke enam aku sudah bekerja di Jakarta sebagai Asst. Manager. Sebuah jabatan yang cukup mentereng menurutku. Dulu ketika aku resign dari perusahaan lama aku konsultasi dengan seniorku yang sudah lama bekerja di perusahaan. Kalau bekerja diperusahaan atau dimanapun “ Lebih baik jadi kepala ular daripada ekor gajah” katanya. Maknanya lebih baik kita jadi kepala di suatu perusahaan walaupun itu perusahaan kecil dari pada jadi bawahan di perusahaan besar. Kita bisa mengambil keputusan sendiri. Kita jadi leadernya. Jadilah aku pindah kerja ke Jakarta, Ibu Kota. Waktu itu aku sudah menikah. Tepat setahunnya, setelah Lebaran September 2009 setelah anak pertamaku lahir. Kota Padang, tempat istriku tinggal digoncang dahsyatnya gempa. Dan itulah akhir cerita aku bekerja di ibu kota. Usulan mertuaku lebih baik dekat keluarga.

Akhir 2009 aku mendaftar jadi PNS di Kabupaten Agam. Alhamdulillah diterima. Akhir cerita di ibu kota awal kisah baru jadi guru. Ya menjadi guru, sebuah cita-cita yang dulu aku rindu kini akhirnya jadi kenyataan. Inilah panggilan jiwaku. Inilah duniaku. Walaupun penghasilannya tak seperti karyawan perusahaan tetapi hati jadi tenang. Dekat dengan keluarga dekat dengan orang tua. Kisahku kini jadi cerita bagi siswa-siswaku. Aku yang dulu anak petani, sekolah di SMK akhirnya bisa jadi mahasiswa, sarjana dan bekerja di perusahaan. Motivasi ini yang sering aku sampaikan agar mereka juga bisa mengubah nasib keluarga. Apa lagi sekarang ada beasiswa dari pemerintah untuk melanjutkan kuliah. Sembari aku akhiri dengan sebuah kata-kata “ Permata itu akan tetap permata walau ia berada dalam lumpur, tugas Ananda adalah bergerak kepermukaan dan biarkan orang melihat kemilaunya”. Orang lain tidak akan tahu kalau Ananda adalah permata kalau tetap dalam lumpur, maka tunjukkan kemilau Ananda dengan prestasi dan karya. Dan jangan lupa berdoa, minta doa orang tua agar jalan Ananda terbuka.

@maninjau, 27 Juni 2020

#TantanganGuruSiana hari ke-34

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap dan menginspirasi.

28 Jun
Balas

Keren bun

27 Jun
Balas

Pengalaman yang menginspirasi... Salam literasi pak

27 Jun
Balas

Pengalaman yang menginspirasi... Salam literasi pak

27 Jun
Balas

Pengalaman yang menginspirasi... Salam literasi pak

27 Jun
Balas

Keren cerpennya pak, butuh perjuangan banget pak ya

27 Jun
Balas

Super sekali pak, "Lebih baik jadi kepala ular daripada ekor gajah. Nasehat yang senada jg pernah saya terima dari dosen saya, "Lebih baik jadi boss kecil darpada pesuruh besar"

28 Jun
Balas

pengalamannya luar biasa.. sukses selalu pak

27 Jun
Balas

Mantab,pak sukses selalu

27 Jun
Balas

Masya Allah. Experience is the best teacher.

28 Jun
Balas

Menginspirasi dan motivasi Pak

27 Jun
Balas

Menginspirasi dan motivasi Pak

27 Jun
Balas

Semoga selalu semangat terus pak, tetap berkilau seperti permata memberikan cahaya inspirasi kpd siswa, sahabat dan keluarga.

28 Jun
Balas



search

New Post