RENDANG KULINER KHAS MINANGKABAU, MAKANAN TERLEZAT DI DUNIA (Hari ke-69)

Oleh : Nefrizal, S.Pd

Guru SMK Negeri 1 Tanjung Raya

Kabupaten Agam Sumatera Barat

#TantanganGuruSiana hari ke-69

Perayaan Idul Adha lebih dikenal juga dengan Idul Kurban. Sudah tentu ada daging kambing atau daging sapi. Ditempat penulis masyarakat terbiasa berkurban dengan sapi. Sesuai syariatnya semua orang muslim baik kaya maupun papa dapat menikmati sajarek (sekantong) daging yang dibagi-bagikan oleh panitia kurban. Banyak olahan daging sapi ini untuk dijadikan kuliner atau masakan. Salah satu masakan yang paling sering dibuat oleh masyarakat Minang adalah Randang (rendang). Marandang atau "secara lambat".

Dahulunya rendang ini adalah makanan bawaan para perantau karena tahan lama dan tidak mudah basi. Para jamaah haji dari Minang juga membawa rendang untuk bekal perjalanan haji. Bayangkan dahulu pergi ke Mekah menggunakan kapal laut. Lebih kurang tiga bulan pergi dan pulang dalam perjalanan. Selama itu randang dapat bertahan menjadi bekal makanan. Rendang dimasukkan kedalam tabung yang terbuat dari bambu yang diawetkan. Begitu juga rendang jadi bekal makanan ketika merantau. Anak muda Minang yang pergi merantau pun dibekali dengan makanan rendang sehingga didaerah perantauan pun rendang menjadi makanan idola penduduk lokal. Maka menyebarlah masakan rendang ini keseluruh nusantara terutama daerah pesisir Malaka, Malaysia dan Singapura.

Banyak dari masyarakat Minang sendiri belum tahu filosofi rendang itu sendiri. Rendang yang dibuat dari daging sapi pilihan dengan 16 macam bumbu memiliki filososfi tersendiri. Dikutip dari berbagai sumber penulis ingin mengetengahkan apa filososfi rendang, makanan terlezat di dunia versi CNN yang dirilis pada tanggal 12 Juli 2017. Masakan khas Sumatera Barat atau masakan Padang ini adalah bentuk sebuah filosofi musyawarah dan mufakat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Pertama, daging melambangkan ninik mamak (sebutan orang tua-tua di Minang) orang tua adalah tempat bertanya dan berberita. Ka pai tampek batanyo ka pulang tampek babarito (Mau pergi tempat bertanya, sudah pulang tempat memberi kabar berita). Orang tua memiliki banyak pengalaman hidup oleh karena itu anak muda harus berdiskusi dengan orang tua sebelum membuat keputusan. Kedua, Santan yang terbuat dari kelapa yang diparut dengan tangan adalah melambangkan Cadiak pandai atau kaum cendikiawan, guru, penyair dan pekerja seni. Orang Minang adalah orang yang pandai bersilat termasuk bersilat lidah atau bernegosiasi. Kaum cadiak pandai adalah orang yang tepat untuk meminta petuah dan siasat.

Ketiga, Lado atau cabai. Makanan khas Minang itu mempunyai rasa pedas yang berasal dari cabai bukan dari cabe rawit. Cabai melambangkan Alim Ulama. Alim ulama adalah penegak syariat di ranah Bundo. Sikapnya yang tegas dan kaku juga perlu untuk menjaga Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah. Keempat, bumbu-bumbu yang berasal dari rempah-rempah tradisinal adalah bentuk keutuhan masyarakat Minang itu sendiri yang terdiri dari suku-suku yang mempunyai kearifan lokal masing-masing. Masyarakat Minang darek, rantau dan pasisia memiliki karakter yang berbeda. Tetapi mereka adalah satu kesatuan masyarakat Minangkabau. Walaupun berada didaerah perantauan masyarakat Minang suatu saat pasti akan pulang kampung.

Dalam membuat rendang yang membutuhkan waktu yang lama tersebut digunakan oleh bundo kandung untuk mengajari anak gadisnya dalam bertutur kata dan bersikap. Membekali anak perempuan Minang dalam mengarungi kehidupan dengan nilai-nilai adat dan agama. Mengajari anak perempuan untuk siap menjadi ibu rumah tangga. Begitulah filosofi rendang yang dapat penulis kembali goreskan dalam tulisan ini. Selamat kepada para ibu yang sedang marandang, jangan lupakan filosofinya. Selain rendang sudah menjadi makanan terlezat didunia, Rendang juga sudah menjadi makanan nasional (National Food) yang ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata RI pada tanggal 9 April 2018. Masakan rendang yang dibuat diberbagai daerah pun menyesuaikan dengan budaya lokal. Kata orang semakin jauh dari Minang/ Sumatera Barat rasa pedasnya semakin berkurang. Jika ingin menikmati rasa rendang asli datanglah ke Sumatera Barat. Selamat marandang.

Bukittinggi, 1 Agustus 2020