Nefrizal

Menjadi pembelajar sejati.... Tuliskan apa yang kamu baca, baca apa yang kamu lihat. Lihat apa yang terlihat dan tersurat dengan mata kepala dan mata hati. Nis...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEJARAH BAHASA MELAYU MENJADI BAHASA INDONESIA
sumber : tirto.id

SEJARAH BAHASA MELAYU MENJADI BAHASA INDONESIA

SEJARAH BAHASA MELAYU MENJADI BAHASA INDONESIA

Oleh : Nefrizal, S.Pd

#TulisanKetujuh

#TantanganMenulis17Tulisan

Pada tulisan sebelumnya saya menulis bahwa bahasa Melayu dijadikan bahasa Indonesia. Padahal waktu itu dalam kongres Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 itu dihadiri oleh perwakilan pemuda dari berbagai daerah di Indonesia. Kenapa bahasa melayu dijadikan bahasa Indonesia?

Kalau kita tanyakan kepada guru bahasa atau sastrawwan tentu mereka dapat dengan mudah menjelaskannya. Tapi ada baiknya saya tuliskan juga dalam tantangan menulis hari ini. Ada empat faktor yang menyebabkan Bahasa melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia, yaitu:

1. Bahasa melayu adalah merupakan Lingua Franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan.

2. Sistem bahasa melayu sederhana, mudah di pelajari karena dalam bahasa melayu tidak di kenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).

3. Suku Jawa, Suku Sunda dan suku-suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa melayu menjadi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional.

4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.

Apa itu lingua franca? Terjemahan bebasnya bahasa pengantar. Menarik sebenarnya kenapa bahasa Melayu ini menjadi bahasa pengantar atau bahasa pergaulan oleh kebanyakan masyarakat Indonesia pada waktu itu. Dari beberapa sumber saya dapatkan bahwa Bahasa Melayu ini digunakan oleh sebuah kerajaan besar di Sumatera pada waktu itu yaitu kerajaan Sriwijaya. Kerajaan ini beraliran Hindu pada saat itu, telah melahirkan beberapa tulisan dalam bentuk prasasti sehingga mudah dikenali oleh ahli sejarah. Dari peninggalan prasasti yang bertuliskan bahasa Melayu pada abad ke-7 Masehi. Seperti prasasti : Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683. Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684. Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686. Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688. Jadi tetap saja ada kekuasaan yang berada dibelakang sebuah bahasa dipakai dalam keseharian masyarakat pada waktu itu.

Kedua, masyarakat Melayu adalah masyarakat perantau terutama yang berada pada daerah Minangkabau. Masyarakat Minang yang merupakan bagian dari masyarakat melayu pada dasarnya merantau kesepanjang pesisir Pulau Sumatera, Semenanjung Malaka dan Pesisir Barat Kalimantan. Sehingga bahasa melayu menjadi bahasa perdagangan dan perniagaan masyarakat. Perdagangan masyarakat Melayu hampir mencapai keseluruhan wilayah nusantara. Dari Aceh sampai Papua merupakan daerah rantau orang Melayu. Di daerah perantuan suku Melayu terjadilah asimilasi budaya terutama bahasa, saling mempengaruhi apalagi kebutuhan perdagangan dipegang oleh masyarakat perantau ini. Tentu masyarakat pribumi belajar untuk memahami bahasa Melayu dan para perantau pun belajar memahami bahasa dan budaya masyarakat pribumi. Proses yang berlangsung lama ini salimg memberikan pengaruh pada masing-masing budaya.

Masyarakat Melayu mempunyai para pujangga dan sastrawan terkenal pada masa awal abad ke-19 di nusantara. Hasil karya sastra menjadi sebuah kebanggan bagi para pembaca dan masyarakat waktu itu. Kabanggaan sebagai bangsa pribumi lahir dengan adanya karya sastra masyarakat pribumi khususnya Melayu. Ketinggian bahasa Melayu yang menjadi tulisan dalam karya sastra tersebut membuat masyarakat nusantara menerima dengan senang hati keberadaan bahasa Melayu. Contohnya sastrawan Melayu diajak oleh Peerintah Hindia Belanda untuk merumuskan pembakuan bahasa Melayu dalam Kitab Logat Melajoe yang disusun oleh Charles Adriaan van Ophuijsen (sarjana bahasa Melayu yang juga pernah menulis mengenai bahasa Batak dan Minangkabau), dan dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer serta Moehammad Taib Soetan Ibrahim pada 1901. Dari sana sudah jelas pemerintah Belanda memandang bahwa bahasa Melayu telah menjadi bahasa pengantar bagi masyarakat jajahannya pad waktu itu. Belanda merasakan bahwa bahasa Melayu ini yang dapat menjadi bahasa persatuan kaum pribumi yang akhirnya pada Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 secara nyata disahkan dengan sebutan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa persatuan.

Bukittinggi, 17 Agustus 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan yang informatif. Keren. Salam sukses, Pak. Terima kasih atas kunjungannya.

18 Aug
Balas



search

New Post