Nela Yanti Despan, S.H.,S.Pd

Nama Saya Nelayanti Despan, S.H Lahir di Tanjung Balai, Sumatera Utara pada tahun 1974. Saya lulusan Universitas Muhammadiyah Sumatra Ut...

Selengkapnya
Navigasi Web
'Ibuuu, Dia kumat lagi!

'Ibuuu, Dia kumat lagi!

Bagaimana rasanya memiliki anak yang mengidap epilepsi atau yang dikenal ayan. Ada yang malu dan tak mau ini terekspose, adapula sebagian orang yang mengatakan ini penyakit kutukan. Epilepsi biasanya dapat mengganggu aktivitas seseorang karena serangan kejang bisa muncul secara tiba-tiba. Sehingga banyak orang dengan epilepsi yang mengurangi aktivitasnya. Tapi tidak dengan siswaku ini yang bernama "Boy" (nama samaran).

Riwayat sakitnya ketahuan setelah Boy memasuki semester kedua di SD kami. Aku menyayangkan bahwa ini ketahuan setelah dia mengalami kejang dan histeris tiba-tiba dikelas. Wali kelasnya yang tanggap langsung melaporkan kejadian ini kepadaku selaku kepala sekolah. Melihat pertumbuhan dan perkembangannya selama menjalani proses pembelajaran tak sedikitpun menunjukkan gejala aneh. Namun belakangan ini memang dia terlihat lemah dan sering sakit-sakitan.

Akhirnya, suatu pagi Boy mengalami kejang-kejang sehingga menimbulkan kepanikan didalam kelasnya. "Ini tak bisa dibiarkan berlarut-larut"pikirku. Kuminta lewat wali kelas untuk memanggil orangtuanya untuk datang kesekolah. Menurut cerita yang kudapat dari wali kelas Boy, ini memang bawaan lahir. Yang aku kesalkan, mengapa baru saat ini ibunya mengatakan bahwa anaknya mengidap epilepsi. Padahal sebelum mengisi formulir pendaftaran sudah disosialisasikan untuk mengisi dengan jujur agar kami mengetahui riwayat kesehatan semua siswa.

Memang orangtua Boy tidak membatasi kegiatan, pergaulan dan kreativitas anaknya. Seperti anak normal lainnya, kami menganggap Boy tak punya riwayat penyakit yang bisa saja berakibat fatal bagi kelangsungan hidupnya. Sungguh ini tanggungjawab besar yang harus kami jaga dengan baik. Butuh ekstra perhatian kepadanya karena ini masalah serius dan tak boleh dianggap sepele. Boy berinteraksi dengan anak normal lainnya yang belum mengetahui apa yang sebenarnya bisa terjadi jika Boy sedang kumat.

Meskipun kerap mengalami histeris saat didalam kelas dan saat upacara, Boy mendapat dukungan penuh dari guru dan wali kelas yang kerap menolongnya. Boy langsung dibawa ke klinik sekolah untuk mendapatkan pertolongan awal.

"Bunda jangan putus asa. Yakinlah jika berusaha dengan sebaik-baiknya dan tawakal kepada Allah, Insya Allah Boy bisa sembuh. Salah satu cara untuk membantu pengobatan anak bunda, bunda harus mengikuti saran dan anjuran dokter saja ya," saranku kepada Ibu Boy. Rasa iba muncul ketika melihat wajah Ibu Boy yang sedih berharap anaknya tetap diterima bersekolah . Ibu Boy khusus mendatangiku untuk memberikan dispensasi ketika anaknya sedang kumat.

"Ya umi! Supaya anak saya bisa sembuh, saya akan menuruti kata-kata dokter. Dan saya mengucapkan terimakasih atas perhatian dan pengertian dari umi," kata Ibu Boy.

Tidak ada orangtua yang menginginkan anaknya sakit apalagi menerima vonis bahwa penyakit ini tak bisa disembuhkan.

"Ya Allah, kasihan sekali nasibmu Nak! Harus menanggung cobaan yang berat seperti ini," gumamku dalam hati. Satu sisi, dalam rasa kemanusiaan yang melemah, yang terkadang ada saat-saat berkeluh, Ibu Boy merasa hidupnya selalu dibayangi kesedihan. Pertanyaan yang selalu terbetik di hati manakala berkeluh kesah sendiri, mengapa Allah juga menimpakan ujian berat itu pada anaknya. Ibu Boy ikhlas menerima, ujian, cobaan atau hukuman sekalipun, tapi dia tak cukup rela jika Boy harus menanggungnya.

Semoga semua ini bisa dilalui oleh Boy dan ibunya, Insyaallah mereka diberi kekuatan dalam menjalani ujian ini. Kami sebagai pihak sekolah tetap akan mengawasi dan memantau perkembangan kesehatan Boy selama dia menjalankan aktifitas di sekolah.

Kuat ya nak, umi dan guru-guru yang  lain akan tetap menjagamu hingga kamu lulus nanti. Love you honey.

Tantangan Menulis hari ke -55

#TantanganGurusiana

Minggu, 22 Maret 2020

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post