Nela Yanti Despan, S.H.,S.Pd

Nama Saya Nelayanti Despan, S.H Lahir di Tanjung Balai, Sumatera Utara pada tahun 1974. Saya lulusan Universitas Muhammadiyah Sumatra Ut...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jujur itu pahit tapi  berbuah manis

Jujur itu pahit tapi berbuah manis

"Assalamualaikum pak, mohon maaf sebelumnya. Ada yang ingin saya sampaikan  mengenai perkembangan anak bapak selama di sekolah. Jika bapak ada waktu, besok temui saya di kantor pukul 09.00 WIB. Ditunggu kehadirannya ya, pak,". Pesan singkat ini kekirimkan kepada salah seorang orangtua siswaku yang anaknya sedang bermasalah disekolah.

Sebelumnya aku sudah memanggil siswaku ini yang berinisial "A" ini kekantor untuk dimintai keterangan tentang perbuatannya yang sangat tak baik untuk di contoh dan dibiarkan. Salah seorang temannya mengantarkan sebuah kertas yang berlipat seperti kipas kepadaku. Temannya mengatakan bahwa ini sudah sering mereka lakukan di dalam kelas. Begitu aku melihat isi kertas berlipat tadi, alangkah terkejutnya aku. 

Isinya menceritakan tahapan tentang berhubungan intim orang dewasa."Inikan tindakan pornografi" jeritku dalam hati. Darimana dia bisa mendapatkan informasi dan apakah ia melihatnya secara langsung? Dipikiranku hanya negatif saja saat itu. Cepat-cepat aku beristighfar dan segera memanggilnya ke kantor.

Alhamdulillah, si "A" jujur menceritakan tentang perbuatannya disekolah. Awalnya dia menutup-nutupi pergaulannya dengan siapa saja, namun akhirnya ia mau menceritakan darimana sumber kata-kata yang dituliskannya dikertas berlipat itu. Si "A" saat ini berusia 11 tahun. Dia sudah melanggar peraturan sekolah yang tidak membolehkan semua siswa memakai gadget dirumah apalagi bermain game di warnet. Namun ternyata semua itu dia lakukan ketika bosan bermain dirumah dan ajakan temanya untuk bermain di warnet.

Dia meminjam handphone milik ibunya, dan memenuhi ajakan temannya bermain di warnet. Memang bagi anak usia di atas 10 tahun cenderung sulit sekali dihentikan kecanduan bermain game, yang ada malah melawan dan memberontak. Ini terjadi karena karakter mereka sudah mulai terbentuk. Nah, untuk itu tahap awal orang tua mesti memaksa untuk menghentikan kebiasaan bermain game online. Inilah yang akan kusampaikan kepada orangtuanya si "A".

Keesokan harinya, orangtua si"A" datang kesekolah dan menemuiku di kantor. Kemudian akupun mempersilahkannya masuk kedalam ruangan. Semua kronologis kejadian ini kuceritakan kepada ayahnya yang hadir saat itu. Kulihat wajah ayahnya memerah, tak terima dengan semua hal yang kuceritakan kepadanya. Dia beralasan bahwa anaknya selalu dibawah penjagaannya, tidak dibebaskan keluar rumah selain latihan bola. Bermain handphone memang tidak diijinkan oleh ayahnya, apalagi bermain warnet.

Suasana semakin tak enak, akhirnya si "A" kupanggil kekantor untuk menjelaskan langsung kepada ayahnya. Akhirnya ayahnya meminta maaf kepadaku dan berjanji akan menjaga anaknya agar tidak bermain gadget dan warnet lagi kedepannya. Aku paham akan kondisi ini, biasanya orangtua tak mau anaknya dihakimi atau dituduh yang bukan-bukan. Semua informasi yang kudapat dari siswa, ta semudah itu untuk dipercaya seratus persen, harus ada saksi dan barang bukti untuk menuduh seseorang. Barang bukti yang dibuat oleh si"A" kuberikan kepada ayahnya agar menjadi bahan pertimbangannya dalam menangani anaknya dirumah nanti.

Saya tunjukkan kepada orangtuanya, bahwa saya dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pemimpin disekolah. Masalah anak-anak disekolah wajib kuketahui meskipun itu tugas dari wali kelas atau guru-guru disekolah untuk memantaunya. Harus ada laporan ke kantor jika masalah itu sudah ketingkat yang tan baik, seperti pelecehan seksual, pornografi dan bullying. Dampak tekhnologi memang sangat luar biasa pengaruhnya. Jika tidak disikapi dengan serius maka masa depan anak-anak bangsa ini akan hancur.

Pada akhirnya semua kembali kepada pribadi masing-masing. Bagi orang yang menganggap bahwa bermain game dan menonton youtube hanya sebagai selingan untuk menghibur diri, Insyaallah tidak akan kecanduan, bahkan bisa ditinggalkan kalau memang dapat mengganggu perkembangan anak-anak kita. Tetapi bagi orang yang menganggap bermain game dan menonton youtube  itu adalah suatu keharusan, bahkan ingin selalu mengejar sebanyak-banyaknya point demi mencapai level tingkat tinggi, dan kepuasan tersendiri, maka inilah yang membuat jadi kecanduan yang menyebabkan terganggunya kejiwaan secara fatal. Bila jiwa terganggu bisa menyebabkan rusaknya akal pikiran yang berujung kepada lemahnya kecerdasan, bahkan berakibat kematian yang mengenaskan. Na’udzubillahi min dzalik.

Tantangan menulis hari ke-60

#TantanganGurusiana

Kamis, 26 Maret 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ada aja tingkah anak2 ya bun, beda dengan saya yg nangani anak SMA. Sukses ya bun

02 Apr
Balas

Aamiin Allahumma aamiin,syukron bunda

03 Apr

Keren bun..sukses selalu!

28 Mar
Balas

sama kita sukses ya

03 Apr



search

New Post