'Raja Kecil Cucu Andung'
Anak bungsu tak selamanya anak manja bahkan jauh dari kata mandiri, bisa saja lebih mandiri dari anak sulung.
Anak bungsu tak selamanya apa-apa dituruti, iapun sama seperti sebelumnya. DItempah sama ayah dan ibunya. Atau mungkin lebih tepat ibunya, karena ayah terkadang lebih cuek atau bahkan tak peduli.
Cerita ini kumulai dari si anak bungsu yang bernama Muhammad Syarhan Hasbi, dipanggil Hasbi. Yang memiliki 2 orang kakak perempuan yang sudah beranjak dewasa dan 1 kakak laki-laki, sekarang duduk di bangku SMP.
Melihat tubuhnya yang bongsor pasti terbayang ia anak yang tak bisa diam untuk mengunyah. Asiknya, soal makanan jika menunya cocok pasti semuanya dilahap habis. Orang bilang Hasbi, berpikir bahwa “ Wah, enak ya jadi Hasbi, anak bungsu apa-apa pasti dituruti. Beruntung ya jadi Hasbi, pasti disayang banget tuh”. Padahal mereka salah. Hasbi memang manja tapi belum tentu semua dituruti.
Hasbi selalu datang terlambat, bukan karena Hasbi malas atau disengaja. Karena ia satu bus sekolah dengan saudara yang lainnya yang berbeda jam masuknya maka ia sering jadi korban. Alasan lain sering terkena macet karena jarak rumah ke sekolah lumayan jauh. Terkadang aku geli melihatnya, dengan wajah yang memelas ia menjelaskan alasan keterlambatannya kepadaku. sering juga dengan sengaja aku menjahilinya, dengan memberikan hukuman supaya tidak terlambat lagi. Padahal sudah jelas ini bukan salahnya.
Sekolah kami berbasis keagamaan, dimana semua pembelajaran dirangkai dengan ibadah. Wajib hapal doa-doa dan ayat-ayat pendek bagi kelas bawah,sedangkan kelas tinggi sudah harus hapal 1 juz pertahunnya. Jadi untuk rukun sholat merupakan syarat wajib naik kelas. Tak pelak lagi Hasbi menjadi sorotanku berhubung dia termasuk cucu orang penting di sekolahku..he.he.he (maklumlah cucu pemilik yayasan).
Suatu hari aku memergokinya sedang wudu, pura-pura aku tidak melihatnya. Padahal dari awal ia berwudu kuperhatikan dari kejauhan. Ini anak kenapa belakangan berwudu ya? Sementara teman-temannya yang lain sudah sholat di masjid. Karena ia tidak diawasi saat berwudu, kulihat ia seperti buru-buru saja tidak dilakukan dengan sempurna. Lalu kuhampiri Hasbi,” Kenapa abang terlambat berwudu? Kok hanya siram-siram saja, semuanya basah,” tanyaku kepadanya.
“Saya tadi lama menulis umi, jadi belakangan sholat,” jawabnya polos.
“Coba ulangi wudunya nak. Umi mau lihat benar atau tidak abang wudunya,” perintahku padanya
Kemudian ia pun melakukan yang kuperintahkan. ”Hhhmmm…semuanya salah”gumamku. Mulai dari awal wudu ia tak membaca niat wudu, juga tidak membaca doa setelah berwudu.
“Nak, sini umi ajari ya. Semua yang abang lakukan itu belum benar. Yuk ikuti umi,” kataku kepadanya. akupun mulai mengajarinya dari awal sampai akhir. Ternyata ia belum hapal niat dan doa setelah berwudu. Kuberikan “PR” untuk menghapal selama seminggu dan memohon bantuan dengan wali kelasnya untuk terus memantau perkembangannya.
Namun ia kutagih bukan seminggu malah setiap hari kudampingi untuk berwudu. Alhamdulillah, sekarang ia sudah hapal dan mampu berwudu dengan benar. Aku tak menuntut untuk kesempurnaan, hanya saja ini adalah syarat mutlak untuk melakukan sholat, mau tidak mau ia harus bisa. Karena semua temannya sudah lulus untuk melakukan praktek wudu. Mungkin ini faktor bawaannya yang “woles” kata orang zaman “now” sehingga ia merasa tak apa-apa jika tak hapal.
Mendidik dan membimbingnya sebenarnya mudah karena ia tak banyak tingkah. ia hanya suka ikut-ikutan dengan temannya yang lain, jadi terkadang sering terjerat tertangkap tangan dan korban aduan dari teman-temannya juga. Ha.ha.ha..Hasbi..Hasbi, selalu saja membuat diri ini tertawa sendiri.
Pengakuan dari ibunya, Hasbi “Raja Kecil” dirumahnya. Pokoknya semua harus tunduk dengannya. Namun disekolah malah kebalikannya, ia seperti anak bayi yang harus dibimbing dan diingat-ingatkan. Jika tidak ia menjadi boneka teman-temannya.
Dari segi akademis Hasbi tak menonjol, namun dengan bodinya yang mumpuni, prestasinya bagi teman-temannya dan kelasnya ia adalah “pahlawan”. Setiap ada pertandingan tarik tambang pasti Hasbi menjadi idola lapangan. Tak ada yang bisa menandingi kekuatannya. Sebenarnya inilah adalah prestasi yang hakiki, karena prestasi itu terlihat dari kebahagiaan anak. Begitu mereka memenangkan pertandingan maka sorak sorai dari seluruh kelas menggema dengan mengelu-elukannya. Ya, namanya Hasbi, ia “mah slow wae”. Hanya terlihat senyuman lebar saja di bibirnya.
Tadi aku minta ijin untuk mengambil fotonya pada saat makan siang di kantin sekolah. Awalnya ia menolak, namun akhirnya ia mengijinkanku untuk mengabadikannya.
Sehat-sehat ya nak. Umi hanya ingin kamu tetap bisa menjalani pembelajaran di sekolah. Berusahalah untuk tetap disiplin waktu meskipun itu bukan salahmu. Jadilah sosok yang dirindukan Surga. Semangat ya, baik itu ibadah maupun belajar. Kamu sudah terlahir sehat dan pintar. Karena itu umi yakin abang pasti bisa melakukannya! Menjadi ahli ibadah dan hafizd Quran. Aamiin.
Tantangan Menulis hari ke-42
#TantanganGurusiana
Selasa, 10 Maret 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar