Nela Yanti Despan, S.H.,S.Pd

Nama Saya Nelayanti Despan, S.H Lahir di Tanjung Balai, Sumatera Utara pada tahun 1974. Saya lulusan Universitas Muhammadiyah Sumatra Ut...

Selengkapnya
Navigasi Web
Selimut Cinta Peredam si Pendendam

Selimut Cinta Peredam si Pendendam

Sifat pendendam tentunya bukanlah sifat yang baik. Seseorang yang pendendam tentunya dijauhi oleh banyak orang karena sifat pendendam sangatlah menakutkan. Dendam adalah salah satu penyakit hati yang hanya bisa membuat kita lebih menderita.

Inisialnya S, siswaku yang baru berusia 6 tahun ini duduk dibangku kelas 1 SD. Anaknya ganteng dan ramah, sedikitpun tak ada terlihat kelakuan yang menonjol dari dirinya. Awal masuk sekolah, ia seperti anak-anak lain, bercengkerama, bermain mengikuti kegiatan sekolah dengan baik dan tak ada laporan kasus tentangnya.

Pagi itu…

Wali kelas S membawa S datang menemuiku di kantor. S menangis seperti merasa bersalah. Panjang lebar wali kelasnya menyampaikan prilaku siswanya ini denganku. Wali kelasnya sudah tak mampu untuk mengatasinya. Memang aku memperingatkan dan menghimbau semua guru-guru agar tidak bertindak gegabah dalam menangani siswa disekolah. Semua harus melaporkan kepadaku semua perkembangan anak-anak bermasalah setiap saat.

Setelah mendengarkan penuturan wali kelasnya, mulailah aku menginterogasi S.

“Baang, kenapa abang bisa melakukan perbuatan itu. Kan temannya kesakitan,nak. Apa abang gak takut nanti mamanya temannya marah?” tanyaku sambil memegang kedua tangannya.

“Dia selalu ganggu abang umi, abang udah lama sekali menahannya,” jawabnya sambil terisak-isak.

“Apa ada umi di kelas mengajarkan melakukan itu,bang? Boleh berbuat jahat dengan teman?” tanyaku kembali kepadanya

“Nggak ada umi?” jawabnya

“Apa yang membuat abang memukul teman? kata umi wali kelas abang bukan sekali melakukan ini. Ada beberapa teman juga abang pukul,” aku terus mengorek informasi darinya.

“Abang dendam umi!” katanya. Deg!..Terkejut sekali aku mendengar pengakuan ini. Anak sekecil ini sudah tahu “dendam”. Apa tahu dia arti kata”dendam” ini? jeritku dalam hati

“Trus, umi mau tanya, Abang tahu apa arti dendam,” balik lagi aku bertanya saking tak percayanya.

“Tau umi. Membalas perbuatan teman karena sudah lama disimpan,” jawabnya dengan tegas.

“Abang gak tahan umi. Sudah lama abang simpan,” tambahnya.

Takjub aku mendengar kata-kata yang terlontar dari mulutnya. Sebijak inikah untuk anak seumuran S? Darimana ia mendapatkan bahasa yang belum pantas untuk diucapkan dan dipahami anak SD kelas 1.

Perlahan aku menggali informasi darinya, akhirnya akupun mendapatkan jawaban yang sangat membuatku sedikit tak terima. Namun aku tetap memaafkan semua perbuatannya. Satu hal yang kupahami darinya, ini bukan S sebenarnya. Ada dorongan yang membuatnya seperti ini.

Akupun menasehati dan menjelaskan pelan-pelan kepadanya tentang semua pengertian dari kata “dendam” dan akibatnya.

“Nak, Saat orang yang menyakiti kita telah meminta maaf dan mengakui jika perbuatannya salah, seharusnya kita dengan lapang dada bisa memaafkannya. Namun, jika abang tetap tak bisa memaafkannya dan hati abang masih belum merasa damai dan tetap ingin melihatnya menderita maka bisa disebut jika abang termasuk orang yang pendendam, loo”.

“Umi minta abang harus bisa memaafkan seseorang dan berusaha ikhlas menerima permintaan maafnya,ya. Allah sayang sama anak yang sabar. Abang mau di sayang Allah,kan?” tanyaku padanya sambil mengelus kepalanya.

“Jadi daripada tidak punya teman, segeralah berubah menjadi anak yang baik dan disayang sama teman ya, nak! Ya sudah, pergi ke kelas, minta maaf sama teman-teman sekelas, ya. Janji abang tidak buat lagi sama mereka.” ujarku dengan memberikan senyuman padanya.

Sampai saat ini, aku tak mendengar laporan lagi tentangnya. Aku anggap wali kelasnya mampu mengatasi masalah kelasnya sekarang. Aku menyuruh wali kelasnya untuk memanggil orangtuanya agar mengetahui perkembangan anaknya disekolah dan meminta kerjasamanya untuk kelangsungan penguatan karakter anaknya dirumah.

Generasi ini harus dibimbing secara serius dalam penanganannya, jika tidak ini akan berlangsung hingga ia dewasa nanti menjadi orang pendendam. Itu sebabnya aku menghimbau kepada semua perangkat sekolah untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak pantas di depan siswa-siswa kami. Soalnya anak-anak sangat mudah mencetuskan apa yang dilihatnya dalam bentuk emosi dan tindakan. Mereka bisa mengidentifikasikan diri sebagai pelaku tindak kekerasan dan beranggapan untuk mendapatkan sesuatu harus dengan kekerasan pula.

Di sekolah, aku juga menekankan kepada semua guru untuk melakukan penyelesaian apapun disekolah dengan pendekatan kasih sayang dan saat menasehati menyelipkan pesan moral kepada semua siswa. Menumbuhkan rasa kasih sayang ini akan mewujudkan sekolah yang benar-benar ramah anak. Tak hanya Cuma jargon tapi ini memang benar-benar pelaksanaannya. Kepada orangtua, aku juga mewanti-wanti agar tidak menggunakan gadget/handphone, tontonan televisi yang tidak berbobot dan melihat kekerasan secara langsung agar memberikan kompensasi untuk menetralisasi berbagai peristiwa yang disaksikan anak-anak mereka selain disekolah.

Nasehatku kepada kita semua, ketika uluran tangan meminta maaf dan kelapangan dada untuk memberi maaf bertemu, maka yang terjadi ketika itu sesungguhnya dua pihak sedang mengulurkan cinta dan kasih. Maaf adalah cara luhur untuk memulai kedamaian atau suasana harmoni dengan menguburkan rasa benci dan dendam. saling memaafkan dalam selimut cinta, sungguh merupakan sikap luhur menguburkan rasa dendam menuju suasana harmoni. Maka ketika ingin berbuat sesuatu kepada anak-anak kita, maka pandanglah mereka. Apakah mereka pantas untuk mendapatkan perlakuan itu? Jawabnya, “tepuk dada tanya selera”. Like Parents, like son!

Umi sayang padamu,nak. Semoga abang menjadi anak yang sholeh, hafidz Quran dan membanggakan orangtuakelak. Aamiin.

Tantangan menulis hari ke-34

#TantanganGurusiana

Senin, 02 Maret 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post