Setajam Mata Dewa
Dalam memilih sekolah anak, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan orang tua. Salah satunya adalah jarak tempuh dari rumah ke sekolah. Apalagi bila anak masih berusia di bawah 12 tahun atau duduk di bangku sekolah dasar (SD). Jarak sekolah anak idealnya tidak lebih dari 5 kilometer dari rumah.
Dengan mempertimbangkan pertumbuhan dan perkembangan anak, memang sebaiknya tidak menyekolahkan anak ke tempat yang radiusnya lebih dari 5 km.
Realistis saja, di kota besar seperti Medan macetnya bisa bikin stres. Faktor kelelahan anak (dan juga penjemputnya) bisa jadi masalah baru nanti. Syukur-syukur kalau dapat sekolah sesuai kebutuhan yang jaraknya kurang dari 5 km.
Meski begitu, karena berbagai pertimbangan, beberapa orang tua akhirnya memutuskan untuk menyekolahkan anaknya di tempat yang jauh dari rumah. Misalnya saja Naufal Rifie Sadewa yang kerap dipanggil Dewa, salah satu siswa yang duduk di kelas 1 saat ini setiap hari harus menempuh perjalanan sekitar ± 16 km selama 35 menit dari rumah mereka di wilayah Johor, Medan Johor ke SD Plus Darul Ilmi Murni.
Dewa bercerita bahwa ia didaftarkan ayahnya ke SD kami, karena sekolah kami satu wilayah dengan kantor ayahnya. Ayahnya memutuskan untuk menyekolahkan Dewa ke sekolah kami karena ingin anaknya belajar Tahfiz dan mengikuti kegiatan salah satu cabang olahraga di bawah binaan Sport Centre DIM.
"Karena dia sudah nyaman dengan sekolah ini, saya putuskan untuk tetap bersekolah di sini saja,” kata ayah Dewa.
Alasan kedua ayah Dewa adalah karena sekolah kami berada di area yang lebih bisa dijangkau cepat dari tempatnya bekerja. Sekolah jauh dari rumah Dewa bukannya tanpa drama. Menurutnya butuh perjuangan setiap pagi untuk menempuh perjalanan jauh bersama anaknya.
"Kendala pasti ada. Kami harus bangun lebih pagi untuk siap-siap supaya enggak kena macet. Apalagi kalau ada yang tertinggal tugas atau apa. Itu bisa jadi drama," ujar ayah Dewa lagi.
Sampai saat ini, aku juga memberikan sedikit toleransi kepada Dewa, jika ia sering terlambat sebagai bentuk penghargaan atas niat dan semangat yang luar biasa untuk bersekolah dengan jarak dan kondisi yang tak masuk akal untuk anak seumurannya.
Malas sekolah adalah hal yang sering kali dirasakan jika sekolah jarak jauh, Namun bukan untuk Dewa. Meskipun ia sering terlambat tapi ia sangat happy, yang penting baginya ia sudah sampai di sekolah untuk belajar dan bermain. Kalian masih ngeluh dengan jarak sekolah dan macet yang dirasa penyebab telat ke sekolah? Dewa tak pernah mengeluh dengan segala keterbatasan yang ada karena yang ia pikirkan adalah bagaimana cara untuk sampai ke sekolah sebelum lonceng berbunyi.
Alhamdulillah, Dewa sekarang juga sudah tidak menonton youtube lagi dari gadget ayahnya selama dalam perjalanan menuju ataupun pulang sekolah. Selama ini, itulah pengisi waktu luangnya selama melakukan perjalanan. Sejak Dewa mendengarkan himbauanku untuk tidak menggunakan Hp atau Gadget di rumah, maka dari itu Dewa berusaha untuk tidak menggunakannya lagi.
“Umi, Dewa sudah tidak lagi nonton youtube di mobil,” kata Dewa kepadaku.
“Waaah, anak umi hebat,” kuacungkan jempolku kepadanya.
“Hhmmm…Ternyata Dewa anak yang penurut dan baik. Jarang anak mau melepaskan alat canggih ini jika kalau sudah pulang sekolah. Mudah-mudahan saja Dewa tetap mau menurut perintah dan tak terpengaruh dengan orang-orang disekitarnya.” gumamku dalam hati. Ingatannya sangat tajam untuk mengingat semua perintah dari sekolah, setajam matanya.
Sekolah itu tidak mudah. Perjuangan dan semangat Dewa ini untuk sekolah patut dicontoh. Sekolah tetap menjadi hal utama. Sebab, dari sanalah nantinya sifat dan karakter dapat terbentuk, dan ilmu didapatkan. Sungguh sangat menginspirasi perjuangan Dewa ini. Insyaallah ini jadi penyemangat bagi siswa-siswaku yang lain agar tidak lagi menjadi “generasi pengeluh”. Semangat Dewa…..!
Tantangan menulis hari ke-44
#TantanganGurusiana
Rabu, 04 Maret 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar