tantangan Guru hari ke 7

Miranda merasa kesal sejak tadi pagi. Betapa tidak, Farhan, suaminya menyuruhnya bawa motor ke tempat kerja. Padahal cuaca dingin sekali meskipun tidak turun hujan. Dia hanya diam Lalu mengambil kunci motor dan langsung keluar rumah tanpa pamit pada suaminya. Ketika jadwal makan siang, Miranda sudah siap-siap menuju rumah dinas suaminya di komplek kantor. Rumah tersebut hanya dipakai untuk istirahat siang saja. Sorenya mereka pulang ke rumahnya yang terletak di perbatasan kota dengan kabupaten tetangga. Begitu naik motor, ada notifikasi pesan d telponnya. Suaminya mengirim pesan, "Adek langsung pulang kan?" Membaca tulisan tersebut, kontan saja Miranda meradang. Berarti suaminya tidak mau makan siang bersamanya.

Dia menstarter motornya tanpa membalas chat suaminya. Dadanya sesak dan hatinya sakit. Dia lajukan motornya menuju pusat kota. Dia tidak tau mau pergi kemana. Sepanjang jalan pikirannya melayang -layang kian kemari. Dalam angan-angannya, begitu suaminya pindak tugas ke kota mereka, maka Miranda akan selalu diantar dan dijemput suaminya. Sepwrti teman-temannya yang lain. Yang selalu menunggu jemputan begitu jam kerja usai. Ternyata kenyataan tidak seperti yang diharapkan.

Setelah mereka selesai makan malam. Miranda pengen menyampaikan kekesalannya hari ini. "Abang kalau tidak mau lagi mengakui saya sebagai istri abang atau abang malu punya istri seperti saya? Sekarang aja tinggalin bang. Mumpung masih muda. Nanti makin lama, saya makin tua, tidak ada lagi yang mau sama saya." Ucapnya sambil menangis. "Adek ngomong apa ?" Tanya suaminya heran. "Tadi pagi abang suruh saya pakai motor, padahal uaca dingin sekali. Trus siangnya, bukannya bertanya makan di rumah dinas malah pengen adek tidak datang ke rumah dinas. Berarti abang malu jika teman-teman abang melihat saya.

To be continue

Bukittinggi 7 Maret 2022