Neli Wardani

Guru BK di SMA N 2 Bukittinggi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pendakwah yang  Diam (Day 47)

Pendakwah yang Diam (Day 47)

Oleh : Neli Wardani

Seorang pendakwah yang kita kenal, biasanya akan menyampaikan dan mengajak pada kebaikan dengan lisannya. Baik dalam sebuah forum besar, kecil ataupun face to face. Dari dakwah yang disampaikan itu diharapkan orang yang didakwahi dapat menerima dan mengamalkan pesan-pesan kebaikan yang telah diterimanya.

Namun pendakwah kali ini berbeda. Dia berdakwah, tapi tak bicara. Dia mengajak pada kebaikan, tapi tak menasehati. Dia mendorong untuk melakukan sunnah dan kewajiban, tapi tidak menyuruh. Dia tak menyalahkan ketika melihat ada yang tidak sesuai sunnah, tapi menerima apa adanya sampai datang hidayah.

Dia adalah seorang teman yang kukenal sekitar 5 tahun yang lalu. Pertama kali bertemu dengannya, dia nampak berbeda. Jilbabnya menjulur dalam  menutupi dada sampai kepinggangnya. Orangnya masih muda dan bersahaja. Umurnya sekitar 21 tahun.

Awalnya kami merasa agak risih dengan penampilannya. Karena pada umumnya ukuran jilbab yang kami gunakan berbeda. Termasuk saya. Jilbab yang saya gunakan berukuran standar, samping kiri dan kanannya terurai sampai ke ujung bahu. Ujungnya biasanya saya sisipkan kesamping kiri dan kanan menggunakan bros.  Cukuplah untuk menutupi dada. Saya sudah merasa nyaman dan sudah merasa memenuhi syarat untuk menutup  aurat dengan jilbab yang saya gunakan.

Setiap hari kami bergaul, bekerjasama dalam satu tim. Dia orang yang kolaboratif, sopan, ramah, dan memiliki dedikasi serta komitmen kerja yang tinggi. Aku menyukai pribadinya. Sederhana dan  bersahaja. Makin hari, kami makin dekat.  Semakin banyak hal-hal yang kulihat dari kesehariannya.

Setiap bepergian dia selalu menggunakan gamis. Tak pernah enis  atau model yang lain. Hanya ke sekolah saja dia menggunakan stelan blus tunik dengan rok atau pakaian dinas harian. Selebihnya selalu gamis.

Sekali waktu, sekolah kami mengadakan acara touring. Menurut saya dan teman-teman lainnya, pakaian yang paling cocok dan nyaman untuk dipakai dalam acara touring seperti itu adalah stelan celana dengan blus atau baju kaus. Pakaian itu akan membuat kita merasa lebih nyaman dan  santai diperjalanan dan di lokasi wisata yang dituju. Tapi lagi-lagi si teman ini tetap  setia menggunakan gamisnya. Saya kaget, sambil menggeleng-gelengkan kepala. Apa salahnya sih, sedikit menyesuaikan dengan situasi dan kondisi, sehingga tak harus memakai gamis? Apa ndak ribet dengan gamis itu ? Tokh dengan stelan blus dan celana akan tetap menutup aurat? Itu pertanyaan yang ada dalam hati saya. Namun pertanyaan itu tak tersampaikan ke si teman. Saya menyimpannya dengan sedikit gusar.

Dua tahun berjalan, dia masih sama. Sayapun masih sama.  Dia tidak terkontaminasi oleh kami yang mayoritas. Malahan ada diantara kami yang pernah memberikan saran ke si teman agar mengganti penampilannya.  Alasannya adalah karena si teman masih muda dan belum menikah. Jangan lah terlalu dalam jilbabnya. Begitulah saran dari salah seorang teman senior. Tapi dia tidak berubah. Hanya menjawab dengan senyum.  Dia tetap dengan stylenya.

Ini bagian yang paling berkesan dari dia. Meskipun dia merasa yakin bahwa penampilannya sudah benar dan sesuai dengan syariat, dia tidak pernah mengajak kami untuk berpenampilan seperti dia. Dia tidak pernah menasehati kami dengan dalil-dalil yang menguatkan. Apalagi menyalahkan pakaian kami. Dia malah tidak pernah membahasnya.  Dia malah sering memuji kami, baik dalam hal pekerjaan maupun penampilan.

Ada beberapa kebiasaan si teman yang menarik perhatian saya. Dia rajin shalat dhuha. Setiap hari saya lihat dia tidak pernah meninggalkan dhuhanya.  Padahal dia masih sangat muda. Sedangkan saya? Waktu itu sudah hampir kepala 4. Tapi masih belum istiqamah melaksanakan dhuha. Lagi-lagi dia tak pernah mengajak saya.  Dia shalat dhuha dengan diam-diam. Saya hanya kadang-kadang saja melaksanakan shalat dhuha. Kadang sesuai mood. Ya Allah…

Tahun ketiga, sepertinya saya mulai terkontaminasi oleh si teman, meskipun dia tetap tak pernah mengajak maupun menasehati saya.  Saya merasa terinspirasi oleh kebersahajaannya, istiqamahnya,  dan stylenya. Saya mulai menyukai jilbabnya yang menjulur dalam sampai menutupi dada. Saya mulai menyukai gamis, seperti yang selalu digunakannya. Saya mulai merasa malu dan tersindir setiap kali melihatnya selalu melaksanakan shalat dhuha.  Sepertinya Allah telah membukakan hati saya.

Walhasil, saya mulai mengkoleksi jilbab dengan ukuran yang lebih besar. Saya mulai mengangsur meninggalkan celana dan baju kaus. Belajar menggunakan gamis. Terasa berat dan ribet rasanya ketika mengawali menggunakan gamis dan meninggalkan celana-celana kesayangan saya.  Namun dia selalu menguatkan dan mendukung saya.

Dia selalu dengan senang hati menemani saya ke pasar untuk membeli jilbab atau gamis. Dia selalu menguatkan dan memuji saya bahwa saya menjadi tambah anggun dan lebih muda dengan penampilan baru saya.  Lama kelamaan, saya mulai merasa nyaman dengan penampilan baru saya. Saya mulai menjaga dhuha saya. Saya mulai mengumpulkan jilbab–jilbab lama saya yang ukurannya standar dan menyedekahkannya.

Alhamdulillah. Allah telah membukakan hati saya melalui seorang teman yang tak penah mengajak. Allah membukakan hati saya dari sosok teman yang jauh lebih muda dari saya. Seorang teman yang berdakwah tapi tak mengajak orang lain. Dia hanya berdakwah dengan keistiqamahannya. Semoga saya juga bisa istiqamah seperti si teman. Aamiin.

#temanyangmenginspirasi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Pikiran tertuju pada satu sosok. Terasa, tergugah dan berbuat ya bu Anel. Teladan yang indah

07 May
Balas

He..he..iya bu mis....

07 May

Sungguh seorang teman yang bersahaja ya bu anel.

07 May
Balas

Pengen dpt teman sejati seperti ini

07 May
Balas

Teman seperti inilah yg akan membawa ke syurga ya uni..insya Allah

07 May
Balas

Aamiin Yaa Robbal'alamiinKo mirip saya terasing tapi tidak merasa diasingkanIn Syaa Alloh Bundaq bisaIslam itu indah tidak perlu memaksa cukup dengan memberi suritauladanJazakillahu khairan katsiran telah meluangkan waktu mengapresiasi oretan kecil sayaBarokallohu

07 May
Balas



search

New Post