REFLEKSI MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF
Refleksi Modul 1.4. Budaya Positif
Oleh: Nelly Kartina Sosilawati
Bagaimana konsep disiplin positif dalam Modul 1.4 ini memberikan wawasan baru bagi Anda, dan bagaimana pengalaman Anda sebelumnya dalam mendisiplinkan murid memengaruhi pandangan Anda terhadap pentingnya pendekatan disiplin positif?
Konsep disiplin positif memberikan wawasan baru bagi saya. Banyak hal-hal baru yang saya ketahui. Ternyata selama ini sikap saya dalam mendisiplinkan murid belum berada pada posisi yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru. Saya merasa berada pada posisi pembuat rasa bersalah dan adakalanya sebagai penghukum. Awalnya berpendapat kalau mengerjakan PR adalah kewajiban siswa, sehingga saya marah kalau ada diantara siswa yang tidak mengerjakan. Namun, saat ini saya merasa malu pada diri saya sendiri dan merasa bersalah pada anak-anak yang pernah menjadi murid saya, semoga mereka mau memaafkan kesalahan gurunya ini.
Karena setelah saya mempelajari Modul 1 secara holistik mulai dari Modul 1.1 tentang Dasar Pendidikan Menurut Pemikiran KHD, Modul 1.2 tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak, Modul 1.3 tentang Visi Guru Penggerak, dan Modul 1.4 tentang Budaya Positif, ternyata saya masih banyak memiliki kekurangan. Saya ingin menebus semua kekeliruan dan kesalahan yang sudah saya lakukan pada saat saya masih menjadi guru dan mendidik murid-murid saya. Tetapi, Alhamdulillah, melalui Program Guru Penggerak ini saya masih diberi kesempatan, walaupun saya sudah tidak menjadi guru tetapi saya bertekat untuk mengajak guru-guru di sekolah yang saya pimpin untuk bisa menjadi guru yang benar-benar layak dan pantas untuk mendidik, serta mungkin bisa menjadi teladan bagi peserta didik. Dan menjadikan suasana sekolah seperti sebuah taman seperti yang dilakukan KiHajar Dewantara, dimana murid merasa betah dan rindu untuk selalu berada di sekolah.
Apa tantangan utama yang Anda hadapi dalam menerapkan disiplin positif di lingkungan sekolah Anda, dan bagaimana strategi Anda untuk mengatasi tantangan tersebut agar tercipta budaya positif di sekolah?
Tantangan utama yang saya hadapi dalam menerapkan budaya positif di sekolah adalah Belum semua guru bisa mengubah mindset tentang budaya positif. Masih banyak guru yang belum move on, sehingga masih berperilaku sebagai penghukum. Butuh waktu untuk mengubah control guru agar bisa sampai ke tahap manager. Staregi yang saya lakukan untuk mengatasi tantangan -tantangan ini adalah melakukan kolaborasi dengan semua unsur di sekolah secara simultan dan bersinambungan, mengaktifkan kegiatan di dalam komunitas belajar, selalu mangajak para guru untuk ngobrol dan melakukan refleksi terhadap apa yang sudah dilakukan dalam menerapkan disiplin positif. Memutar vidio tentang posisi guru dan mengajak guru untuk merefleksikan sendiri mereka berada pada posisi apa.
Bagaimana pendekatan disiplin positif yang Anda pelajari terhubung dengan praktik mendidik Anda di masa lalu, relevansinya dengan mendidik di masa kini, dan rencana Anda untuk memperkuat budaya positif di masa depan di sekolah?
Pendekatan tradisional pada masa lalu terhadap disiplin di sekolah sering kali melibatkan hukuman fisik, hukuman lisan yang keras, atau hukuman seperti detensi atau penangguhan. Meskipun metode ini mungkin memberikan hasil singkat dalam pengendalian perilaku, mereka cenderung tidak efektif dalam mengajarkan siswa tentang tanggung jawab, empati, dan pemecahan masalah. Cara mendidik seperti ini tentu saja sudah tidak relevan, apalagi mendidik generasi Alfa dimasa kini perlu trik khusus.
Disiplin positif adalah jawabannya, pendekatan disiplin positif yang lebih berfokus pada pembelajaran. Tujuannya adalah membantu siswa memahami konsekuensi dari tindakan mereka, membangun hubungan yang sehat antara guru dan siswa, dan mengajarkan keterampilan sosial yang penting. Salah satu alat yang efektif dalam penerapan disiplin positif adalah konsep segitiga restitusi.
Pentingnya Membangun Disiplin Positif dan Nilai Kebajikan Universal dalam Kelas
Dalam menerapkan disiplin positif, fokus utama adalah membantu siswa memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan mengajarkan mereka cara mengatasi konflik dan tantangan dengan cara yang sehat.
Rencana saya dalam penerapan budaya positif di sekolah adalah dengan meminta para guru untuk membuat kesepakatan kelas yang dibuat bersama-sama siswa, selalu melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, selalu mengadakan pendekatan restitusi sebelum membuat keputusan dan tidak memfonis. Melakukan pendekatan dari hati, karena kalau sesuatu yang dilakukan dari hati pasti akan sampai ke hati.
Salam dan Bahagia!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap klau budaya positif bisa diterapkan