Nelly kartina sosilawati

NELLY KARTINA SOSILAWATI SD NEGERI 11 SIJUK. BELITONG Jangan hanya menulis di waktu luang, tapi selalu meluangkan watu untuk menulis Salam literasi!...

Selengkapnya
Navigasi Web
Serenada di Pulau Seliu ( Part. 29)

Serenada di Pulau Seliu ( Part. 29)

#Serenada_di_Pulau Seliu

Part. 29. Kesembuhan Mahesa

Jodoh itu seperti ‘Alif Lam Mim' ayat pertama dalam surah Al Baqarah. Yang artinya Hanya Allah yang tahu.

Amara tidak pernah tahu kalau akan dipertemukan dengan seorang Mahesa Raditya.

Peristiwa yang terjadi di suatu pagi itu telah mengubah semua kehidupannya. Kebersamaan dengan ‘Aldi'—seorang laki-laki yang ditemukannya terkapar tak berdaya di pinggir pantai di pagi buta.

Begitu sempurnanya rencana Allah. Laut berperan mengantarkan sosok Mahesa menuju pulau kecil yang belum pernah diketahui sebelumnya.

Walau saat itu ada sedikit nikmat yang dihapusnya untuk sementara, yaitu ingatan tentang masa lalu. Saat terdampar, laki-laki dengan postur tubuh dengan tinggi 173 cm, berkulit putih, berambut ikal dan bermata elang itu tidak tahu siapa dirinya.

Karena selalu bersama, rasa cinta yang merupakan anugerah dari Allah pada setiap manusia, hadir di hati keduanya.

Laut telah menjadi perantara jodoh untuk Amara dan Mahesa. Allah juga telah menumbuhkan benih-benih cinta di hati keduanya. Rasa cinta mulai mereka rasakan. Entah siapa yang memulai.

Amara mulai menjatuhkan cintanya pada Aldi. Walau dia tidak pernah tahu siapa laki-laki itu. Dia mengira Aldi hanyalah laki-laki biasa. Dan cinta yang ia rasakan juga hanya cinta yang biasa. Namun, Ia merasa bahagia.

“Bang, maaf.”

“Untuk apa?” tanya Mahesa. Ia melirik manja ke Amara yang terdiam dipenuhi rasa bersalah. Netra teduh Mahesa menatap lembut wanita pujaan hatinya.

Mahesa tersenyum. Timbul niat jahilnya untuk menggoda Amara.

“Auww!” ia meringis. Memejamkan mata. Kedua tangan memegang kepalanya.

Melihat hal itu, sontak Amara merasa sangat panik.

“Kenapa Bang? Sakit?”

Gadis itu semakin merasa bersalah. Ia mengusap wajah Mahesa. Perlahan diciumnya kening yang terlihat menghitam bekas memar itu dengan lembut. Air matanya merebak dan membasahi kening Mahesa. Sungguh, ada rasa takut kehilangan di hatinya.

“Tahan, ya Bang...aku panggil dokter,” ujarnya seraya berbalik. Dengan suara serak karena menahan rasa sedih yang tak terkira. Gadis itu ingin beranjak untuk memanggil dokter. Namun, saat ia hendak bangkit. Mahesa menggenggam tangannya. Di wajahnya tersungging senyuman.

“Bang....”

Mahesa menarik tangan Amara dan menciumnya dengan lembut. Laki-laki itu tersenyum. Tangannya terangkat ke wajah Amara. Mengusap lembut air mata yang membasahi wajah putih mulus itu dengan ujung jarinya.

“Terima kasih ya, sudah mau memaafkan aku. Mungkin apa yang aku rasakan sekarang, belum seberapa dibandingkan rasa sakit dan kecewa yang kamu rasakan akibat perbuatanku.”

Mata Amara kembali menghangat, dan akan menumpahkan kembali airnya. Namun, Mahesa melarangnya.

“Tidak, jangan menangis lagi, aku berjanji akan selalu membuatmu tertawa dan bahagia.”

Tak kuasa Amara menahan perasaannya. Perlahan ia merebahkan kepalanya di dada Mahesa. Untuk pertama kalinya setelah mereka menikah.

Mahesa mengusap lembut hijab wanita yang telah lama sah menjadi istrinya. Ada gelora yang mereka rasakan.

“Sayang, nanti kita bulan madu ke Belitung, ya...,” bisiknya di telinga Amara. Membuat gadis itu tersipu.

“Abang, fokus sembuh dulu. Masih sakit udah mikirin bulan madu.”

“Siapa bilang sakit? Orang sudah sembuh. Tadi itu aku cuma mau mengetes istriku saja. Apa benar masih sayang, atau....”

Mendengar perkataan Mahesa, mata Amara membulat, mendelik ke arah Mahesa. Membuat laki-laki itu semakin merasa gemas. Ingin rasanya ia segera membawa Amara pergi. Berdua, ya menghabiskan waktu berdua. Hanya berdua.

Menyusuri pantai, menikmati senja dan menghabiskan malam bersama.

Mahesa ingin sekali mewujudkan impiannya. Ia ingin membangun sebuah Cottages di bibir pantai di Pulau Seliu. Sebuah Cottage yang eksotis dengan bangunan semi panggung. Ia juga akan menyiapkan area joging, renang, snorkling dan menyelam.

Setiap pagi bermandikan indahnya cahaya arunika. Dan kala sore tiba, bisa menikmati indahnya serenada. Pulau Seliu memang bagaikan sepotong surga yang menjanjikan banyak keindahan.

Amara diam-diam menatap wajah Mahesa. Ia terkejut saat lelaki itu membalas tatapannya dengan senyuman mesra. Membuat wajah Amara merona.

“Aku ingin membangun istana kecil di Pulau Seliu. Tempat di mana kelak anak-anak kita bisa dengan leluasa menikmati cahaya mentari, menghirup aroma laut, dan bercengkerama dengan alam.”

Amara tersenyum dan mengangguk.

“Iya, Bang InsyaAllah.”

Mahesa tersenyum. Ia merasa beruntung bisa bertemu dengan bidadari cantik dan sholihah seperti Amara. Ia percaya Amara bisa menjadi ibu yang baik bagi anak-anak mereka nanti.

Al- Ummu madrasatul ula, iza a’adadtaha a'dadta sya’ban thathayyibal a'raq”. Artinya : Ibu adalah sekolah ( madrasah) yang baik bagi anaknya, jika engkau persiapkan dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya.

Mahesa, menggenggam erat jemari Amara seakan tak ingin terlepas lagi. Ia yang masih terbaring di tempat tidurnya, menatap Amara dengan mesra. Tangan kirinya mengusap lembut wajah cantik di hadapannya.

“Bilang sama dokter, aku sudah sembuh,” bisik Mahesa yang membuat Amara tersenyum.

“Iya, sabar. Sebentar lagi....”

“Terima kasih, ya sudah mau menemaniku.”

Amara tersenyum, tak sadar ia memeluk Laki-laki yang selama ini dirindukan.

“Sabar, ya. Aku juga merindukan saat-saat kita bisa berdua, aku akan membayar semua kewajibanku sebagai seorang suami,” bisik Mahesa sambil mengusap lembut wajah Amara.

Pintu ruangan terbuka. Amara segera menarik tangannya dari genggaman Mahesa, sedikit menjauh dari tempat tidur Mahesa dan Ia pura-pura merapikan hijab yang dikenakannya.

Dokter Imelda tersenyum melihat Amara yang terlihat malu.

“Maaf ya, mengganggu,” ujarnya seraya tersenyum lembut. Tatapan lembut seorang ibu. Amara merasa Dokter Imelda sudah seperti ibunya sendiri. Hampir setahun tinggal bersama membuat Amara sangat menyayanginya. Keluarga Dokter Bety adalah orang-orang baik yang selalu peduli pada sesama.

“Enggak, Dok.” Amara menyangkal. Ia memberi kesempatan pada Dokter Imelda untuk memeriksa Mahesa. Saat ia menatap ke arah Mahesa. Laki-laki itu tersenyum menggodanya. Amara tersipu malu. Ia merasa banyak kupu-kupu yang beterbangan di hatinya.

Ia segera duduk di kursi, menatap Dokter Imelda yang memeriksa Mahesa. Amara berharap semoga Mahesa segera sembuh.

Amara terbayang pernikahan yang telah mereka lakukan. Pernikahan yang sebelumnya pernah di sesalinya. Namun, ia yakin semuanya adalah rencana Allah.

Tentang pernikahan mereka. Amara sudah mencoba untuk bertanya dan mencari tahu tentang bagaimana hukumnya kalau pernikahan dengan nama yang palsu atau nama yang lain. Apakah pernikahan mereka sah?

Dan ia sudah lega setelah mendapatkan jawabannya. Pernikahan yang mereka lakukan dulu tetap sah. Karena untuk nama mempelai tidak termasuk rukun nikah yang bisa membatalkan sebuah pernikahan. Hanya saja untuk perbaikan nama nanti harus diurus kembali perubahan nama.

“Jadi, kapan nih? Rencana bulan madunya?” Dokter Imelda menatap Amara dan Mahesa bergantian.

“Kalau aku sudah sembuh, kami langsung berangkat, Dok,” sahut Mahesa bersemangat. Mendengar perkataan Mahesa. Amara dan Dokter Imelda tertawa.

Amara mendekati Mahesa. “ Abang, malu ih, sama Bu Dokter,” bisik Amara. Mahesa hanya tertawa.

“Gimana, Dok? Udah boleh pulang?” tanyanya penuh semangat.

“Aduh, yang mau segera berbulan madu.”

Dokter Imelda mendekati pasangan itu. Ia, tersenyum. “Sepertinya sudah tidak ada yang perlu di khawatirkan lagi. Jadi hari ini sudah boleh pulang.” Mendengar hal itu Mahesa, terlihat begitu bahagia.

“Alhamdulillah....” Mahesa dan Amara mengucapkan rasa syukur berbarengan dan mereka saling melempar senyuman.

“Alhamdulillah...” Renata dan Kusuma Wijaya masuk ke dalam ruangan. Mereka merasa bahagia mendengar Mahesa sudah di perbolehkan pulang.

“Alhamdulillah, Nak. Kita harus banyak bersyukur kamu bisa selamat. Soalnya kalau melihat kondisi mobil kamu yang ringsek, banyak yang mengira penumpangnya tidak selamat.” Kusuma memberikan koran yang memuat berita kecelakaan itu pada Mahesa. Laki-laki itu tersenyum melihat kondisi mobilnya.

“Ini peringatan untuk kamu dan kita semua. Harus tetap hati-hati dalam kondisi apa pun.”

“Iya, Ayah,” jawab Mahesa. Setelah infusnya dilepas, ia segera bangkit dan turun dari tempat tidur. Renata mendekati anaknya.

“Kamu itu, ya. Sejak kecil selalu bikin Mama sport jantung.” Semuanya tertawa mendengar apa yang dikatakan Renata.

Mahesa ingat saat kecil ia pernah jatuh dari sepeda dan kepalanya membentur pinggir jalan sehingga membuatnya tidak sadarkan diri dan di rawat di rumah sakit.

“Iya, Ma. Maafkan Mahesa.” Ia memeluk Renata dan mencium pipi wanita itu. Amara tersenyum bahagia melihat keakraban ibu dan anaknya. Ia merasa malu saat Mahesa kembali menggenggam jemarinya.

“Bagaimana, kita pulang?” tanya Kusuma Wijaya. Laki-laki itu baru saja menyelesaikan urusan administrasi. Walaupun rumah sakit ini adalah milik keluarga mereka. Ia tetap menyelesaikan administrasi sesuai dengan prosedur.

Beberapa orang dokter masuk ke ruangan.

“Terima kasih semuanya yang sudah merawat Mahesa,” ucap Wijaya Kusuma.

“Sama-sama Pak. Maafkan kalau ada yang kurang berkenan,” jawab Dokter Imelda mewakili semua dokter dan perawat yang telah merawat Mahesa.

Renata tersenyum melihat Mahesa yang mendekap Amara.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Seru

03 Oct
Balas

Terima kasih Bu

03 Oct

Lanjuuut Bun.. Keren

03 Oct
Balas

Siap Bu InsyaAllah

03 Oct



search

New Post