Banda yang tak asri lagi
Biasanya aku tak bisa pulang kampung. Walaupun kampungku tidak jauh. Paling lama 1,5 jam perjalanan dengan kecepatan sedang. Karena corona, sebagai guru aku tidak harus ke sekolah.Kali ini aku bisa pulang pada Sabtu sore dan kembali Senin pagi. Waktu pulang kali ini aku dengar di kampung tidak boleh sholat berjamaah di masjid di kampungku ini. Padahal biasanya paling tidak aku selalu ikut shalat subuh berjamaah di masjid.
Pagi Ahad setelah merapikan rumah, dan memasak. selesai semuanya kira – kira pukul sepuluh. Aku ingin pergi ke sawah. Sepanjang perjalanan di sawah aku melihat sangat banyak perubahan. Terutama jalan menuju sawah. Dulu jalan menuju sawah hanya jalan tanah atau pematang yang agak lebar di samping aliran air untuk mengairi sawah yang kami sebut banda. Dulunya disetiap sawah yang berbeda orang punyanya, sepanjang aliran banda ini ada tempat untuk mandi dan mencuci yang bersih. Tapi sekarang kulihat tempat itu sudah tidak ada lagi. Hampir semuanya seperti tidak terurus lagi. Sudah dikelilingi semak belukar.
Waktu itu aku iseng membawa tangguk kecil. Teringat olehku waktu kecil dulu aku suka menangguk ikan di sepanjang banda dengan menampung tangguk di pinggir banda yang ditumbuhi daun banto. Aku injak – injak daun banto di atas tangguk lalu kuangkat. Dulu aku akan mendapat ikan kecil – kecil yang kami sebut ikan kapalo timah. Tapi sekarang ikan itu susah aku temukan.
Karena susah mendapat ikan kecil di banda, tiba – tiba aku kangen ingin makan gulai siput. aku pun memutuskan untuk mencari siput. Setelah agak lama mencari, aku hanya mendapat beberapa ekor siput yaitu tidak sampai sepuluh. Ternyata ikan kapalo timah dan siput sudah jadi makhluk langka di banda kampungku ini. Karena hanya sedikit dan tak mungkin aku buat gulai akhirnya siput yang kudapat kulepas kembali.
Karena sudah sore akupun mandi. Di tempat mandi akupun merasa sedih melihat tempat pemandianku yang dulunya bersih, sekarang sudah tidak seperti dulu lagi. Di banda tempat aku berenang dulu, sekarang aku tak bisa berenang lagi. Airnya sudah dangkal semata kaki, karena lumpur bercampur pasir sudah memenuhinya. Sekarang aku hanya bisa mandi di telaga kecil yang merupakan sumber mata air pemandian ini.
Timbul niat dalam hatiku untuk mengajak orang – orang di kampung untuk membersihkan kembali pemandian ini dan tempat – tempat umum lainnya agar bersih dan asri kembali seperti dulu. Bagaimana caranya aku menyampaikan keinginanku ini. Pada siapa aku harus bicarakan hal ini?. Apakah keinginan perantau yang tak berprestasi yang berarti akan didengar oleh pemangku kebijakan di kampungku?. Apakah aku harus tinggal di kampung dan mencalonkan diri jadi Wali nagari?. Lalu aku buat peraturan nagari yang isinya melestarikan kembali saluran – saluran air yang kini sudah tak bersih lagi. Sekarang banda di jadikan tempat menyalurkan limbah dari rumah – rumah yang sekarang sudah punya tempat mandi dan jamban dalam rumah.
Aku bermimpi. Jika aku jadi wali nagari, setiap rumah kuwajibkan membuat septik tank tempat pembuangan dari jamban rumah – rumah. Air yang boleh di alirkan ke banda hanya air mandi , cuci piring dan cuci kain. Banda – banda yang sudah dangkal di keruk sehingga airnya kembali normal sehingga ikan dan siput bisa hidup lagi di dalamnya.
Ah, mengapa pula aku bermimpi di waktu sedang mandi. Aku jadi merasa kedinginan dan cepat – cepat keluar. Mengeringkan badan dengan handuk, berpakaian dan segera pulang. Sesampainya di rumah aku bertanya pada umi, mengapa susah untuk mendapatkan ikan dan siput di banda?. Umiku menjelaskan bahwa ikan dan siput sudah jarang karena ada orang yang memutas (memasukkan benda semacam racun) ke dalam banda. Karena putas ikan yang agak besar jadi mabuk sehingga mudah untuk menangkapnya dan anak – anak ikan serta siput tidak bisa berkembang lagi di banda. Mimpiku bersambung seketika itu juga. Jika aku jadi wali nagari aku tambah aturan lagi. Aku aturan yang melarang orang memutas di banda.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar