NENDEN HERNIKA

Lahir di Subang, dan sejak tahun 1993 tinggal di Bojongmangu Kabupaten Bekasi, menjadi guru SDN Bojongmangu 03 Berusaha mengubah rintangan menjadi peluang,...

Selengkapnya
Navigasi Web

AKU DIBERHENTIKAN TANPA PEMBERITAHUAN (1)

Tantangan Menulis Hari Ke-35

Aku sedang mengajar di kelas, ketika Bapak Kepala Sekolah memanggilku agar menemuinya di kantor. Beliau sendiri yang datang langsung ke kelas, “Ada hal penting yang harus dibicarakan,” katanya. Aku pun bergegas keluar kelas, setelah sebelumnya memberi tugas pada anak-anak. Tiba di ruang kantor, ternyata ada bapak pengawas sekolah.

“Bu, saat ini ada pendaftaran kepala sekolah, ibu daftar ya? Tahun depan akan banyak kekosongan,” kata pak pengawas setelah aku duduk di depannya. Tentu saja aku sangat terkejut. Menjadi kepala sekolah? Sama sekali tak ada dalam benakku. Usiaku baru 35 tahun, masa kerjaku memang bisa dikatakan lebih untuk memenuhi syarat kepala sekolah karena aku diangkat jadi guru sejak usia 22 tahun. Tapi untuk menjadi seorang pemimpin? Duuh, jujur aku belum sanggup. Kusampaikan alasanku, bahwa aku belum siap. Namun baik pak pengawas maupun kepala sekolah memberiku motivasi, menurutnya, aku layak jadi kepala sekolah meskipun masih muda.

“Kami bisa menilai ko, Bu. Semua syarat sudah ibu miliki. Bapak yakin ibu bisa,” Kata bapak kepala sekolah.

“Usia sepuh bukan jaminan kedewasaan, Bu, jadi ibu jangan takut maju meski usia masih muda. Kami meminta ibu jadi kepala sekolah itu bukan tanpa alasan. Ibu cerdas, berprestasi, ada banyak catatan di saya tentang keberhasilan ibu selama jadi guru. Lagi pula, Bapak meminta Ibu untuk mendaftar kepala sekolah itu atas ijin Ibu Kepala UPTD, beliau ingin ada unsur perempuan dari kepala sekolah, ibu kan tahu sendiri, di kecamatan kita tidak ada satu pun kepala sekolah perempuan,” pak pengawas menambahkan panjang lebar.

Aku hanya diam, tak memberikan jawaban. Tetap membantah khawatir dianggap membangkang. Bilang iya juga tak sanggup, takut belum bisa memimpin. Akhirnya aku memohon waktu untuk berfikir sekaligus ingin minta pendapat suami, karena bagaimanapun, suami adalah penangung jawab hidupku. Jadi meskipun ini urusan kedinasan, keputusan dan ijin suami tetap dibutuhkan. Bukan tak punya pendapat sendiri, atau tidak professional dengan mencampuradukkan urusan dinas dengan keluarga. Namun karena tugas yang akan diemban menyangkut aktivitas yang tentunya sedikit banyak akan berpengaruh juga pada aktivitas di keluarga, maka ijin dan restu suami, adalah hal utama.

(Bersambung)

Bekasi, 04-02-2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

04 Feb
Balas

Terimakasih, Pak. salam literasi juga.

04 Feb

Wah hebat bu. Pingin cepat baca sambungannya ....

04 Feb
Balas

Teriimakasih, Bu. Semoga bisa tayang besok ya, Bu. Aamiin,

04 Feb



search

New Post