Neneng Noeraeni A, M.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pesawat Origami

Pesawat Origami

Tami langsung menyeka air matanya ketika sang Ibu memanggilnya. Ia tak ingin kesedihannya terlihat orang lain bahkan ibunya sendiri. Disembunyikannya sebuah kotak terbuat dari kayu jati. Kotak tersebut adalah hadiah yang tersisa dari ibu kandungnya. Tami tinggal bersama ibu asuhnya, karena ibu kandungnya pergi entah kemana. Tumpukan kertas warna warni memenuhi kamarnya. dilipatnya bagian sisi kertas hingga menjadi bentuk yang diinginkannya. Ia mulai lihai membuat macam – macam bentuk. Namun, ia lebih suka membuat pesawat terbang . setelah puas melipat – lipat kertas persegi itu, ia menyimpannya dalam kotak kayu jati miliknya.

Tami dikenal sebagai sosok anak pendiam yang jarang berkomunikasi dengan orang lain. Teman – teman yang tinggal satu panti dengannya tidak jarang mengajaknya main bersama, tapi Tami tetap lebih memilih sendiri. Ibu asuhnya, Ibu Ratih merupakan pemilik rumah panti asuhan yang ditinggali Tami. Tami berusia 2 tahun saat ditemukan berdiri sendiri di tengah ramainya pasar. Ia menangis karena ditinggal sendiri oleh ibunya, ditambah perutnya yang lapar karena belum makan dari pagi. Tami yang kecil menolak ajakan bu Ratih untuk makan. Dia bilang, “nanti kalau aku pergi, mama bingung cari aku, kata mama aku disuruh tunggu disini”. Ibu Ratih tidak tega meninggalkan Tami yang kecil, dia membelikan sebungkus nasi dan menemaninya untuk bertemu ibunya. Jam menunjuk pukul 17.00 WIB sang ibu tidak juga datang.

Ibu Ratih dibantu Polisi meyakinkan tami kecil untuk pulang bersama bu Ratih. Polisi berjanji akan memberi tahu ibunya untuk menjemput Tami di panti. Sudah lima tahun berlalu, Tami tumbuh menjadi anak yang cantik dan cerdas, tapi selama itu tetap tidak ada juga sesosok wanita menjemput Tami pulang. Tinggal di panti tidak membuat Tami membenci ibunya. Dia tahu pasti ibunya sangat menyayanginya. Dia membuat pesawat dari origami untuk mencari dimana ibunya, “dengan pesawat ini, aku bisa cari dimana ibu,” jelasnya.

Kertas origami Tami habis. Dia meminta ibu Ratih untuk memberikannya Koran. “ dengan Koran ini, aku bisa membuat pesawat lebih besar,”ucapnya. Ibu Ratih menyodorkan beberapa tumpukan Koran bekas kepada Tami. Ia membuka lembar demi lembar dan mulai melipat – lipatnya. Ia sangat antusias ketika melihat sebuah gambar di satu lembar Koran bekas.

“Ibu Ratih, ini mama.”

“Coba ibu lihat?”

Ibu Ratih membuka lembaran berisi gambar seorang wanita memastikan bahwa itu adalah gambar ibu Tami. Ibu Ratih bertanya kepada Tami untuk memastikan kembali kalau itu ibunya.

“Kamu masih ingat siapa nama ibumu?”

“Ibu Rumi.” Jelas Tami.

Ibu Ratih membaca dan mengecek nama wanita di gambar itu, namanya Rumita Sari. Mungkin benar ini ibu kandung Tami, karena Ibu Ratih belum pernah melihat dan mengenalnya.

Ibu Ratih membaca detail berita tentang sosok wanita di gambar yang terbit lima tahun lalu, tertulis judul berita Korban tabrak lari tewas . Ibu Ratih tak kuasa menahan tangisnya yang seketika pecah saat membaca berita tersebut.

“Kenapa ibu menangis?” tanya Tami.

Ibu Ratih menarik napas panjang berharap sesak dadanya berkurang karena menahan tangis. Dia memeluk erat tubuh Tami yang mungil, dan menciumi keningnya tanpa rangkaian kata yang terucap.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah ini mah cerpenis sejati

07 Nov
Balas

Terima kasih Master atas apresiasi nya...

07 Nov



search

New Post