Neneng Rahmia

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Ketika Corona Singgah di Runahku

KETIKA CORONA SINGGAH DI RUMAHKU

Apa itu Corona Virus?

Coronavirus adalah sekumpulan virus dari subfamili Orthocoronavirinae dalam keluarga Coronaviridae dan ordo Nidovirales. Kelompok virus ini yang dapat menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia (termasuk manusia).

Pada manusia, koronavirus menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang umumnya ringan, seperti pilek, meskipun beberapa bentuk penyakit seperti SARS, MERS, dan COVID-19 sifatnya lebih mematikan. Manifestasi klinis yang muncul cukup beragam pada spesies lain: pada ayam, koronavirus menyebabkan penyakit saluran pernapasan atas, sedangkan pada sapi dan babi menyebabkan diare. Belum ada vaksin atau obat antivirus untuk mencegah atau mengobati infeksi koronavirus pada manusia.

Coronavirus merupakan virus beramplop dengan genom RNA utas tunggal plus dan nukleokapsid berbentuk heliks simetris. Jumlah genom koronavirus berkisar antara 27–34 kilo pasangan basa, terbesar di antara virus RNA yang diketahui.

Nama dan Morfologi Corona Virus

Nama koronavirus berasal dari bahasa Latin corona yang artinya mahkota, yang mengacu pada tampilan partikel virus (virion): mereka memiliki pinggiran yang mengingatkan pada mahkota atau korona matahari.

Nama koronavirus berasal dari bahasa Latin corona dan bahasa Yunani κορώνη (korṓnē, "lingkaran, untaian"), yang berarti mahkota atau lingkaran cahaya. Namanya mengacu pada penampilan karakteristik virion (bentuk infektif virus) dalam mikroskop elektron, yang memproyeksikan pinggiran permukaan virus yang besar dan bulat yang menghasilkan gambar yang mengingatkan pada mahkota atau korona matahari. Morfologi ini diciptakan oleh peplomer tonjolan protein permukaan virus (S), yang menentukan tropisme inang.

Protein yang menyusun struktur koronavirus yaitu protein tonjolan (spike) (S), amplop (E), membran (M), dan nukleokapsid (N). Khusus pada virus SARS, letak pengikatan reseptor pada protein S memediasi perlekatan virus ke reseptor sel inangnya yaitu, enzim pengubah angiotensin (ACE2).[8] Beberapa koronavirus (khususnya anggota Betacoronavirus garis keturunan A) juga memiliki tonjolan protein pendek yang disebut hemaglutinin esterase (HE).[2]

Penularan Corona Virus

Penularan koronavirus dari manusia ke manusia diperkirakan terjadi melalui kontak langsung dalam jarak dekat via tetesan kecil atau percikan (droplet) dari saluran pernapasan yang dihasilkan penderita saat bersin dan batuk.

Ketika Corona Singgah di Rumahku

Artikel ini dibuat sebagai arsip, pengingat memoriku, jadi pembelajaran di masa datang, juga mungkin sebagai pembelajaran bagi orang lain, dan semoga bermanfaat.

Bagaimana aku pertama kali terpapar wabah virus ini?

Saat itu, hari Jum’at tanggal 4 Juni 2021, kami keluarga besar mertuaku pergi ke Tangerang untuk menghadiri acara tunangan keponakan.

Keluarga intiku ikut semua, aku, suami, ketiga anakku, menantuku dan cucuku, satu mobil diisi tujuh orang.

Alhamdulillah, sampai dengan selamat, kami menginap semalam, karena acara tunangannya dilaksanakan hari Sabtu tanggal 5 Juni 2021, pukul 10.00, di sebuah gedung, tentu saja kita melaksanakan protokol kesehatan, memakai masker. menjaga jarak, tidak berkerumun, dan disediakan tempat mencuci tangan.

Acara pertunangan berjalan lancar, sampai pukul 14.00. kamipun langsung pamit pulang, tidak mampir lagi di tempat saudara yang melaksanakan tunangan.

Sampai rumah, pukul 21.00. kamipun beristirahat.

Keesokan harinya, pada hari Minggu, sekitar pukul 08.00. anak dan menantuku izin pulang ke rumahnya, mereka sudah bersiap, cucuku sudah dadah-dadah, aku ciumi, kiss bye, wah selalu kangen sama cucuku itu, anak perempuan yang periang, lucu, dan cantik, melihat cucuku itu mengingatkanku pada ibunya di masa kecilnya, persis...

Saat kendaraan mereka sudah mulai melaju, dari kejauhan ada yang memanggil, oh tetanggaku...

Karena anak dan mantuku seorang perawat, jadi sudah biasa kalau tetangga meminta tolong. Kebetulan tetangga yang memanggil itu,inunya sedang sakit keras. Nah dia minta tolong diperiksakan ibunya yang sedang sakit itu, menantuku langsung mematikan motor, jiwa penolongnya seketika langsung timbul, dia membawa peralatan pendeteksi Covid ke rumah yang sedang sakit, hanya menantuku saja yang pergi ke rumah si sakit itu. Sambil harap-harap cemas juga, jangan-jangan yang sakit terpapar, karena belakangan juga merebak isu, bahwa anaknya yang sakit itu terpapar covid, tapi dia marah-marah karena isyunya merebak, dia menolak untuk dibilang covid, padahal mantri yang memeriksanya memberitahu keluarganya, agar dia isolasi mandiri.

Tak lama, sekitar 30 menit, menantuku selesai memeriksa pasen, setelah berada dekatku kita berebut pertanyaan, apa yang terjadi? Covid ya?.

Menantuku hanya tersenyum, secara profesional dia tidak berkewajiban menyampaikan penyakit pasen, dia hanya bilang mau laporan ke Puskesmas terdekat yang menjadi wilayah pasen.

Siang harinya aku beraktifitas, ke undangan saudara yang menikahkan, sekitar 7 km dari rumah, sore harinya menengok keponakan yang sedang sakit di RS. Dustira.

Aku bukan termasuk orang yang senang bertandang ke rumah tetangga, sngobrol sana-sini, berghibah, aku orang rumahan, tetapi silaturahimku baik-baik saja, karena suka bertemu juga di mushola untuk sholat berjamaah, atau pengajian rutinan. Lain lagi dengan adik iparku itu, dia senang bertandang, bertetangga, ngobrol sana-sini, makan-maka, dan aku tahu tetanggaku terpapar Covid juga dari adik ipar, dia sibuk sendiri ketakutan, karena yahu di rumah tetanggaku itu ada yang terpapar, dan adik iparku itu suka ngobrol juga dengan aku, aku merasa takut juga, jangan-jangan adik iparku sudah kena, gimana yah menjauhinya?

Sore hari Aku juga mendapat kabar bahwa tetangga ku yang sakit dibawa ke RSUD Cikalongwetan, tapi ditolak karena ruangan penuh, tentu ruangan IGD Covid, karena beliau sudah terdeteksi Covid, setelah itu oleh keluarganya dibawa ke RS. Dustira Cimahi, tanpa mencari informasi dulu, dibawa begitu saja, RS Dustira menolak juga karena penuh, lantas salah satu keluarganya menghubungi menantuku lagi, meminta bantuan dan informasi tentang rumah sakit mana yang bisa menerima pasen, Alhamdulillah menantuku bisa menghubungi beberapa Rumah sakit, dan dapatlah di RSUD Lembang, dengan status Pasen Covid

Yang menyesakan dada adalah, yang mengantar pasen ke RSUD Lembang adalah menantuku, memakai ambulan Puskesmas tanpa memakai APD.

Hari senin, sekitar pukul 09.00 aku berangkat ke sekolah, menjelang dzuhur sudah pulang. Tidak ada yang berubah, kehidupan seperti biasa.

Sekitar ba’da Ashar ada kabar bahwa pasen tetanggakumeninggal dunia, innalillahi wainnailaihi rooj’uun, yang membuat parah pasenadalah penyakit bawaannya, yaitu mag akut, dan asma, ditambah covid yang kemungkinan besar terpapar dari anaknya itu, karena mereka serumah.

Kami, para tetangga berdatangan menghampiri keluarga yang sedang terkena musibah, namun setiap ada yang datang mereka selalu menyebut bahwa ibunya meninggal bukan karena Covid ke setiap orang. Hmmm..., begitu aibkah meninggal karena Covid?

Malam harinya, aku, suami dan adik ipar ingin menghadiri pemakaman, disana juga sudah hadir anak dan menantuku, pengalaman pertama bisa melihat jenazah akibat Covid mau dimakamkan.

Sekitar pukul 21.00, ambulan dari RSUD Lembang datang membawa jenazah, aku, anakku, dan adik iparku tidak berani keluar mobil, hanya melihat dari jauh, duh ketir sekali melihat ambulan lampunya yang merebak sambil sesekali membunyikan sirine. Ambulan diparkir di halaman Puskesmas, suamiku yang seorang ustad berinisiatif akan menyolatkan jenazah yang masih didalam ambulan itu, terlihat beberapa orang laki-laki melaksanakan sholat jenazah di halaman Puskesmas, sedangkan jenazahnya di dalam ambulan.

Sekitar pukul 21.15, peti jenazah digotong oleh para petugas dari RSUD Lembang dan Puskesmas setempat, mereka dilengkapi pakaian APD. Ya Alloh, ketir sekali melihat pemandangan ini, aku sampai menangis dan terus berdo’a. Semoga almarhumah tetanggaku meninggalnya Syahid karena wabah dan husnul khotimah, aku tidak melihat anak-anaknya, mungkin di makam?

Suamiku dan orang-orang yang hadir mengikuti pembawa peti jenazah dari belakang, tanpa APD, duh...namun dia bilang mudah-mudahan jadi kebaikan. Aamiin Yaa Robbal’alamiin.

Aku tidak turut ke pemakaman, hanya menunggu di mobil, kehausan karena tidak bawa air minum, akhirnya aku telpon anakku untuk membeli satu dus aqua. Tak lama datang, kitapun menunggu yang memakamkan sambil berdo’a dan sesekali minum, dingin sekali malam itu, aku dan adik ipar, datang ke pemakaman itu memakai mukena, karena habis dari mushola langsung pergi, dan ingin ikut menshalatkan, walaupun tidak jadi.

Ambulan dan para petugas, terlebih dahulu pulang, karena acara pemakaman diserahkan kepada petugas Puskesmas dan suamiku sebagai ustadnya.

Sekitar pukul 22.00 acara pemakaman selesai, suamiku bergegas cuci tangan di halaman Puskesmas, terus kami pulang.

Nah, hari Rabu, 10 Juni 2021 malam kamis aku tidak enak badan, tulang-tulang linu disertai batuk kering, badan menggigil, susah tidur, aku melaksanakan sholat Isya dulu sekitar pukul 21.00 dan meminum obat sakit kepala, lalu pergi tidur, tapi susah tidur, tubuhku menggigil kedinginan, ingin sekali cepat besok, ingin cepat ke dokter, sebenarnya demam seperti ini sudah biasa, jadi aku tidak panik, biasa saja, apalagi akan berobat dokter.

Keesokan harinya, sekitar pukul 08.00 pergi ke dokter, aku ceritakan keluhannya, cek suhu 35 derajat celsius, normal, cek tekanan darah, 120/100, normal. Selesai diperiksa, aku pulang sambil membawa obat, di luar ruangan praktek dokter aku berpapasan dengan adik sepupuku yang juga sedang berobat, diantar adiknya yang mengendarai motor.

Sampai di rumah aku makan dulu, terus minum obat, pergi tidur. Alhamdulillah sakit-sakit badan dan ngilu hilang, demam hilang, kehidupan normal kembali, pergi ke mushola tiap subuh dan maghrib berjalan seperti biasa.

Namun ada yang aneh. Hari Jum’at ketika aku menyetrika pakaian, dan seperti biasan memakai pewangi, aku sama sekali tidak mencium aroma pewangi pakaian itu aku sedikit jengah, tapi fikiran kearah yang tidak diinginkan aku enyahkan . tapi batuk pilek datang lagi, kadang-kadang pusing juga, dan anehnya lagi, biasanya kalau aku sakit tidak akan lama, hanya dua hari, obat-obat dari dokter itu biasanya masih banyak tidak terpklai, hanya antibiotik yang suka dilanjut sampai habis. Dokter memberi resep sampai untuk 4 hari, dan rasa pusing ini seperti keleyengan kok tidak hilang, flu dan batuk juga terus-terusan, Ya Alloh, mengapa ini?

Hari Minggu, tanggal 13 Juni 2021 sekitar pukul 10.00, aku menghadiri undangan pernikahan anak temanku di Cimhi di Gedung Pusbekang, dari aku pergi, di mobil aku hanya berdo’a dan merasakan tidak enak badan, aku terus bertanya dalam hati, mengapa begini Ya Alloh, kok tidak enak sekali badanku, padahal obat dari dokter hanya tinggal satu kali lagi habis. Di undangan lancar, hanya berjalan selalu berpegangan pada lengan suamiku, karena penglihatan agak pusing. Tidak lama pulang, dan mampir dulu ke rumah anakku, karena mau ikut ke rumahku, sekalian dia menawarkan untuk test Swab, aku mengiyakan ajah walau cemas juga, jangan-jangan....Ya Alloh.

Sampai di rumah aku melaksanakan dulu sholat dzuhur, setelah itu siap-siap untuk diswab oleh anakku yang memang perawat , mereka selalu membawa alat test sweb antigen itu, yang akan disweb itu 4 orang, aku, suamiku, anak bungsuku yang lagi flu dan batuk, dan adik iparku yang waktu itu ikut ke pemakaman juga, dia juga lagi merasa tidak enak badan, malah sudah pergi ke dokter tapi dokternya belum buka praktek, akhirnya dia pulang, dan disuruh oleh anakku untuk test swab.

Yang pertama disweb, aku ibunya, dia kelihatan pucat, waduh...

kemudian dia melihat hasilnya, ibu...positif! Duh...aku terdiam, tapi langsung aku ucap Innalillahi wainnailaihi rooji'uun...

Yang kedua anak bungsuku, perawat itu mencolok hudung adiknya, terus dia bekerja sesuai prosedur sweb antigen, lalu dia berucap, Neng Afi...positif! Deg...

Tapi si bungsu hanya cengar-cengir saja, malah bercanda...cieee covid yah...

Tiba giliran adik iparku, dia duduk disamping anakku, setelah selesai prosedur, anakku berucap lagi...bibi positif! Astagfirullihaladzim...

Bibinya yang lagi batuk berat pun pucat.

Aku yang dalam hati cemas, tetap menguatkan mereka, tidak apa-apa Insyaa Alloh kita sembuh, sambil bercanda aku bilang pada adik iparku, hayoh siapa yang membawa virus? Dia hanya tersenyum karena mungkin kami terpapar dari dia.

Kemudian terakhir yang akan diswab adalah suamiku.

Sudah siap, dan setelah prisedur, anakku berucap...bapak...negatif! Alhamdulillah Ya Alloh, tidak semua kena.

Tapi aku sendiri bingung terus harus bagaimana ini?

Anakku yang perawat ini berujar: " Ibu, Neng Afi, dan bibi harus isolasi mandiri, nanti teteh buat laporan ke Puskesmas, agar dibanru obat-obatan dan vitamin yang diperlukan.

Aku berinisiatif, udah beli saja ke apotik dulu, Puskesmas sudah tutup jam 15.00.

Akhirnya aku kasih uang anakku untuk belanja keperluan 3 orang, aku jadi teringat sebelum sweb aku sempet membaca postingan teman yang sedang isolasi mandiri, dia minta do'a digrup, dan anggota grup banyak menyampaikan do'a dan solusi, aku lihat digrup postingan-postingan solusi bagi yang sedang nelaksanakan isoman.

Yah, aku suruh anakju yang perawat ini untuk membelikan sari jahe merah, buavita jus jambu merah, susu, energen korma, energen vanilla, kayu putih, Plosa, freshcare, madu, jeruk lemon, dan tentunya obat dan vitamin yang dia tahu harus dikonsumsi unruk 3 orang.

Dari ketiga yang positfi ini, aku yang paling parah, karena disertai demam, kalau anakku dan adik ipar yang terlihat adalah batuk dan pilek.

Sementara anakku pergi belanja, aku sholat Ashar, memohon ampunan dari wabah ini dan segera disembuhkan.

Adijkiparku pulang ke rumahnya, runahnya dekat juga hanya terhalang dua rumah.

Nah, aku tidak tahu jalan pikiran adik ipar, dia memberi tahu tetangga yang biasa dia ngobrol, menggosip , bahwa kami terpapar, maksud dia katanya supaya tahu bahwa kami sedang covid, dan kemungkinan tertular oleh tetangga yang meninggal itu, memang sih adik iparku itu suka bertetangga, jadi ketika tetangga yang neninggal itu sedang sakit, dia selalu main di situ, dan kemungkinan besar virus singgah ke tubuhku lewat adik ipar, aku menularkannya pada anak bungsuku, tapi suamiku yang malahan tidur sekamar tidak terpapar, kemungkinan imunnya kuat, Wallohu’alam, qodarulloh, aku tidak mau menyalahkan siapa-siapa, ini sudah baguan dari skenario Alloh, yang terpenting aku dan keluargaku harus sehat kembali. itulah awal aku terpapar, hebohlah jadinya, tetangga mulai mengucilkan, hmm... tapi aku ambil sikap tak peduli, mau tahu atau tidak tetangga tentang aku dan keluarga yang sedang terpapar, itu bukan urusanku, aku hanya fokus pada penyembuhanku , adik iparku dan si bungsu.

Diantara bertiga yang terpapar, aku yang paling parah, karena yang terasa pusing, tidak enak badan, malah di hari Senin, keadaan ini semakin menjadi, suhu badanku tidak panas, tapi terasa panas, susah tidur walau sudah makan obat. Siangnya mantuku datang, dia membawa alat infus, katanya supaya terasa segar, aku pasrah saja, tapi pusing ini membuatku resah, Ya Alloh apa yang terjadi? Sembuhkan Ya Alloh, jadikan aku pemenang dari pertarungan ini, tunjukkan apa yang harus aku lakukan dengan rasa pusingku?, Malah aku sudah bilang ke anakku, ibu mau ke Rumah Sakit saja, mau dirawat.

Disaat itulah Alloh menunjukkan jalan, sementara badanku sedang gelisah, balik sana- balik sini, tangan kananku diinfus, dengan tidak sengaja tangan kiriku memegang sesuatu di bawah bantal..botol kayu putih! Entah mengapa padahal aku tahu dari kemarin botol kayu putih itu ada di sampingku, aku ambil aku buka tutupnya kemudian aku usapkan ke lubang hidung, dan kepala..

Subhanalloh...seketika rasa pusingku hilang, Alhamdulillah Ya Alloh, pertolonganmu sungguh cepat, sehingga aku tidak usah ke rumah sakit.

Hari senin itu aku menghabiskan dua labu cairan infus, tidurku pulas, sesekali ke toilet karena sering ingin pipis, mungkin karena banyak air yang harus ku minum, keesokan harinya anakku yang perawat menambah lagi infusan satu kantong, ba’da ashar anakku mencabut peralatan infusnya, aku menghabiskan tiga kantong cairan infus.

Selama sakit, aku tidak bisa mengurus makan dan mengurus rumah, Alhamdulillah, karena suamiku sehat, maka dia yang mengurus yang sakit, termasuk adik iparku juga nginap di rumah, kasihan suaminya tidak ada, kerjanya jauh, dan tidak bisa pulang, aku tawarkan, dia tidak usah risau, sudah keluargaku saja yang mengurus, bersama-sama.

Alhamdulillah, keluarga intiku, anakku, mantuku sangat perhatian, anakku sesudah selesai kerja pasti ke rumah, dia membawa makanan, buah-buahan dan vitamin.

Mantuku hanya hari pertama saja, karena dia kerja di tiga tempat, di Puskesmas, terus di klinik, juga direkrut membantu Tim Covid di IGD RSUD Cikalongwetan.

Hari senin itu, kami juga mendapat kabar duka, Pa Ustad Asep, tokoh agama meninggal dunia di ruang IGD Covid RSUDCikalongwetan, innalillahi wainnailaihi rooji'uun..

Umur sudah ada yang mengatur, qodarulloh...

Hari Rabu, suamiku bilang akan dinas luar ke Garut, ya..walau sedikit kecewa, tapi aku tidak boleh egois, aku mengijinkannya, toh aku ada anak dan mantu yang akan membantu.

Hari Kamis suamiku pergi ke Garut, hanya semalam memang, Jum'at besok juga pulang lagi, dan aku sudah agak baikan.

Sianggnya seperti biasa anakku datang sepulang kerja, dia kerja di RSUD Cikalong, dia seorang perawat, tapi sekarang diperbantukan di poli klinik mata, jadi pukul 13.00 sudah pulang.

Dia seperti biasa membawa makanan untuk makan siang, tentu tantenya juga dibawakan, anakku selalu tanya, mau makan apa? Mau dibelikan apa? Ya Alloh..syukron..perhatian sekali, kadang dia membawa seblak tulang ayam yang pedas pesanan adik bungsunya yang juga sedang isoman.

Anakku akan pulang dari rumahku kalau tidak bada maghrib, ya bada isya, setelah selesai membersihkan rumahku, sebelum pergi, dia selalu menawarkan, besok mau makan sama apa?

Besoknya, hari Jum'at tanggal 18 Juni 2021, setelah bangun tidur, aku beres-beres rumah alakadarnya, karena suami belum pulang, duh siapa yang akan mengupas kelapa nih? Ga ada orang, untung ada si abah lewat yang suka bantu-bantu suamiku mengurus domba , aku panggil dan minta tolong untuk mengupas kelapa, aku ambil airnya untuk dicampur madu dan lemon, minuman wajib selama terpapar covid, untuk tiga orang.

Setelah itu aku duduk di kursi, aku ambil plosa, aku dekatkan ke hidung, dan...Masyaa Alloh! Aku mencium aromanya..Alhamdulillah Ya Alloh...Engkau sembuhkan aku tidak dalam waktu yang lama, aku kasih tahu bungsuku dan adik iparku, mereka ikut bahagia. Memang, badanku juga sudah merasa sehat, dan bisa kerja rumah lagi, tapi tetap aku harus menghabiskan masa isomanku.

Siang hari, sekitar pukul 11.00 anakku yang suka bolak-balik ngurus kami yang sakit menelpon, tidak bisa datang, karena suaminya terpapar covid ...Allohu Akbar! Aku kaget, malahan suhu badannya tinggi sampai 39 derajat celcius. Ya sudah, ini ujian..resiko bagi tenaga medis tertular oleh pasennya, toh dia bekerja di RSUD merawat pasen covid, atau dia terpapar karena mengantar pasen tanpa memakai APD, wallohu’alam...

Aku yakin, mereka bisa mengurus dirinya sendiri, aku hanya bisa bersyukur tak henti-henti, ini caranya Alloh cepat menyembuhkanku , agar aku bisa merawat yang masih sakit, anak bungsuku dan adik iparku, Alhamdulillah, walau aku masih termasuk sakit masih bisa bermanfaat bagi orang lain.

Sore harinya, suamiku datang, membawa oleh-oleh madu asli dari Garut, subhanalloh! Disaat membutuhkan madu ada yang memberi madu. Alhamdulillah...

Besoknya, hari Sabtu, aku minta suamiku belanja ke warung, kebutuhan untuk dua hari ke deoan, agar suamiku tidak bolak-balik ke warung, beli bayam 6 ikat, tahu 2 bungkus, ayam potong 1 kg, dan bumbu lainnya, aku atur semuanya untuk hari sabtu dan minggu, aku masak sendiri, sesekali aku duduk dulu di kursi karena merasa pusing, sambil minum air hangat, atau sari jahe.

Setelah selesai, aku panggil anak bungsuku dan adik ipar supaya segera makan karena harus minum obat, kita selalu makan bersama sambil bercanda, biasanya yang dibicarakan adalah keadaan hidung yang hilang fungsinya, entah kemana?, Kemudian kami berjemur sambil mendengarkan musik, anak bungsuku kalau berjemur suka komedi juga, kalau ga naik ke atas genting dia akan telungkup diatas genting, ha ha...! Kebetulan kita berjemur di loteng rumah.

Setelah berjemur biasanya mandi air hangat, lalu tidur sampai dzuhur. Kita ritual lagi makan siang untuk minum obat, nanti sorenya setekah maghrib makan malam untuk minum obat, tidak lupa sebelum tidur, selain obat, aku membuat wedang jahe kiriman adikku yang di Tasik, madu seduhan air hangat, dan disediakan juga energen bagi yang ga mau makan nasi, itulah ritual kami dari bangun tidur sampai malam hari menjelang tidur, Jus, susu, buah-buahan jadi cemilan kita. Alhamdulillah Ya Alloh, rasa syukur ini tiada henti, karena aku diberi rizki, gajih ke-13 cair, dan digunakan untuk bekal sakit ini, dan betmanfaat untuk orang banyak.

Hari Minggu, tanggal 20 Juni 2021, ada kabar duka lagi, adik misanku, anaknya paman, yang terakhir bertemu di praktek dokter yang menjemput kakaknya yang sedang berobat, meninggal dunia, innalillahi wa innailaihi rooji'uun, meninggal di RS Kharisma karena serangan jantung, Subhanalloh Ya Alloh, sementara berita kematian karena Covid begitu berseliweran, suara sirine ambulan datang silih berganti, wabah ini di bulan juni 2021 sedang memuncak, udara yang tak menentu, hujan yang terus-terusan, juni 2021 adalah puncak gelombang ke-2 merebaknya Virus Covid 19.

Ada gambar gembira juga, anak bungsuku sudah normal penciumannya, Alhamdulillah Ya Alloih.

Qodarulloh, semua harus kita imani, Alloh SWT Yang Maha pengasih dan Penyayang sedang menguji keimanan kita, jangan marah ketika diuji, jangan gusar karena ditimpa penyakit, Alloh sedang menguji kadar keimanan kita, ketika sakit memang setiap helaan nafas selalu minta ampunan dan ingin segera disembuhkan.

Dan, di hari Minggu itu juga, anakku yang perawat itu mengabarkan, bahwa suaminya harus dirawat di ruang IGD Covid RSUD Cikalongwetan, karena suhu panasnya tidak turun, mantuku dijemput ambulan...Ya Alloh, aku menangis, mau marah, sedih, tapi aku cepat-cepat menyadari kekeliruanku, aku sadar, Alloh menguji keluargaku karena mungkin akan bisa menanggulanginya. Subhanalloh...

Ada kabar lagi, anakku yang perawat ... juga tetpapar Covid, karena mengurus suaminya, Ya Alloh...cobaan terus menguji kami, semoga kami bisa melewatinya, cucuku yang masih berumur 3 tahun dititip di neneknya dari ayahnya ( besanku), anakku isoman sendirian di rumahnya. Semoga kami bisa melewatinya..

Di hari Minggu itu juga, pulang anak keduaku, yang laki-laki, anakku yang kedua ini, dia kost dengan teman-temannya, yang sama-sama sedang mengerjakan skripsi, dia pulang pakai motor, kelihatan sehat, biasa saja, dia memasukkan motornya, aku bukakan pintu, dia bersalaman, sambil berkata: " Bu, hidung Aa ga bisa mencium aroma, Aa pulang karena sudah ada dua orang tetangga kost yang meninggal...".

Deg, Astagfirullohaladziim...

Ya Alloh, sungguh berita yang mengejutkan, dating lagi satu orang pasen Covid , namun begitu aku tidak panik, aku menenangkan diri, kelihatannya ini tidak separah aku, karena tidak kedengaran batuk atau pilek, tidak usah diswab, kita sudah tahu gejalanya.

Bismillah...aku mengurus 3 pasen covid, aku persiapkan segaka sesuatunya, aku telpon kakaknya yang lagi isoman, aku minta resep agar cepat dibeli diapotik. Setelah dapat resep, suamiku langsung ke apotik sambil membeli tambahan lainnya.

Karena anak laki-laki harus lebih telaten, kadang dia cuek, maka aku yang harus mempersiapkan segala sesuatunya.

Hari-hari berjalan, tak terasa sudah 14 hari aku, si bungsu dan adik iparku isoman, kami harus test, dan hasilnya negatif, Alhamdulillah...

Aku dan si bingsu sudah normal rasa dan penciumannya, hanya adik iparku masih belum merasa aroma apapun, dan batuknya malah semakin menjadi, ditambah sesak napas. Aku menyuruh dia minum sari jahe yang kuseduh, air du'a, wedang jahe agar hangat.

Besoknya suaminya datang, dan kini mereka ihtuar sehat di kampung halamannya, Tangerang.

Malam kamis, anak laki-lakiku memberi laporan, dia sudah mulai mencium aroma... Alhamdulillah!

Sekarang tinggal pemulihan, belum seratus persen normal, anak pertama dan mantuku sudah sembuh dan sudah bekerja lagi, aku sudah mulai keluar rumah melihat bunga-bungaku yang tidak terawat selama 14 hari, bungaku ada yang berguguran, ada yang nambah tumbuhnya, ada juga yang mati ...ya kehidupan...apapun itu sudah takdir Alloh SWT.

Respon Saudara dan Tetangga.

Sebenarnya enggan untuk menuliskannya,, tapi setelah kufikir, ada baiknya juga untuk pembelajaran.

Setelah aku, anakku, suami dan adik iparku disweb, dan 3 positif, 1 negatif, segera menyebar berita itu, yang pertama menyebarkan adalah adik iparku yang positif, dia beranggapan bahwa dengan dikasih tahunya tetangga, akan memberi pengertian, bahwa kami terpapar covid karena berrawal dari tetangga yang nenjadi pasen covid yang meninggal.

Namun sayang, pemahaman tetangga jauh dari yang diharapkan, mereka bukannya membantu, malah menghindar, jangankan membantu memberi makanan, untuk bertegur sapapun tidak mau, seolah-olah kita aib, najiz, dan yang lebih mentakitkan dianggap seperti syetan, kalau bertemu sambil jampe-jampe.

Padahal, harusnya resfek, orang yang kena wabah covid harus isoman tidak boleh keluar rumah, bagaimana makannya, membeli obat, cemilan sehat dan lain-lain.

Saudara juga sama, aku dikelilingi keluarga, adik, paman, keponakan, rumah mereka berdempet dengan rumahku. Tapi apa yang terjadi? Mereka mengurung diri, tidak bertanya, apa yang bisa dibantu? Mereka ketakutan, menghampiri rumahku sepertinya menghampiri kematian...

Terus terang, kami yang sakit tidak akan nerepotkan secara keuangan, cukup dengan membantu belanja, cuci piring, atau mengepel teras..

Apalagi kalau ada alasan tidak bisa membantu dikarenakan tidak mempunyai uang, lho...apakah yang sedang sakit ini memerlukan uang jutaan, atau ratusan ribu? Kok sampai ketakuran bangkrut begitu yah, bisa ajah kan sodaqoh dengan uang sepuluh ribu juga misalnya membeli sari jahe, atau sodaqoh lima ribu untuk membeli bayam. Sangat berbandik terbalik dengan tetangga anakku di Perum, begitu tahu ada yang terpapar dan sedang isoman, mereka langsung simpati, tiap hari sekalu berkirim, sampai-sampai kulkas penuh dengan sembako, cemilan dan lain-lain, tetangga yang hebat, faham akan kesulitan dan kondisi tetangganya, sehingga anakku merasa kebanyakan makanan, dia kirimkan untuk keluarga mertua dan keluarganya.

Astagfirullohaladziim..aku mengucap, aku mohon ampun atas pemikiranku tadi terhadap tetangga dan saudaraku, aku salah, ingin memaksakan apa yang kufikir agar orang lain mengerti keadaanku..

Ya Alloh, Alhamdulillah, Engkau segera menyadarkanku, apa yang aku fikirkan tentang tetangga dan saudaraku itu bisikan setan, agar aku menjadi orang yang tidak bersyukur, lebih jauhnya munafik, karena aku mulai menghitung-hitung kebaikanku terhadap mereka, subhanalloh...

Akhirnya, bismillah, aku berdamai dengan hati, tanpa bantuan mereka kami harus bisa melawan wabah yang melanda keluargaku, banyak yang harus disyukuri ketimbang disesali.

Aku bersyukur, Alloh SWT tidak membuat suamiku sama-sama sakit, sehingga dia bebas keluar untuk urusan belanja, aku bersyukur sebelum anak dan mantuku sakit, mereka yang peduli, aku bersyukur disaat anak dan mantuku sakit, Alloh cepat sembuhkan aku, aku bersyukur disaat aku sakit aku masih bisa bermanfaat bagi orang lain, selain anak-anakku yang aku urus, juga aku bisa mengurus adik iparku, aku bersyukur sebelum wabah ini menimpa keluargaku, Alloh memberi rizki dengan keluarnya gajih ke-13, dengan demikian secara finansial bisa tertutupi.

Aku harus memaklumi pemahaman mereka terhadap wabah ini, malahan keluarga tetanggaku yang menjadi pasen meninggal, mereka benar-benar menolak, kalau ibunya meninggal karena Covid, seminggu setelah kematian ibunya, mereka menyewa LSM yang juga masih kerabatnya, untuyk meminta keterangan rumah sakit, bahwa ibunya meninggal wajar, bukan kena Covid.

Ya Alloh, padahal janji-Mu. Orang yang meninggal karena wabah, jaminannya MATI SYAHID, jangankan yang meninggal, yang sakit dan sembuh dari sakitnya karena wabah, mendapat pahala Syahid. Sungguh disayangkan, mereka menolak ibunya sebagai SYAHIDAH...

Selama sakit ada juga katanya yang menyebar fitnah terhadap keluargaku, mereka mencibir karena suamiku bebas berkeliaran, duh...

Qodarulloh, keluargaku setelah 2 minggu isoman ditambah 1 minggu pemulihan, mulai membaik, mulai bisa keluar rumah, walaupun pada awalnya aku sendiri tidak percaya diri, aku jadi paranoid, takut gunjingan orang, takut aku menularkan virus, atau malahan aku takut tertular lagi, naudzubillah...

Dengan ucapan Bismillah, dengan kepercayaan diri, akhirnya dimulai dari aku terus ke keluarga yang lain, kini kehidupan normal kembali, tidak ada ketakutan, aku serahkan semuanya kepad Alloh segala urusan, serasa mimpi, aku dan keluarga pernah terpapar wabah virus Covid, dan mampu melewatinya, dengan do’a dan ikhtiar yang maksimal.

Alhamdulilahirobbil’alamiin, tak henti-hentinya aku mengucap styukur atas pertolongan Alloh SWT yang telah melepaskan kami dari terpapar wabah ini.

Mengutip surat Ar- Rohman

" Maka, nikmat Tuhanmu yang mana yang engkau dustakan?"

Aku memaafkan semuanya, selama sakit ini diluar banyak rumor-rumor tak sedap, namun semua aku kembalikan kepada keimananku akan takdir Alloh....

Aku juga tidak memberitahu rekan-rekan di sekolah, biar suatu hari nanti mereka membaca artikel ini, pada rekan-rekan aku minta maaf, bukan malu atau gusar sehingga tidak memberi tahu, tapi aku harus menjaga gunjingan yang tidak bermanfaat, aku takut, sakitku menjadi dosa bagi orang lain, karena tidak faham dengan keadaan ini, walaupun mungkin rekan-rekanku ada yang mendengarnya juga, kalu aku terkena virus Covid ini.

Do'a ini selalu aku lantunkan, agar terhindar dari fikiran dan kalbu yang kotor:

“Ya Alloh, jadikanlah cahaya dalam kalbuku, cahaya dalam kuburku, cahaya dalam pendengaranku, cahaya dalam penglihatanku, cahaya dalam rambutku, cahaya dalam hatiku, cahaya dalam dagingku, cahaya dalam darahku, cahaya dalam tulang-tulangku, cahaya di hadapanku, cahaya di belakangku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku, cahaya di atasku, dan cahaya di bawahku.

Ya Alloh, tambahkankah cahaya kepadaku, berikanlah cahaya kepadaku, dan jadikanlah cahaya bagiku, dan jadikanlah diriku cahaya”.

Aamiin Yaa Robbal'alamiin...

Rende, Juni 2021

#penghujungsepertigamalamku

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post