Neneng Rahmia

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Sebelum Cahaya

Sebelum Cahaya

Ku teringat hati

Yang bertabur mimpi

Kemanakah lagi cinta

Perjalanan sunyi

Engkau tempuh sendiri

Kuatkanlah hati, cinta

Ingatkah engkau kepada

Embun pagi yang bersahaja

Yang menamanimu sebelum cahaya

Ingatkah engkau kepada

Angin yang berhembus mesra

Yang kan membelaimu cinta

Kekuatan hati yang berpegang janji

Genggamlah tanganku cinta

Ku tak akan pergi

Meninggalkanmu sendiri

Temani hatimu cinta

Syair lagu dari Band Letto, yang mengingatkanku pada sebuah peristiwa, yang tidak mungkin terlupakan, yang merupakan pengalaman berharga dalam meniti proses hidup, walaupun sudah lama, namun suasana hati dan pikiran pada waktu itu masih terasa.

Ya, pengalaman ketika aku diangkat menjadi PNS pada tahun 1997, ditempatkan di sebuah desa yang jauh dari rumah, ditempuh dalam waktu enam jam perjalanan tanpa berhenti tanpa macet, kalau macet tentu memakan waktu lebih banyak.

Aku ditempatkan di sekolah UGB ( Unit Gedung Baru) SMPN 4 Ciwidey, sekolah itu tadinya adalah sekolah swasta yang dikelola oleh perkebunan, SMP PERKAPPEN Rancabali, disitulah aku ditempatkan, diatas gunung, lengkapnya adalah Desa Rancabali Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung.

Sudah pasti sama suasananya jika daerah itu ada di atas gunung, udara yang dingin, sepanjang jalan terhampar perkebunan teh, diselingi kebun karet, dan yang tak kalah indah adalah di sana ada sebuah danau yang sangat indah yaitu yang dinamakan Situ Patengan.

Namanya juga sekolah baru, maka semua personilnya baru, aku tidak sendiri, tapi bersama dengan 12 orang guru, 1 orang Kepala Sekolah, 1 orang pesuruh, dan 1 orang karyawan Tata Usaha, 15 personil ditempatkan di SMPN 4 Ciwidey.

Tempat tinggal kami tentu berbeda-beda, ada yang dari Rancaekek, Cimahi, Soreang, Margahayu, Bandung , Pangalengan, dan aku sendiri dari Cipeundeuy, jarak yang paling jauh diantara semua rekan, sedangkan yang paling dekat ada seorang guru yang dari Ciwidey, walaupun demikian jarak dari Ciwidey sendiri ke sekolah sudah 15 Km.

Sebelum cahaya, ya sebelum cahaya matahari keluar dari peraduannya, perjalananku ke tempat kerja, pada waktu itu kalau ingin sampai tepat waktu, aku harus sudah siap dari pukul 03.00, setelah persiapan segala sesuatu, keluar rumah untuk menyetop mobil yang paling pagi keluar garasi pukul 03.30, kalau telat naik mobil ini, maka telatlah sampai ke tempat kerja, karena mobil kedua keluar garasi pukul 04.00, itu adalah mobil – mobil trayek Cikampek-Bandung, bukan trayek Cipeundeuy-Bandung, karena garasi yang punya mobilnya di Cipeundeuy, maka mobil itu tiap subuh keluar sebelum trayek aslinya keluar, sedangkan trayek aslinya yaitu Cipeundeuy-Bandung keluar garasi pukul 04.30, sudah tentu aku akan kesiangan untuk sampai ke tempat kerja. Semua itu harus kutempuh karena sudah kewajibanku sebagai abdi negara, udara yang masih sangat dingin harus kutembus, rasa kantuk yang masih menyerang kadang tak tertahankan, dan sering kali tertidur di mobil. Untuk sampai ke tujuan, menempuh naik mobil sampai lima kali, dari rumah naik mobil elf Cikampek sampai Padalarang, dilanjutkan dengan naik bis Sukabumi- Bandung atau Jakarta –Bandung turun di perempatan Kopo, dilanjutkan naik mobil elf lagi trayek Bandung-Ciwidey ataau sampai Soreang, dari Soreang naik mobil yang ke terminal Ciwidey, dan terakhir naik mobil angkutan pedesaan trayek Ciwidey- Patengan. Perjalanan yang sangat melelahkan, namun harus dilakukan, dan untuk perjalanan itu harus sampai paling telat pukul 08.00, kalaupun tepat waktu sampainya pukul 07.30, jadi aku bisa istirahat dulu sambil mempersiapkan untuk mengajar. Karena keadaan cuaca di atas gunung, maka pukul delapan pagi itu masih berkabut, jadi KBM dimulai pukul 08.00.

Perjalanan seperti itu aku tempuh selama 4,5 tahun terakhir, karena selama setengah tahun pertama dilalui dengan kost, tidak bisa berlama-lama kost karena udara malam yang tidak cocok, dan air yang sangat dingin bagaikan es yang membeku.

Lima tahun sudah aku mengajar di sana, berangkat pukul 03.30 dinihari dan untuk waktu pulang sampai di rumah kembali tidak menentu, kadang kalau jalanan tidak macet, lancar sampai di rumah sekitar pukul 17.00, kalau jadwalnya hari sabtu, perjalanan macet, karena Ciwidey merupakan daerah wisata, maka banyak yang akan weekend di villa sekitar perkebunan atau yang mau kemping di Rancaupas. Untuk lama KBM di sekolah ini diberlakukan dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 13.00.

Kalau merasakan suka dan duka, sudah tentu ada, kalau dukanya mengajar di sana mungkin diakibatkan cuaca yang berbanding terbalik dengan tempat tinggalku yang cenderung panas, karena pengaruh adanya bendungan Cirata, sedangkan di tempat kerja cuaca sangat dingin, ini berpengaruh pada kulit-kulit kami, telapak kaki yang pecah-pecah, pipi yang selalu merah walaupun tanpa blush on, dan dari mulut setiap bernapas selalu keluar embun.

Namun semua itu tidak terasa, dengan melihat para siswa yang semangat belajar, waktu datang pertama kesana banyaknya siswa yang sekolah baru tiga rombel, jadi kami para guru tidak datang tiap hari, kami diberi jadwal tiap minggunya hanya tiga hari, aku sendiri minta jadwal datang hari Senin, Rabu, dan Jum”at. Melihat siswa-siswa yang juga kedinginan walaupun sudah terbiasa, kami melaksanakan KBM dengan selalu menggunakan jaket, baik siswa maupun guru, melihat rona-rona para siswa yang pipinya kemerahan,mereka semangat belajar, guru pun semangat mengajar.

Yang membuat betah juga karena pemandangannya yang indah, naik mobil antara Ciwidey- Patengan disuguhi pemandangan yang indah, dimulai dengan daerah yang disepanjang jalannya ditanami perkebunan strawberry, dilanjutkan dengan perkebunan walini yang terhampar hijau indah mempesona, dengan kolam air panasnya, ada juga pemandian air panas Cimanggu dan tidak lupa di Cimanggu ini disuguhi warung-warung bandrek yang hangat dan enak menghangatkan tubuh. Untuk daerah terakhir yang selalu kita kunjungi tentu saja danau atau Situ Patengan yang indah, bersih dan mempesona sebagai daerah wisata, Keluarga Besar SMPN 4 Ciwidey jika waktunya pembagian rapot kita selalu berjalan menuju Situ Patengan, kami membawa bekal untuk dimakan bersama-sama, sungguh kenangan yang tidak akan terlupakan.

Untuk kehidupan sosial di sana, penduduknya ramah-ramah, mereka juga ada yang datang dari daerah di luar Ciwidey, karena tadinya terikat dinas dengan perkebunan, bergaul dengan mereka sungguh sesuatu yang indah, lingkungan perkebunan itu adalah para orang tua siswa yang bekerja sebagai kuli perkebunan, ada yang sebagai pemetik teh, ada yang jadi mandor, ada juga yang jadi pedagang di Situ Patengan.Kebanyakan dari mereka perekonomiannya menengah ke bawah, mereka tinggal dibedeng-bedeng yang sudah disediakan oleh perkebunan. Sebelum kami datang ke sana, tingkat pendidikan mereka hanya sampai SD dan SMP, jarang dari anak-anak mereka yang melanjutkan ke SMA, karena setelah keluar SD atau SMP mereka mengikuti orang tuanya untuk bekerja di perkebunan.

Kenangan itu sudah hampir 20 tahun berlalu, aku mengajar di sana selama lima tahun, yaitu dari tahun 1997 sampai dengan 2002, karena di tahun 2002 itu aku pindah ke sekolah tempat mengajarku sekarang yaitu di SMPN I Cipeundeuy namun suasana disana masih terasa sampai sekarang, tali silaturahim pun masih terjalin, walaupun rekan- rekan yang lainpun sudah mulai bergantian meninggalkan SMPN 4 Ciwidey, yang tersisa dari kami yang 15 orang tinggal dua orang yang bertahan di sana, ya karena mereka asli orang Ciwidey.

Waktu aku pindah sekolah, tidak lama berselang sekolah ini jadi berubah, dari SMPN 4 Ciwidey menjadi SMPN 2 Rancabali, karena Desa Rancabali berubah menjadi Kecamatan Rancabali.

Tali silaturahim kami tetap terjalin melalui grup WA, grup Fb, dan Instagram.

Demikian juga dengan prestasi-prestasi para gurunya, sudah ada yang menjadi pejabat di kemendikbud RI, ada yang menjadi Widia Iswara, dan sebagian besar menjadi ketua MGMP kabupaten/kota, sangat membanggakan.

Namun demikian, perasaan kami tetap terjalin seperti dulu, kita suka mengadakan reuni beserta para kepala sekolah yang sama-sama pernah ditugaskan di sana. Jika kami datang beramai-ramai ke sana, masih banyak para siswa yang masih mengenali kami, mereka ada yang bekerja sebagai petugas tempat-tempat wisata, ada juga yang melanjutkan orang tuanya berdagang di tempat wisata.

Itulah sekelumit perjalanan hidupku, perjalanan yang ditempuh Sebelum Cahaya terbit dan pulang ke rumah sesudah cahaya tenggelam.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post