AYAH, Pejuangku
Papa,” begitu ku memanggilnya.
Sosok bersahaja, penuh kharisma. Aku saaangat menyayanginya.
Garis-garis senja mulai tergurat jelas di wajahnya.
Sedih sekali hati ini ketika beliau mengatakan,” kini menjalani kehidupan di bonus usia yang Allah beri. Bukankah rasulullah hanya hidup hingga usia 63 tahun?"
Ah, Papa. Tetaplah bahagia dan sehat selalu menjalani hari-hari. Meskipun kini rasa lelah begitu cepat menyapa, karena tenaga semakin berkurang dimakan usia.
Dulu, setiap senja kita berkumpul di ruang keluarga yang sederhana. Saling berbagi cerita, dan tertawa. Tak luput kebersamaan kita engkau selingi dengan petuah-petuah kehidupan, bagaimana mencintai Allah dan rasulnya, bagaimana seharusnya seorang anak perempuan menjaga marwahnya dan keluarga, dan masih banyak lagi nasehat-nasehatmu yang sangat berharga hingga manfaatnya terasa hingga di usiaku kini.
Saat diriku harus jauh dari keluarga untuk pertama kalinya. Berpisah karena melanjutkan pendidikan. Kebersamaan kitalah yang membuat diriku berat menjalani awal-awal perpisahan itu. Selalu aku duduk di samping jendela ruang tamu kost sambil menatap keluar, bukan membayangkan kehadiranmu, Papa. Tapi selalu terbayang dirimu yang akan berbalik pergi setelah mengantarkanku di tempat kost pertama kali, dan berkata,” Ndak apa-apa Papa tinggal?” Aku hanya menggangguk, tak mampu berkata-kata, air mata tak berhenti mengalir meski kuberusaha menahannya agar tidak tumpah.
Pernah suatu hari dirimu datang menjengukku seorang diri, terpaksa berdiri di bus kota menuju tempat kostku. Waktu itu jam tanganmu terjatuh dan pecah, susah sekali berdiri dalam bus kota karena harus membawa beras beberapa kilo untuk bekal anakmu di perantauan.
Papa...
Nenny sayang Papa
Ingin sekali membahagiakan Papa, lebih dari apa yang bisa nenny berikan saat ini.
Mohon maaf atas segala khilafku
Semoga Allah selalu melindungi Papa
“Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku diwaktu kecil"
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ayah memang tiada duanya di hati anak perempuannya. Cerita bu Neny membuat trenyuh hati saya. Jadi ingat bapak saya yang sudah tiada... Allahummaghfirlahu ... semangat bu, Salam literasi
Allahummaghfirlahu, semoga Bapak bahagia di sana ya bu, terimakasih. Salam semangat
Aamin, terimakasih bu Rini, doa yang sama untuk ayah bu Rini, barakallah...
Ya Allah..semog apapa dik Neny diberi kesehatan dan keberkahan usia..Barakallah...