Nenny Litania

Guru SD Muhammadiyah 019 Bangkinang Kota, Kabupaten Kampar...

Selengkapnya
Navigasi Web
DUKA ANGGUN
Antologi "Come Alive"

DUKA ANGGUN

Air Asia yang ditumpangi Anggun, baru saja lepas landas meninggalkan Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur. Tepatnya, hanya tiga belas bulan saja ia menjalani kehidupan baru di negeri orang, Malaysia. Awal menginjakkan kaki ketika ia baru datang ada kegamangan yang dirasakannya. Kini kegamangan itu ia bawa kembali pulang menuju kampung halaman.

Anggun sudah bisa membayangkan kerusuhan yang akan terjadi. Dusun kecil tempat kelahirannya terlalu mudah berbagi rahasia. Semua akan menjadi bahan pembicaraan yang tak berkesudahan, dan berhenti ketika muncul topik baru yang lebih hangat untuk diperbincangkan. Itulah alasan Anggun lebih memilih merantau dan menjauh dari kampung halamannya. Namun, kali ini ia harus berusaha menebalkan muka dan menyumbat kedua telinganya. Ia harus pulang.

Dari balik jendela pesawat yang kini sudah terbang semakin jauh meninggalkan kisah sedihnya. Sepasang mata indahnya menatap gumpalan-gumpalan awan putih yang memesona. Cukup membuat tenang hatinya seketika meskipun untuk sementara.

Begitu banyak keindahan yang Allah ciptakan. Begitu banyak kebahagiaan yang Allah berikan. Namun kenyataan pahit hidup yang sedang ia lewati saat ini, membuatnya seakan melupakan semua itu. Ketika muncul kembali kesadaran, ia segera beristighfar mohon ampun atas kekufurannya.

Sedikit guncangan pesawat yang ia tumpangi ketika mendarat, memunculkan kembali kegamangan di hatinya. Ya, ia sudah sampai. Itu artinya ia harus segera mempersiapkan diri memasuki lembaran kehidupannya yang baru. Pasti sulit, tapi harus ia hadapi.

***

Seminggu sudah Anggun di rumah orang tuanya, di daerah terpencil jauh dari kebisingan kota. Seharusnya ketenangan yang ia dapatkan. Namun sejak kehadirannya, setiap hari selalu saja ada tetangga dan sanak saudara yang datang berkunjung. Tujuan mereka baik, ikut mengucapkan belasungkawa atas kemalangan yang baru saja dialaminya.

“Aku ikut bersedih atas apa yang terjadi sama kamu, Anggun,” ujar Asni teman masa kecilnya.

Selepas SMA Asni tidak kuliah, ia memilih untuk menikah karena keadaan orang tuanya yang tidak mampu dan masih ada adik-adiknya yang harus bersekolah. Karena itu anak-anaknya sudah besar sekarang dan sebentar lagi akan punya menantu. Anak gadis sulungnya sudah dilamar oleh putra kepala dusun.

Tahun ini Anggun memasuki usia di angka tiga puluh enam. Namun ia terpaksa menjalani hidup sendirian. Hal inilah yang membuat orang-orang di sekelilingnya datang dan sebagian sudah mulai berbisik-bisik menyebut kehidupan Anggun yang benar-benar menyedihkan.

Empat puluh hari sudah ia melewati masa sulit menata hati setelah kepergian Malik, dan sekarang hatinya masih terasa hampa. Hanya satu tahun saja tercipta kebersamaan itu. Serasa baru menggenggam,tapi terpaksa harus melepaskan.

Malik Karim, duda yang memiliki sepasang anak yang sudah dewasa. Sebelum kepergian untuk selama-lamanya, ia masih sempat menikahkan anak perempuannya. Setahun yang lalu ia terbang dari negeri seberang ke dusun kecil ini, bertemu kedua orang tua Anggun untuk melamar. Ia mengenal Anggun dari kerabatnya. Sebenarnya Malik juga berasal dari dusun ini, hanya saja sejak remaja ia sudah merantau ke Malaysia, hingga akhirnya menetap di sana dan menjadi warga negara Malaysia. Kesuksesan hidupnya di Malaysia sempat menjadi trending topic di kalangan warga. Orang tua Anggun pun sudah mendengarnya.

Anggun saat itu menerima saja lamaran dari Malik. Tak ada kekurangan pada sosok duda itu, meskipun selisih usia mereka terpaut hingga lima belas tahun. Namun sisa ketampanan Malik ketika muda masih terlihat jelas. Kebugaran tubuhnya juga terjaga, mungkin ia rajin berolahraga. Sepertinya kalau ia menolak lamaran itu, seisi dusun akan menunjuk hidungnya dan menambah kata sombong di ujung gelar yang sudah lama disematkan padanya. Perawan Tua Sombong.

Sebutan Perawan Tua memang sudah lama sampai ke telinganya, dan ia tak menyangkal hal itu. Usianya sudah di atas kepala tiga, tetapi belum berkeluarga. Bukannya ia ingin menunda. Namun jodoh itu betul yang belum menghampiri. Hingga hari itu tiba, Malik datang dan mengajaknya menikah.

Pernikahan besar terjadi di dusun kecil itu, semua warga diundang. Anggun menjadi ratu sehari semalam. Luar biasa kemeriahannya. Tak sedikit yang iri pada perubahan hidup Anggun saat itu. Apalagi Malik langsung memboyong Anggun ke negeri seberang.

“Wah, Anggun. Kamu benar-benar beruntung. Kamu akan tinggal di luar negeri,” ujar Asni ketika Anggun menyampaikan berita itu.

“Alhamdulillah, doakan aku baik-baik saja di sana ya,” pinta Anggun pada temannya itu.

“Tentu saja, aku akan mendoakan yang terbaik untuk kamu. Dan jangan lupa untuk selalu bahagia,” pesan Asni.

Ya, Anggun bahagia. Malik memperlakukannya dengan sempurna. Kedua anak Malik juga tahu bagaimana menyambut ibu baru mereka. Hingga sampai suatu hari kebahagian itu terpaksa sirna.

“Abang ... Abang ... Abang Malik,” panggil Anggun sambil menguncang-guncang tubuh Malik.

Anggun mulai panik. Malik tidak juga membuka matanya ketika sore itu Anggun membangunkannya untuk salat ashar. Anggun bergegas meminta supir untuk membawa mereka ke rumah sakit. Selama menunggu hasil pemeriksaan dokter di unit gawat darurat, jantungnya berdegup sangat kencang. Ia mencoba untuk mengatur napasnya agar lebih tenang, tapi sia-sia saja. Di sudut matanya tak henti mengalir buliran hangat yang jatuh membasahi kerudung biru muda yang ia kenakan. Warna kesukaan Malik.

“Kamu semakin cantik dan anggun kalau memakai kerudung berwarna biru muda,” ujar Malik kala itu saat mereka sedang duduk di teras samping rumah sambil menikmati senja.

“Itu karena namaku Anggun,” ujar Anggun membenarkan ucapan suaminya sambil melirik manja.

Sayang, buka mata kamu. Aku di sini sedang memakai kerudung berwarna biru muda, batin Anggun sambil berdoa pada yang Mahakuasa agar Malik segera sadar dan melihat dirinya.

Satu persatu keluarga dekat mulai berdatangan. Kedua anak dan menantu juga sudah hadir menunggu kabar dari dari dokter yang masih berada di ruang unit gawat darurat untuk mengecek keadaan ayah mereka.

Tak lama kemudian sosok berjubah putih yang dinanti-nanti keluar. Anggun dan yang lainnya segera menyongsong dan menghampiri.

“Bagaimana kabar suami saya, Dokter?” tanya Anggun harap cemas.

Dokter itu tak langsung menjawab. Ia menyapu pandangan pada semua yang hadir menunggu jawabannya. Sambil melepas kacamatanya, ia menatap Anggun dengan tatapan kecewa.

Dokter itu menggelengkan kepalanya dan berkata, “Kami sudah berusaha, tapi sang pemilik jiwa menjemputnya. Maafkan kami.”

Kalimat tarji’ menggema di ruangan sepi itu.

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.

Dokter pun berlalu, meninggalkan Anggun yang masih terpaku mendengar semua berita itu. Untung anak laki-laki pertama Malik tepat berada dibelakangnya. Ia segera menopang tubuh ibu sambungnya yang mulai terkulai lemas. Rasanya Anggun ingin teriak memanggil Malik dengan sekuat tenaga. Namun ia sungguh tak berdaya. Seluruh persendian tubuhnya terasa lemas, hingga akhirnya ia tak sadarkan diri dengan air mata yang tetap deras mengalir membasahi wajahnya.

Ya. Genap satu tahun saja Malik dan Anggun melewati masa indah bersama. Kini Anggun memilih untuk kembali lagi ke negaranya tercinta, di salah satu dusun kecil yang tersembunyi di pulau Sumatera. Meskipun kedua anak sambungnya meminta ia untuk tetap tinggal. Namun Anggun tak ingin rasa sepi akan semakin membawanya dalam kesedihan berkepanjangan. Makanya ia memutuskan untuk kembali dan menata kehidupan baru meski kini hatinya masih terasa perih.

Tak salah mereka yang mengenal Anggun mengatakan hidupnya menyedihkan. Sudah sekian lama ia menanti pasangan hidup hingga usianya tidak muda lagi. Kemudian Allah menjawab doa-doanya dengan menghadirkan Malik dalam penantiannya. Namun perjalanan bahtera rumah tangga yang sedang berbahagia dengan menikmati indahnya cinta, terenggut paksa tanpa ada aba-aba. Anggun sempat mempertanyakan keadilan sang pencipta akan hidupnya yang penuh skenario duka. Bersyukur ia dikelilingi orang-orang yang penuh keimanan dan takwa. Sehingga kini ia mampu sedikit menegakkan kepala, dan memiliki keberanian untuk melangkah.

Sebelum bertemu Malik, sebenarnya Anggun sudah mulai merantau dan meninggalkan dusun kecilnya. Ia bekerja di kota menjadi guru tahfiz di Sekolah Dasar Islam Terpadu. Tekadnya sudah bulat, kalau sekarang ia akan kembali lagi ke kota untuk tetap membimbing jiwa-jiwa muda semakin mengenal tuhannya. Ia mengajarkan mereka membaca dan menghafal alquran. Dengan mengajar mereka, secara tidak langsung Anggun pun akan belajar bagaimana mencintai Allah dengan segala ketetapannya, yang kadang terasa seperti sebuah ketidakadilan. Namun, Allah Mahabaik. Ia lebih tahu mana jalan yang terbaik untuk hambanya. Dan segala sesuatu pasti ada hikmahnya.

“Alhamdulillah ... Alhamdulillah ....”

Berkali-kali Anggun mengucapkan hamdallah, setiap kali ia merasa bisa terlahir kembali setelah melewati kisah hidupnya yang sempat membuatnya berduka. Sebelumnya ia tak pernah berpikir akan bisa setegar ini menjalani episode akhir kebersamaannya bersama Malik. Namun ia bersyukur, kehadiran Malik pernah mengisi ruang hatinya yang kosong. Meskipun secara kuantitas waktunya bersama Malik masih terasa sedikit. Namun kualitas kebersaman yang tercipta di antara mereka membuat kenangan bersama Malik benar-benar terukir indah dalam hatinya. Semua kenangan indah pernah dicintai dan mencintai sepenuh hati, kini membuatnya bisa menikmati sejuknya embun pagi dan hangatnya sinar mentari.

SELESAI

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah cerita yang menarik ,sukses selalu bunda.

20 Jan
Balas

terima kasih hadirnya, Busalam sukses kembali

20 Jan



search

New Post