Di saat lelah dan terpuruk oleh ketidakberdayaan, selalu ada cara untuk bangkit. Asal ada niat dan semangat.  

Itulah yang sekarang saya alami. 26 tahun yang lalu,  8 SKS saya mengikuti mata kuliah menulis, ditambah 10 SKS mata kuliah jurnalistik. Lalu setiap tahun mengikuti pelatihan jurnalistik baik sebagai peserta maupun panitia. Juga aktif di kegiatan mahasiswa komunikasi dan penerbitan kampus. Kadang terlibat aktif juga di koran kampus.  Serta penyiaran radio kampus.

Namun, sampai saat ini, jarang sekali di asah. 

Memang, saya sudah lama tidak mengasah kemampuan menulis. Sebagai guru bahasa Indonesia, saya selalu membimbing siswa menulis. Entah itu karangan, karya tulis, puisi, cerpen, malah ada drama. Tapi, menuliskan sendiri atas ide yang muncul dalam kepala,  tidak pernah saya lakukan. Terkadang ide tersebut saya tulis di buku catatan harian. Namun mengembangkan ide tersebut selalu mandeg. Ada saja alasan sehingga tidak tuntas mengembangkannya

Saat ini, ketika media guru membuka kelas menulis, saya betul-betul ingin menyelesaikan sebuah novel yang sudah saya rencanakan penulisan semenjak 6 bulan yang lalu. Momen nya sangat tepat. Sepertiga akhir Ramadhan, dalam masa pandemi. Banyak waktu terbuang di rumah. Lagi pula saya tidak suka menjadi generasi rebahan. Jadilah saya ikuti pelatihan daring Sagusabu 1 sehingga ide tersebut dilaksanakan. Setelah banyak tambahan ilmu yang diperoleh dari narasumber, saya mulai berjibaku melanjutkan tulisan. Mengembangkan fakta menjadi sebuah fiksi. Siang malam, di waktu senggang dan di jam malam. Terkadang saya hanya tidur 2 jam saja.

Lebaran pun tidak banyak silaturahmi ke tetangga dan saudara, jadi saya fokuskan di rumah memang untuk menulis. Sampai sampai, semua menu lebaran untuk satu minggu saya pesan secara daring ke teman. Mulai dari bakso, mie ayam, pempek Palembang, serta beberapa macam kue lebaran. Hampir semua saya pesan. Hanya satu yang saya buat sendiri di rumah, yaitu stup roti menggunakan toping keju dan mieses. Fla nya terbuat dari susu campur santan kental. Selebihnya saya order online melalui Facebook.Untuk daging olahan ketika hari H lebaran, biasanya saya bikin rendang daging. Tapi karena tidak ingin berlama lama di dapur, daging tersebut saya dendeng saja biar cepat selesai. Saya betul-betul ingin memanfaatkan momen ini untuk menulis dan menulis.

15 hari tulisan tersebut saya rasa sudah selesai, saya tidak punya ide lagi untuk melanjutkan. Lalu beberapa kali saya baca untuk mengedit sendiri kata-kata dan tanda bacanya seperti yang saya lakukan kepada tulisan siswa saya. Tapi apa yang terjadi? Semakin saya baca, semakin terpuruk saya dengan apa yang saya tulis. Saya merasakan saya tidak bisa menulis fiksi. (Padahal menulis yang lain juga tidak bisa). Saya kecewa dengan tulisan saya sendiri. Sangat jauh dari ekspektasi saya. 

Bersambung (ngantuk)

Taman Sari, Sitiung 1. 10 Juni 2020

#Tantangan menulis hari ke-1