Assalamualaikum, Amerika part5
#tantangan30harimenulis hari ke-19
“Langsung atau transit?”
“Langsung, Ma”
“Jadi besok sampai kira-kira jam barapa?”“
"Sekitar jam 6.00 pagi waktu New York."
“Kalau sampai, telepon mama ya, biar Mama turun. Kunci Angga masih di front desk. Harus yang bersangkutan yang mengambil, tapi tetap harus didampingi Mama.”
"Okay"
Memang walaupun aku sudah booking kamar untuk dua orang, orang hotel tidak mau memberikan kedua kuncinya langsung padaku. Harus pula yang bersangkutan yang mengambil. Bisa jadi wajah yang mengambilnya langsung terekam CCTV. Bagus juga untuk keamanan. Tapi harus aku dampingi karena booking hotel itu atas namaku. Teringat juga seperti yang disampaikan bu Jeannette tentang keamanan hotel ini. Hotel ini termasuk hotel bintang 2 favorit buat para tourist untuk kelas menegah. Selalu banyak tamunya. Di hotel ini ada juga yang sekamar 6 orang. ada juga 10 orang. Tapi hitungannya per kepala. Bagus buat pergi liburan ramai-ramai atau bagi backpacker, sehingga lebih hemat. Jika pembaca berminat mau ke Amerika, boleh hubungi aku jika ingin tahu lebih banyak tentang hotel ini.
“Angga ke bandara naik apa? Uber?”
“Diantar HF.”
“Oklah, hati-hati ya. Sampaikan salam mama sama HF Angga.”
“Ya, Ma”
“Ya udah, Mama mau mandi dulu.”
“Ok”
HF yang dimaksud anakku itu adalah host family. Yaitu orang tua angkatnya di Albuquerque, New Mexico. HF ini dicarikan oleh local coordinator program, yang mengkordinir di masing-masing negara bagian.
HF-nya ini awalnya hanya temporarely HF, orang tua angkat sementara untuk waktu dua bulan saja. Karena waktu awal mereka mengisi form menerima Angga hanya selama dua bulan, karena bulan ketiga mereka ada urusan pekerjaan ke Thailand selama sebulan. Program yang sudah diplaning lama sebelum Angga datang. Host mothernya bernama Linda dan host fathernya bernama Travis Freeman. Freeman Family ini adalah keluarga yang sangat baik. Mereka begitu baik dan sayang pada Angga. Bulan pertama Angga di tempatnya sudah dibelikannya Angga Iphone keluaran terbaru saat itu. Harganya kalau dirupiahkan mencapai belasan juta. Meski HP kepunyaan Angga yang merk Asus itu juga baru dibeli sebelum Angga berangkat dari Batam, tapi Hp itu tidak support dengan operator di sana. Bisa nyambung tapi sering tidak lancar. Lemot. Karena itu HF-nya membelikannya iPhone baru.
Jadi menjelang Freman Family berangkat ke Thailand, Angga sudah dicarikan HF baru oleh Local Coordinator programm. HF kedua Angga seorang lawyer. Dia punya anak yang sama sekolah dengan Angga. Dia juga orang baik. Bukti baiknya dia punya 4 anak adopsi dan hanya satu anak kandung, yaitu teman sekolah Angga, namanya Nathan. Meski belum terlalu mahir mengemudi, hari-hari Nathan menyetir sendiri ke sekolah menggunakan mustang warna merah. Begitu cerita Angga padaku. Mendengar itu aku malah khawatir, Angga sering bareng sama dia. Rumah HF kedua ini agak jauh jaraknya ke sekolah dibandingkan rumah Linda dan Travis Kalau dari Rumah Freman Family Angga bisa jalan kaki saja ke sekolah lebih kurang 15 menit jalan. Walau kadang juga diantar pakai mobil oleh Travis. Tapi kalau dari rumah Nathan, agak lebih jauh. Kalau Bapaknya tidak mengantar, maka Angga bareng dengan Nathan dengan mustang yang dikendarainya. Namun itu tidak bertahan lama. Sekembalinya fremaan family dari Thailand, Angga minta pada local cordinatonya untuk dipindahkan kembali ke rumah Freeman Family. Dengan alasan yang kuat dan atas persetujuan Freeman family, Angga kembali lagi ke HF pertamanya itu.
***
Aku keluar kamar menuju ke kamar mandi. Arahnya membentuk leter L kalau dari kamarku. Dari kamar aku, keluar ke arah kiri, kemudian belok kanan sampai mentok, ketemulah kamar mandi. Aku buka pintu kamar mandi dengan menempelkan kartuku. Setelah ada sinyal warna hijau aku dorong pintu itu. Tampaklah kamar mandi yang besar dan berbilik-bilik seperti kamar bilas sehabis berenang di hotel-hotel berbintang. Kamar mandinya bersih, bilik-biliknya juga cukup luas.
Di dalam aku lihat masih ada dua orang yang sedang mencuci tangan di wastafel. Pintu biliknya ada yang bertutup tirai plastik, tapi ada juga yang pakai pintu kamar mandi layaknya di hotel atau di mall. Kamar mandi ini khusus untuk perempuan. Letaknya sebelah barat, sementara kamar mandi laki-laki letaknya berlawanan arah dengan kamar mandi perempuan yaitu di sebelah timur. Jadi aku tidak perlu khawatir ada laki-laki di sana.
Aku masuk ke salah satu bilik yang kosong aku nyalakan air panasnya semua berfungsi dengan baik merasa segar. Sampai kembali ke kamar aku langsung menjamak salat magrib dan Isyaku.
Oh ya, tadi sebelum mandi aku masak nasi dengan beras dan rice cooker kecil yang aku bawa. Selesai salat, aku cek, dan ternyata masih belum matang. Matangnya lama sekali lebih 1 jam tidak matang matang sepertinya rice cooker yang kubawa beda voltasenya dengan listrik di kamar itu. Meskipun lama akhirnya matang juga. Aku isi perutku sedikit dengan nasi dengan goreng teri kering yang kubawa dari Batam hanya itu makanan jadi yang berani aku bawa. Teri dengan sambal botol jadilah nikmat makan malamku. hahaha.. Padahal tadi ditawari Jeannette aku tidak mau karena ragu kehalalan makanannya.
Setelah memberes-bereskan barangku dan merapikan letaknya, rencanaku mau tidur agar besok mau jalan dengan Angga aku lebih segar. Maklum selama 22 jam di perjalanan dan transit selama dua jam di Narita Jepang. Meskipun lumayan bisa tidur, tapi tahulah kualitas tidur di perjalanan.
Tapi sudah sampai pukul 01.00 am aku masih belum bisa tidur, pukul 02.00 mataku masih terang benderang. Mungkin inilah yang dinamakan Jet Lag. Mataku terbiasa dengan jam Indonesia yang jam 02.00 dinihari di New York berarti jam 13.00 di Indonesia. Selisih 11 jam.
Mataku tidak bisa dipejamkan, pikiranku menerawang balik ke sebelum perjalananku sejak kemarin pagi waktu Batam. Aku berangkat dari rumah setelah mencoblos dijemput oleh adikku, Titis namanya. Bayangkan jauhnya perjalananku, berapa negara yang akan kulintasi, berapa samudera yang kuseberangi, berapa benua yang akan kulewati, tapi aku dan suami hanya 'say goodbye' dari TPS di kompleksku. Cipiki cipika tipis di hadapan para panitia dan calon peserta pemilu yang lain, yang sedang antre menunggu giliran. Terkadang lucu-lucu pilu mengingatnya.
Terbayang jelas dalam ingatanku.
Kegugupanku untuk menyeberangi benua menuju negri Paman Sam tidak bisa kututupi. Negara yg hendak kutuju konon disebut sebagai negara paling bergengsi di dunia. Negeri antah berantah jauhnya, yg sebelumnya hanyalah sebersit angan yang absurd.
Dari Kota Batam tempatku mengais rezeki selama lebih 20 tahun , menuju negara tetangga Singapura. Memang aku mengambil penerbangan dari Singapura menuju New York. Mengingat Batam sangat dekat menuju Singapura. Lagi pula harga tiketnya masih lebih rendah sekitar 2 -3 juta dibandingan penerbanganan dari Jakarta. Belum lagi kalau ditambah biaya penerbangan Batam ke Jakarta. Meski tiket yang kuambil American Airlines tapi dibawahnya tertulis 'operated by Japan Airlines' , artinya Pesawatnya Japan Airlines.
Ketika kubuka HP, kubaca pesan WA dari adikku, Titis, yang juga tinggal di Batam yang rencana akan menjemputku ke rumah dan mengantarkanku sampai ke Singapura.
“Ce, kayaknya aku ga bisa jemput, aku masih antre di TPS. Sudah 2 jam masih belum dapat giliran juga. Kita ketemu di ferry terminal aja ya.." katanya. "Mau minta didahulukan, ga ada yg kenal sama panitianya, sambungnya lagi.”
Waduh! Aku memang sedang menunggu dan sangat mengharapkan jemputannya.
Sontak aku teringat tiket dan boarding pass kapal Ferry kami berdua yg aku pegang. Aku cari boarding pass atas nama adikku, Titis Marselina yang sudah dicek-inkan sejak sore kemarin. Aku foto, dan kukirim lewat WA. Kutambahkan caption di bawahnya, 'lihatkan ini pada petugas, katakan kamu harus berangkat segera mengantar kakakmu ke singapura, tiketnya sdh dicek-inkan dan waktunya sudah mepet. Minta dispensasi didahulukan!
Berselang beberapa menit kemudian adikku langsung telepon lagi,
“udh Ce, aku segera jemput Cece.”
“Alhamdulillah.. ternyata dimudahkan”.
Kira-kira 10 menit dia sampai di rumahku dengan mobil honda Jazz warna merahnya. Membantu mengankat koper-koperku. Kami langsung cabut ke Pelabuhan melewati TPS tempat suamiku bertugas. Ketika itulah aku minta berhenti sebentar dan aku berlari kecil, pamit pada suami.
Sampai di pelabuhan kami langsung masuk ruang tunggu setelah barang-barangku aman kubagasikan. Jatah satu orang hanya 20 kilo. Jadi, 40 kg jatah berdua. Sementara dua koper besarku beratanya lebih 40 kg, sehingga aku haris bayar kelebihannya.
Ketika masih di kapal jelang sampai ke tujuanku Harbour Front City, pelabuhan di Singapore, kubaca pesan WA dari seorang teman di singapore, tetangga lama ketika di Batam yang sudah seperti keluarga sendiri. Baik ketika saya ke Singapore atau dia ke Batam kami selalu saling bertemu.
"Bu, sampai mana. Jangan makan di luar pula yaa, aku sudah masak" katanya, lengkap dengan foto makanan yg sdh tersaji.
Memang saya sdh janjian mau ke rumahnya karena penerbanganku dengan Japan Airlines pada esok subuh tanggal 18. Aku harus bermalam di Singapore, krn jika besok pagi baru berangkat dari Batam aku bisa dipastikan akan terlambat.
Keluar dari Ferry, kami pun meluncur ke rumahnya dengan naik Grab.
Sampai di rumahnya kami makan, setelah itu langsung bersiap ke pelabuhan harbour front lagi, mengantarkan adikku balik ke Batam. Ia tidak bisa menginap karena meninggalkan anaknya yang berusia 8 tahun tinggal sendiri di rumah. Dia bela-belain mengantarku karena banyaknya bawaanku.
Ketika itulah kami sempat belanja tas di Vivo City.
Seteleh Titis masuk ruang tunggu, kami pun balik ke Bukit Batok naik bis, menuju flat atau yang biasa kita sebut apartemen, tempat tinggal Ema.
Singkat cerita jam 3 subuh rencanaku mau mengambil Grab saja karena tidak enak merepotkan. Tapi Ema dan suaminya tidak mengizinkan dan mengantarkanku ke Changi airport.
***
Karena masih belum bisa tidur aku buka HP-ku. Kulihat pesan suamiku tentang power bankku yang ternyata tertinggal di rumah. Dia baru mengabariku karena baru bisa pulang ke rumah memastikan itu. Karena sejak pencoblosan suamiku dan timnya, para panitia, pada tidak bisa tidur. Sampai malam di TPS, lanjut ke kelurahan sampai pagi, bahkan sampai sore esoknya. Tahulah hebohnya pilpres waktu itu yang kabarnya memakan banyak korban jiwa akibat tekanan dan kelelahan petugas. Aku pun menelepon suamiku. Suaranya terdengar letih. Aku mengingatkannya untuk istirahat. Aku bilang aku mau tidur karena sudah lewat jam 2 malam waktu New York.
Sebelum baring kucoba WA Angga.
“Angga sudah di pesawat? Semua lancarkan?”
Aku tahu dia seharusnya sudah di pesawat. Tapi di pesawat di Amerika biasanya ada Wifi. Pesanku masuk ditandai tanda centang dua. Tapi belum dibaca.
Tidak lama kuterima balasannya.
“Iya Ma, aman. Mama kok belum tidur, istirahatlah.”
“Apa sebaiknya pagi mama jemput Angga ke Bandara?” kataku. Aku khawatir dia berpergian sendiri karena aturan program yang tidak membolehkan dia bepergian sendiri. Bolehnya pergi ada yang mengantarkannya ke bandara dan ketika sampai sudah ada yang menjemput di bandara. Harus sudah menunggu sebelum dia sampai.
“Ga usah, Ma. Mama masih Jet Lag istirahatlah jam berapa Mama mau tidur. Besok kan kita mau jalan.” katanya lagi. “
Dia malah mikir sayang ngambil taksi PP lagi maklum satu kali Jalan ongkos taksi di sana lebih dari 1 juta dengan jarak yang sedekat Itu.
“Mama tidurlah, Angga juga mau tidur” katanya
Kulihat Jam sudah menunjukkan hampir pukul 3 pagi kucoba mengosongkan pikiranku dan berdoa sampai akhirnya aku bisa tertidur. sekitar pukul 5.30 aku sudah terbangun paling aku tertidur selama 2 jam ketika bangun langsung langsung kulihat HP ada Wa dari Angga.
“Angga sudah di taksi.” Chat Wa-nya.
Ketika aku masih bersiap-siap hendak turun, kubaca lagi WA dari Angga bahwa dia sudah di lobby. Maka aku pun bergegas turun.
Singkat cerita kami pun melepaskan rindu. Rindu ibu dan anak yang sudah 8 bulan terpisah. Kali pertama terpisah selama itu. Sebelum ini belum pernah terpisah. Setelah cukup rasanya kangen-kangenan, tanpa membuang waktu kami pun mengatur rencana hari ini.
Pertama, mau sarapan. Angga begitu senang ketika melihat Indomie goreng jumbo yang kubawa, makanan kesukaannya. Maka kami bawalah ke dapur yang memang disediakan untuk tamu hotel. Tamunya boleh memasak sendiri. Alat-alatnya lengkap dari wajan, panci, microwave, kompor, dan kulkas.
Satu ruang untuk masak dan cuci-cuci, satu lagi ruang makan. Di ruang makan ada meja makan dan ada sofa panjang leter L dan dua meja ukuran sedang.
Habis sarapan kami rencana mau ke Statue of Liberty ikonnya kota New York.
#bersambung
Ada kejutan dari Bu Jeannette, kejutan apa?
tunggu episode berikut!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Lanjut
Padahal kemarin mau brek dulu.. akhirnya tayang juga.. hehe tks, Bu..
Wah, keren. Kyk ikut backpakeran sm bu Nensy nih.#berhrp nyampe USA jg. Aamiin.
Aamiin.. nanti kita pergi bareng yaa.. hehe
doakan saya bisa menginjakkan kaki di banyak negara ya, bun
Aamiin... Kadang kita perlu melihat negeri orang untuk membangun negeri kita sendiri.
aamiin
Nice travelling di Negri Paman Sam, Mpuang
ngeri-ngeri sedap pokoknya.. hehe
Kapan ya aku juga bisa terbang sejauh ini. Lanjuutttt
Di planing, Say. kita berangkat bareng.
Lanjut
Sabar yaa... Agak keter dengan waktu.. hehe
keren sekali bunda.
terima kasih
Kepri?
Keren bu, saya hanyut kedalam cerita ibu,..pisah dengan anak 8 bulan, lalu makan bersama saya nangis...
iya, say. Anak satu-satunya lagi.
Kerry bu Nensy, semoga Angga sehat selalu ya bu
Aamiin.. terima kasih doanya.
Keren
terima kasih