Setelah lama tak melihatnya, hari ini di pasar pagi aku bertemu bu Jul. Bu Jul adalah seorang pemulung yang dulu sering memungut kaleng-kaleng minuman dan kardus bekas di kompleks kami. Waktu itu sudah lima tahun lalu, sebelum gerbang kompleks akhirnya diberi plank “Pemulung Dilarang Masuk” . Aku pun menanyakan kabarnya. Dilihat dari penampilanya dulu, Bu Jul tidak banyak berubah.

Aku pun meminta alamatnya. Aku berniat mengantarkan paket sembako yang memang kupersiapkan untuk beberapa pengemudi ojol, pemulung, atau penyapu jalan yang kami rasa pantas menerima. Hai ini kami lakukan sebagai bentuk peduli kami di masa pandemi ini. Meskipun ada yang bilang sebenarnya orang terdampak itu adalah pegawai-pegawai yang di rumahkan atau di PHK. pengemudi ojol termasuk yang terdampak. Sementara pemulung dan penyapu jalan adalah mereka yang lebih kuata karenan sebelum pandemi pun hidup mereka sudah begitu. Mereka justru lebih siap daripada pegawai yang di PHK. Masalahnya, kami tidak mungkin mencari pegawai yang di PHK. Biarlah itu menjadi urusan pemerintah.

Sore hari berbekal satu paket sembako yang terdiri 5 kg beras, 2 liter minyak goreng dan 1 kg gula, kami menuju alamat Bu Jul. Ketika kami sampai di alamat yang dituju, kami terpelongo melihat rumah mentereng yang besarnya hampir dua kali rumah kami. Ada sebuah mobil jantan terparkir di depan rumahnya yang aku tahu harganya lebih 2 kali lipat mobilku yg disebut orang mobil sejuta umat. Di sampingnya ada sebuah ruko dengan pintu sliding yang terbuka. Di dalamnya terlihat tumpukan karton dan kaleng-kaleng bekas minuman yang sudah dipipihkan. Ada beberapa orang yang sedang bekerja, sepertinya karyawan. Di tembok atas ruko bagian atas ada plank besar dengan tulisan “CV. Juli Darmi”, yang kutahu ini nama lengkap bu Jul.

#pentigraf

Batam, 28 Juni 2020