Nensy Suryati

Setamat kuliah 1993 saya sudah malang melintang di dunia kerja yg tidak ada sangkut pautnya dengan pendidikan saya di IKIP padang. Mulai dari perhotelan hingga ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sepuntung Rokok (tantangan30harimenulis hari ke-11)
Foto: google

Sepuntung Rokok (tantangan30harimenulis hari ke-11)

Senin pagi, ketika membuka pintu rumah agar udara pagi masuk, kulihat ada asbak di atas meja teras berisi puntung rokok. Satu puntung rokok warna putih yg kutahu itu seperti rokok suamiku sebelum dia berhenti merokok sejak 8 bulan lalu. Suamiku tadi malam baru pulang dari dinas di luar kota.

"Begitulah kalau jauh dariku, duduk nongkrong dengan teman2nya yg perokok pasti sudah merokok lagi" batinku emosi.

Tiga kali ia berhenti merokok, ketiganya selalu diawali karena diopname di rumah sakit. Setelah keluar rumah sakit, berhentinya ada yg bertahan 1 bulan dan ada yang 2 bulan. Semua karena terpengaruh lagi ketika sudah kumpul-kumpul, nongkrong, atau pun rapat yang dikelilingi teman-temannya yang umumnya perokok.

Ini kali ke-3 dan sudah masuk 8 bulan. Saya sudah beranggapan suamiku sudah lulus ujian. Tapi hari ini sudah ada bukti konkret di depan mata. "Tidak kapok-kapok" umpatku dalam hati.

ku tahan amarah menunggu suamiku keluar dari kamar mandi. Sementara itu, kuperiksa rak sepatu dekat pintu masuk; tempat ketika dulu dia biasanya meletakkan rokoknya karena meskipun perokok, ia tak pernah merokok dalam rumah atau pun dalam mobil. Ia juga tidak pernah membiarkan ada puntung rokok tertinggal di asbak. Selalu sebelum masuk ke rumah semua sudah bersih kembali. Tapi kali ini kok malah tidak?

Kuperiksa tas cangklong yang baru dibawanya dari luar kota tadi malam. Ego dan emosiku telah mengalahkan akal sehatku.

Kuperiksa saku celananya yang dipakainya kemarin yang masih tergantung di balik pintu kamar.

Kuperiksa tas ranselnya berharap kutemukan barang bukti pendukung lain.

Hasilnya nihil.

Karena tak kutemukan, teringat aku akan CCTV. Kubuka play back record CCTV hendak menyorot ulang teras rumah tadi malam ketika aku sudah tidur. Ternyata aku lupa cara mengoperasikannya, karena sudah lama tidak menyentuhnya. Ketika aku lagi mencoba menggeser-geser mousenya tapi belum juga kutemukan, suamiku keluar dari kamar mandi.

"Ada apa, Ma?" tanyanya.

"Tadi malam waktu aku tidur ada tamu yang datang?", tanyaku.

"Ga ada, kenapa?"

"Jadi mas sudah merokok lagi ya? Masih belum kapok? itu salah satu hasil dinas luar kota?" kuberondong pertanyaan.

Mama ngomong apa sih? Ga ada kok Mas merokok."

"Kenapa ada asbak berisi puntung rokok di meja luar? Ada hantu yang merokok ya? Mari kita buktikan!' kataku sewot sambil terus menggeser-geser mouse CCTV.

Sambil diawasi mata suamiku, akhirnya bisa juga. Kulihat camera 1, tanggal kemarin malam, terlihat sebuah asbak tertegun manis di atas meja teras. Padahal asbak itu biasanya kuletakkan di pokok bunga dalam pot, hanya keluar sewaktu-waktu kalau ada tamu yg datang dan merokok.

Eh.. tadi malam kan suamiku pulang sekitar pukul 20.00 aku jemput dari bandara. Ini sore sebelum suamiku pulang sudah ada asbak rokoknya. Aku langsung salah tingkah merasa sudah salah menuduh suamiku. Kini malah dia yang penasaran siapa tamu laki-laki yang datang kemarin ketika dia tidak di rumah. Asli aku salah tingkah. Aku geser mundur sampai waktu Minggu pagi, subuh, tetap ada. jangan-jangan malam ada yg iseng duduk di teras rumahku? aku agak serem saja. Kumundurkan lagi tetap saja sudah ada asbak rokok itu. Aku semakin penasaran dan tidak enak hati dibuatnya. Berarti sejak sehari sebelum suamiku pulang sudah ada asbak dan puntung rokok itu di sana. Tapi kok kemarin aku ga 'ngeh' ya? Terus dan terus kucari mundur. Nah, tampaklah seorang lelaki yang tengah duduk di kursi teras. perawakannya agak besar, terlihat kepulan asap keluar dari mulutnya. Terlihat juga asbak rokok di atas meja di hadapannya, tapi aku tidak ingat siapa dia yg datang sabtu pagi sekitar pukul 10.00 itu. Padahal waktu itu aku di rumah, kok dia tidak mengetuk pintu jika ada keperluan? Kok dia duduk sendirian di kursi terasku? Lama mikir sambil kubuka camera 2 di cctv yang menyorot ruang tamu sekaligus ruang keluarga, tapi tidak ada orang. Kusorot lagi kamera 3, menyorot dapur, sekaligus pintu samping dan tangga ke lantai 2, tetap saja tidak ada orang. Kubuka lagi kamera 4 yang menyorot lantai 2, tempat aku meletakkan baju ataupun perlengkapan yg jarang-jarang kupakai, termasuk baju-baju dan segala keperluan berkala lain seperti bed cover, handuk dsb. Tempat ini memang tidak hari-hari kami jamah. Heyy..! itu kan Bu Mia temanku sesama ngajar. Oh my God aku baru ingat kalau yg duduk di luar itu suaminya yang menunggu ketika Bu Mia membantu aku mengemasi beberapa baju bekas layak pakai buat acara sosial kami. Tepuk jidat aku, dan tersipu malu minta maaf pada suamiku.

Batam, 30 Juni 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Untung ada CCTV

01 Jul
Balas

kalau tidak, saya sudah nambah dosa karena suudzon

01 Jul

emosi wanita, ya bu..

03 Jul
Balas

Bagus ceritanya....salam kenal

30 Jun
Balas

Salam kenal, Bu. Salam Literasi!

30 Jun

suami bu mia rupanya..

30 Jun
Balas

iyaa.. hehe

30 Jun



search

New Post