Aku terkejut ketika sebuah koper berada di ruang tamu dan lebih terkejut lagi suara tangis dari dalam kamar. Akupun bergegas masuk, namun suami mencegatku agar tidak masuk dan sambil berbisik kalau yang datang adalah Mirna adikku. Si bungsu Mirna sudah menganggapku kakak sekaligus ibu, semenjak ibu dan ayah meninggal semua adik termasuk Mirna akulah yang membesarkannya. Beruntung sekali aku memiliki Mas Agus bukan hanya suami tapi ayah buat adik- adikku.

Setelah tangisnya reda sepertinya dia tertidur pulas setelah berkali- kali kuperbaiki selimutnya dan mengusap kepalanya. Hatiku terenyuh bagaimana tidak selama ini aku selalu membahagiakannya dengan segala kemampuan yang aku miliki namun sekarang hatinya tersakiti.

Segera kuhidangkan masakan kesukaannya dendeng balado dengan sayur toge. Wajah cantik ini telah berdiri di sampingku sambil memelukku erat- erat, air matanya kembali menetes. Aku yang sedari tadi berusaha membendung air mata, akhirnya jebol juga. Namun segera kuhapus dan kusuapkan nasi yang sedari tadi telah disiapkan. Aku berusaha mengalihkan cerita agar setiap suapan yang kuberikan dimakannya dengan lahap. Senyum manis kembali terukir, akhirnya terungkap sudah derita yang dialaminya.

Bunyi ketukan pintu dan ucapan salam membuat kami terhenti berbicara. Mirna segera masuk kamar, karena ku hafal betul itu adalah suaminya. Mas Yudi segera membuka pintu, gusar dan cemas Andi terpapar jelas di wajahnya. Sebagai seorang ibu akupun beritikad baik menyelesaikan masalah mereka, permintaan maaf yang tulus dan mengakui semua kesalahannya membuat mempercayainya kembali.

Tanjung Pati, 18 Maret 2022