Nety Susanty

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1.

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

Oleh : Neng Neti Susanti, S.Pd.

CGP Angkatan 7

SDN Cisondari 01 - Kabupaten Bandung

Pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi informasi tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. namun sebelum menguraikan materi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, mari kita renungkan kalimat bijak berikut ini.

"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik." (Bob Talbert)

Pendidikan adalah suatu proses yang sistematis dan terencana, bukan hanya sekedar mengajarkan murid tentang teori/materi/konten namun bagaimana semua itu masuk ke dalam kalbu alam pikir mereka sehingga semua akan berdampak pada perilaku dan karakter karena manusia beradab lebih baik dari orang berilmu. Ilmu yang baik dilandasi oleh karakter baik sehingga murid dapat menjalankan kehidupan dengan bahagia dan keselamatan setinggi-tingginya.

Seorang pendidik harus mampu menjadi teladan utama bagi murid-muridnya, dengan keteladanan perkataan maupun tindakan semua tercermin dalam kesehariannya. Menjadi pendidik berarti kita siap menjadi role model semua nilai kebajikan bagi peserta didik dan seluruh warga sekolah bahkan di lingkungan kita tinggal.

Kita sebagai pendidik harus mampu berkontribusi bagi peserta didik, setiap keputusan yang kita ambil harus berpihak kepada murid dengan dilandasi nilai-nilai kebajikan. Pendidik berkewajiban untuk menyampaikan kebenaran dan keteladanan.

Hal ini sejalan dengan kalimat bijak berikut ini.

"Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis." (Georg Wilhelm Friedrich Hegel)

Memahami kalimat bijak tersebut pendidikan merupakan suatu proses menuntun siswa dengan penguatan karakter, norma-norma sehingga akan menjadi generasi yang memiliki nilai moral, kebajikan dan kebenaran untuk menjalankan kehidupannya. Generasi yang akan datang adalah cerminan pendidikan saat ini yang kita poles seperti membuat maha karya terbaik yang akan mewarnai negeri ini di masa depan.

Setelah kita mencoba memahami dua kalimat bijak tersebut, berikut ini adalah jawaban dari soal modul 3.1. Koneksi antar materi Pendidikan Guru Penggerak pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin.

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin ?

Ki Hajar Dewantara dengan filosofi triloka memiliki pengaruh bagaimana seorang guru mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Semboyan yang pernah dicetuskan oleh KHD dan sampai saat ini masih menjadi landasan berpijak pendidik adalah Ing Ngarso Sung Tulodho (seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan). Ing Madya Mangunkarsa (seorang pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari tengah), Tut Wuri Handayani (seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan dari belakang), yang artinya adalah seorang pemimpin (guru) harus mampu memberikan teladan dan memberikan semangat dan motivasi dari tengah juga mampu memberikan forongan dari belakang untuk kemajuan seorang muridnya. Semboyan yang fenomenal dan memiliki makna mendalam dapat kita jadikan landasan dalam setiap pengambilan keputusan selalu berpihak kepada murid untuk menjadikan generasi cerdas dan berkarakter profil pelajar pancasila. Hal ini dapat kita lakukan selama proses pembelajaran di sekolah. Tidak hanya konten kurikulum namun transfer nilai-nilai kebajikan dapat kita sampaikan secara terus menerus dengan eksplisit pada pembelajaran dan keteladanan disetiap pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan yang bertanggungjawab dan humanis.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan ?

Proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self managemant), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) akan mewujudkan Tut Wuri Handayani dengan memberikan dorongan secara moril maupun materil bagi semua warga sekolah tak terkecuali murid-murid kita. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri pendidik akan mewarnai setiap pengambilan keputusan. Sebagai manusia yang beragama, kita yakin apapun yang kita lakukan, kelak akan dimintai pertanggungjawaban, begitu pula dengan pengambilan keputusan. Nilai kejujuran, integritas sebagai pendidik akan tergambar dalam keteladanan dan kebajikan-kebajikan yang diambil dalam setiap keputusan.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan "coaching" (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut ? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi "coaching" yang telah dibahas pada sebelumnya.

Sebagai pendidik, guru harus memiliki keterampilan coaching. Hal ini sangat membantu dalam pengambilan keputusan. Pendampingan kegiatan "coaching" (bimbingan) oleh fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran sangat efektif membantu pemahaman saya, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan. Beberapa contoh praktik coaching yang baik memberi gambaran utuh untuk dapat diterapkan di sekolah. Keputusan-keputusan dengan teknik coaching yang berlandaskan etika, nilai-nilai kebajikan, sesuai dengan visi misi sekolah yang berpihak pada murid dan menciptakan budaya positif di lingkungan sekolah. Tekbik coaching dengan kesetaraan tidak menggurui akan menimbulkan rasa nyaman sehingga coach mampu mengidentifikasi permasalahan dan dapat menyampaikan pertanyaan berbobot dari coachee. Coachee dapat menyempaikan hambatan-hambatan dan dapat menemukan solusi yang sesuai karena coach mampu menjadi pendengar yang baik. Hal ini penting karena pada akhirnya menciptakan situasi kondusif dan dapat meningkatkan kompetensi peserta didik dan tenaga pendidik. Keterampilan coaching juga dapat menumbuhkan kreativitas dan inovasi peserta didik. Dengan coaching guru dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai coach yang baik guru memiliki harapan seluruh siswanya dapat menjalankan seluruh tugas dan kewajiban yang diberikan di sekolah sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alam.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika ?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari sosial emosional sangat mempengaruhi pengambilan keputusan. "BAPER" dapat mewarnai setiap keputusan yang diambil, namun pendidik menyadari setiap keputusan wajib berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan serta regulasi yang ada melakukan 9 langkah pengambilan keputusan. Sehingga dengan kedua dasar tersebut kita dapat membedakan dilema etika atau bujukan moral. Sosial emosional akan menumbuhkan empati dan simpati bagi kita sebagai pendidik. Dengan simpati dan empati kita dapat merasakan apa yang peserta didik alami, dan kita dapat mengidentifikasi permasalahan dengan bijaksana, sehingga dalam pengambilan keputusan kita dapat menggiring murid menciptakan terobosan yang inifatif dan kreatif sebagai alternatif solusi dalam setiap pengambilan keputusan. Sebagai pemimpin pembelajaran setiap keputusan harus berpihak pada murid, berbasis etika dan nilai kebajikan dengan memetakan 4 paradigma dilema etika yaitu individu vs kelompok, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang. Pengambilan keputusan juga berpegang pada 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli. Serta dipadukan dengan 9 langkah pengambilan keputusan. Sembilan langkah keputusan tersebut yaitu : 1) Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, 2) Menentukan siapa saja yang terlibat, 3) Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, 4) Pengujian benar atau salah yang di dalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola, 5) Pengujian paradigma benar lawan benar, 6) Prinsip pengambilan keputusan, 7) Investigasi opsi trilemma, 8) Buat keputusan, dan 9) Tinjau lagi keputusan anda dan refleksikan.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik ?

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika akan semakin mengasah empati dan simpati seorang pendidik. Empati dan simpati yang terlatih akan mampu mengidentifikasi dan memetakan paradigma dilema etika agar pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran lebih bijak. Tentu saja rasa empati dan pengelolaan diri dengan kesadaran penuh (mindfulness) akan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan tersebut. Selain itu, pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilema etika ataukah bujukan moral. Keputusan yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodir kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagiaan semua pihak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman ?

Keputusan yang kita ambil akan berdampak pada implementasi pembelajaran dan mempengaruhi situasi di sekolah. Setiap keputusan yang kita ambil harus tepat dan bijak berlandaskan nilai-nilai kebajikan, keteladanan, bijaksana dan tidak melanggar norma. Dengan landasan tersebut kita dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Sehingga murid-murid dapat belajar dengan baik dan dapat mengembangkan kompetensinya. Terwujudnya murid yang bahagia, cerdas dan berkarakter.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini ? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan anda ?

Pengambilan keputusan berlandaskan 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai apakah berpikir berbasis hasil akhir (end-based thingking), berpikir berbasis peraturan (rule-based thingking) ataukah berpikir berbasis rasa peduli (care-based thingking). Semua tergantung situasi dan kondisi yang ada. Namun setiap keputusan pasti ada resiko, pro dan kontra, hal ini menjadi salah satu tantangan. Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika adalah tidak dapat memuaskan semua pihak sehingga ini merupakan satu ganjalan bagi saya.Namun 9 langkah pengambilan keputusan yang saya coba lakukan dapat meminimalkan perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua pihak.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid-murid kita adalah merdeka belajar. Merdeka belajar artinya murid bebas mencapai kesuksesan, kebahagiaan sesuai minat dan potensinya tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Hal ini diharapkan murid-murid akan sukses dengan bidangnya masing-masing, bahagia karena sesuai dengan apa yang diinginkannya dan bertanggungjawab akan apa yang menjadi pilihannya. Dengan kata lain semua pengambilan keputusan harus berpihak pada murid dan guru berfungsi untuk memfasilitasi, memoles bakat dan minat yang sudah ada. Kurikulum merdeka sangat berorientasi pada murid, hal ini terlihat dari kurikulum kelas V di SDN Cisondari 01. Semua siswa menerima materi pelajaran secara utuh dan mendalam. Siswa diberikan kebebasan memilih mata pelajaran sesuai bakat dan minat serta kebutuhannya di kelas V. Hal ini sangat menguntungkan siswa, siswa mempelajari mata pelajaran sesuai dengan keinginan. Guru hanya memberi gambaran, fasilitas dan mengkondisikan siswa agar memilih secara bertanggungjawab dan sesuai bakat, minat serta kebutuhan. Proses pembelajaran di kelas, guru menyampaikan pembelajaran berdiferensiasi hal ini merupakan saru contoh keputusan yang berpihak pada murid. Menerapkan secara eksplisit maupun implisit. KSE adalah wujud nyata untuk memfasilitasi dan mengasah keterampilan sosial emosional murid-murid kita.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya bahwa setiap pengambilan keputusan akan membawa dampak baik jangka pendek vs jangka panjang bagi murid-murid. Semua akan terekam dalam memori dan akan menjadi role model bagaimana kelak murid-murid berpikir dan berpijak. Bagaimana dia mengambil keputusan di masyarakat di kemudian hari. Pengambilan keputusan bagi seorang pendidik harus keputusan yang tepat, benar dan bijak melalui pengujian benar salah menggunakan lima uji yaitu uji legal, uji regulasi, uji institusi, uji publikasi dan uji panutan atau idola akan menjadikan pengambilan keputusan kita akurat dan teruji sehingga tidak menyesatkan murid-murid.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya adalah pengambilan keputusan yaitu suatu kompetensi atau skill yang harus dimiliki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikatikan sebagai pemimpin pembelajaran. Secara sadar keputusan itu akan mewarnai pola pikir dan karakter bagi murid-murid. Sekolah sebagai lembaga yang melakukan proses transfer ilmu dan karakter selalu memberikan pelayanan kepada murid-murid tentu saja banyak pengambilan keputusan yang mewarnai kebijakan-kebijakan sekolah. Guru sebagai pemimpin pembelajaran secara sadar mengambil keputusan bijak dengan mengedepankan regulasi kesepakatan kelas, keyakinan kelas untuk mewujudkan karakter dan budaya positif dalam kelas. Pengambilan keputusan harus bertujuan mewujudkan budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being). Suasana tersebut akan berdampak melejitkan kompetensi baik itu pendidikan maupun murid. Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfulness) untuk menghantarkan muridnya. Murid yang cerdas dan berkarakter, menuju profil pelajar pancasila sesuai harapan kita semua. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan 9 langkah pengambilan keputusan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak pada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Pembelajaran diferensiasi merupakan salah satu bentuk merdeka belajar, karena dengan pembelajaran berdiferensiasi maka kebutuhan murid terpenuhi sesuai bakat, minat dan kecenderungan gaya belajarnya. Pembelajaran kokulikuler juga salah satu implementasi untuk mewujudkan karakter pelajar pancasila. Berbagai tema dan dimensi yang disiaokan memungkinkan murid terbiasa dengan nilai-nilai positif dan pada akhirnya menjadi pembiasaan.

11. Sejauh mana pemahaman anda tentang konsep-konsep yang telah anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsp pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut anda di luar dugaan?

Yang saya pahami dari konsep-konsep modul ini adalah ada 4 paradigma pengambilan keputusan: 1) Individu vs kelompok, 2) Kebenaran vs kesetiaan, 3) Keadilan vs belas kasihan, dan 4) Jangka pendek vs jangka panjang.

Ada 3 prinsip mengambil keputusan: 1) berfikir berbasis hasil akhir, 2) berfikir berbasis aturan, dan 3) berfikir berbasis rasa peduli.

Ada 9 tahapan pengambilan dan pengujian keputusan: 1) Menggali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan, 2) Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, 3) Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini, 4) Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulitas, uji intuisi, uji publikasi, uji panutan/idola), 5) Pengujian paradigma benar atau salah, 6) Prinsip pengambilan keputusan, 7) Investigasi trilema, 8) Buat keputusan, dan 9) Meninjau kembali keputusan dan refleksikan.

Hal-hal yang menurut saya di luar dugaan adalah ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya berdasarkan sesuai pemikiran saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip, dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Selama ini saya berpikir terlalu cepat dan reaktif sehingga keputusan yang saya ambil perlu ditinjau kembali agar tidak merugikan banyak orang.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan dengan situasi dilema etika. Namun tidak mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan. Keputusan yang saya ambil biasanya hanya dari dua hal, yang pertama sesuai dengan regulasi dan tidak merugikan orang lain. Tidak melakukan uji benar vs benar. Dalam modul ini saya belajar langkah-langkah pengambilan keputusan dengan tepat dan akurat karena ada 5 uji benar vs benar.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat anda, perubahan apa yang terjadi pada cara anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Sebelumnya izinkan saya bersyukur atas apa yang sudah saya temui pada modul 3.1. ini. Banyak ilmu yang saya terima dan insyaalloh akan sangat bermanfaat untuk hari ini dan masa yang akan datang. Konsep yang saya pelajari memberikan dampak luar biasa bagi pola pikir saya. Sebelum bertemu dengan modul ini saya berpikir bahwa pengambilan keputusan hanya berdasarkan regulasi saja. Ternyata banyak hal yang menjadi dasar, ada 4 paradigma dilema etika yaitu: individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyality), jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Serta konsep pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga saya lebih yakin dengan apa yang sudah saya tetapkan sebagai satu keputusan. Saya berencana akan mengimplementasikan dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam ikut serta pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi yang saya ikuti. Saya berharap pengambilan keputusan yang saya lakukan akan selalu berpihak pada murid.

14. Seberapa penting membelajari topik modul ini bagi anda sebagai seorang individu dan anda sebagai seorang pemimpin?

Bagi saya materi pada modul 3.1. sangat penting dan bermakna. Di lingkungan sekolah guru sebagai pemimpin pembelajaran dan sebagai warga sekolah banyak keputusan yang akan dikeluarkan menghasilkan kebijakan-kebijakan yang akan mewarnai perjalanan sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar pancasila. Guru harus memiliki keterampilan pengambilan keputusan untuk dapat mewujudkan itu semua. Keputusan yang bernilai kebajikan dan mampu mengimplementasikan 9 langkah pengambilan keputusan, sesuai 4 paradigma, 3 prinsip penyelesaian dilema serta tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu: uji intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (rule-based thingking), uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (ends-based thingking) yang mementingkan hasil akhir dan uji panutan/idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care-based thingking), di mana ini berhubungan dengan golden rule.

Demikian koneksi antar materi yang saya paparkan, saya menyadari masih sedikit ilmu yang saya peroleh. Untuk itu, mohon masukan dan informasi mendalam untuk perbaikan. Saya berharap selalu dapat memperbaiki proses menjadi lebih baik, karena saya yakin proses tidak akan menghianati hasil.

Guru tergerak, bergerak dan menggerakkan.

Guru bergerak Indonesia maju.

Salam dan Bahagia ...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post