Nh Puspita Sari

Seorang guru pengabdian di Kabupaten Batang yang sedang belajar menulis....

Selengkapnya
Navigasi Web
Memilih Jalannya Sendiri (2)

Memilih Jalannya Sendiri (2)

Tanggal 21 Januari 2020, sekitar jam 2 sudah mulai terasa kontraksi lagi. Interval kontraksi masih bertahan 1 jam sekali dengan durasi berubah-ubah.

Paginya sempetin jalan-jalan dulu keliling komplek. Jam 8 interval mulai memendek menjadi setengah jam. Pikirku, wah bisa jadi lahiran hari ini. Tapi ingat pesan bidan Yessie, "pergilah ke provider jika kontraksi sudah berpola 5-1-1". Sambil menunggu, relaksasi dulu mandi air hangat. Setelah mandi, lanjut main birthingball sampai sekitar jam setengah 11. Nah, antara jam 10 sampai jam 11 kontraksi udah makin dekat intervalnya tapi belum beraturan. Sempat beberapa kali intervalnya 5 menit bahkan kurang. Langsunglah berangkat ke puskesmas untuk memastikan. Kenapa kok cuma memastikan? Karena rencananya mau lahiran di RS guys. Haha.

Jam 11 sampai di Puskesmas, bapak-bapak di bagian pendaftaran langsung mengarahkan ke ruang bersalin. Mungkin karena lihat aku yang sedang fokus atur napas, jadi tahu kalau mau lahiran. Ketemu bu bidan langsung di VT. Oya, katanya VT itu gak nyaman ya, tapi kalau kita atur napas it's okey kok. Penting: jangan tegang, rileks. Hasil VT bukaan masih 2 longgar. Kata bu Bidan, "tunggu disini dulu, nanti saya VT lagi jam 3. Kalau jam 3 belum tambah boleh pulang dulu. Kalau bukaannya cepat jam 5 sampai habis isya kemungkinan bisa lahiran." Dalam hati bergumam, ternyata masih selama itu?

Sambil menunggu jam 3 sore, sedikit menyesal karena lupa birthingball gak kebawa. Eh, tapi ternyata Puskesmas menyediakan dong. Ah, seseneng itu. Bahkan kita dibimbing buat main birthingball biar mempercepat bukaan. Nah, disini kontraksi udah makin gak beraturan intervalnya. Suami mulai kena amukan karena diminta mencet aplikasi kontraksi malah tanya "apa". Haha, maafkan bojomu wahai suamiku.

Hampir setengah 2 udah gak kuat main birthingball, tiduran lagi deh. Dibimbing bu Bidan buat tiduran miring kiri. Rasanya, kontraksi makin lama durasinya. Masih jam setengah 2 tapi udah gak tahan buat mengejan. Atur napas lagi, inget lagi teknik napasnya bidan Yessie. Haaaaaaa...

Setengah 2, udah gak bisa nahan pakai napas. Langsung panggil bu Bidan. Bidan belum sampai udah ngejan duluan dong. Rasanya ada cairan yang keluar banyak dua kali akibat mengejan. Belum jam 3 padahal, di VT lagi ternyata udah bukaan 8. Bu Bidan kaget karena secepat ini. Akhirnya diminta atur napas lagi, tidur miring kiri lagi, dan nahan ngejan lagi. Ahelah, masih diminta nahan ngejan lagi. Beberapa menit kemudian, udah bener-bener gak bisa atur napas. Aku bilang ke bu Bidan, " bu, pokoknya saya udah gak kuat nahan ngejan lagi" haha kalau dingat-ingat kocak juga ternyata. VT ketiga kalinya, jeng jeng jeng sudah bukaan lengkap dong. Lega banget, artinya sebentar lagi ketemu dedek. Nah disini diminta buat makan n minum yang banyak buat energi mengejan yang sesungguhnya. Padahal mah, sebenernya udah gak doyan makan minum. Tapi demi dedek, apapunlah. Jam 13.45, kepala dedek udah tambah turun dan udah mulai kelihatan. Akhirnya ketuban dipecah, dan maksimal 14.45 dedek harus udah lahir.

Mulalilah drama pengejanan ini. Sesi pertama, tidak ada hasil. Kedua, nurunin kepala dedek sedikit dan katanya pereniumku cukup lentur jadi gak akan disobek. Ketiga, katanya rambutnya udah kelihatan. Keempat, diminta ngeden yang kenceng sampai boleh "mancal" bu Bidannya. Terakhir, dibilangin udah jam 2 lebih diminta semangat jangan sampai lebih dari jam 13.45. Karena kalau lebih harus dirujuk ke RS. Oke, persiapan makan minum atur napas, ngeden. Ngeden sambil mancal bidan dan reflek ngangkat pantat. Jam 14.20 gak berasa tiba-tiba udah lihat dedek keluar dan diletakkan di dadaku. Rasanya? Gak berasa apapun, kecuali bahagia. Dedek langsung di lap, dikasih ke ibuk n suami. Langsung di adzanin. Alhamdulillah.

Kabar buruknya, jalan lahir harus diobras. Ya diobras, bukan lagi dijahit. Ditangani 3 bidan, selama 2 jam lebih nonstop. Dan sangking ambyarnya, ngehabisin 4 botol epidural. Bayangpun, ngedennya gak ada 1 jam tapi dijahitnya sampai 2 jam lebih. Eh tapi serius, gak berasa lho pas dijahit. Selama dijahit, masih bisa hahahehe sama bidan dan keluarga. Cuma berasa ada benang ditarik aja. Bidannya aja sampai bilang, yang pas dijahit gak gerak-gerak dan gak njerit itu langka sekali. Ternyata selain ngangkat pantat pas ngejan, banyaknya robekan juga karena kepala dedek keluar bareng sama tangan kanannya. Oke deh. Tetap kunikmati. Gak kapok juga kalau lahiran normal lagi. Nikmat.

Terakhir, baru sadar. Loh, aku lahiran di Puskesmas? Kan rencananya ke Puskesmas cuma ngecek doang habis tu ke RS. Ternyata dedek memilih jalannya sendiri buat lahir. Beruntung para bidannya mendukung gentle birth dan tanpa intervensi sama sekali. Alhamdulillah, diarahkan ke tempat dan bertemu dengan orang-orang yang tepat. Yakin saja, rencana Allah yang terbaik.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Smg jd anak yg sholih bu

10 Feb
Balas

Aamiin.. terimakasih bu.. barakallahu

11 Feb



search

New Post