nia kaniasari

Saya Nia Kaniasari, S. Pd Kepala TK AN NUR Rangkasbitung Lebak Banten. Bergabung di gurusiana tahun 2017 Saat ini aktif di beberapa kelas menulis Online Seb...

Selengkapnya
Navigasi Web
Catatan Perjalanan Yang Tertunda

Catatan Perjalanan Yang Tertunda

CATATAN PERJALANAN YANG TERTUNDA

Delapan Jam selama perjalanan pulang ke Kota Kecilku Rangkasbitung setelah mengikuti BIMTEK Literasi Penulisan Buku di Lembang terasa panjang sekali, walupun bis yang kutumpangi jurusan Bandung-Merak melaju cepat, kaki terasa pegal dan sakit. Mungkin karena posisi dudukku yang salah atau memang tempat duduknya yang kurang nyaman? Ah, entahlah.

Terbayang sudah wajah ketiga mutiaraku di rumah dan qowwamku yang sudah sedari malam menelepon menanyakan “Kapan pulang bu? Jam berapa penutupannya?”. Hmm...sepertinya rasa rindu sudah tak terbendung.

Sepanjang perjalanan, kucoba memejamkan mata berharap perjalanan ini cepat berakhir. Muroja’ah Qur’an kuulangi beberapa kali, tetapi tak kunjung sampai . Kemacetan Lalu lintas membuat Bis yang kutumpangi lambat merayap. Hups, kesal, jengkel rasanya. Kucoba berbincang dengan ibu Hj.Atu berharap hilang rasa kesal menanti sampainya di Kota Serang. Macet! Inilah fenomena Lalu lintas di Kota besar. Jumlah kendaraan bertambah terus setiap tahun sementara jalan tidak.

Teringat kembali wajah-wajah mungil nan lucu ketiga mutiaraku, Aa Syafiq yang tadi Shubuh memberiku kabar, “bu, Aa sudah sholat shubuh di Masjid”. Bangga, haru bercampur dalam hati. Ya Alloh jadikan dia Anak yang Sholeh. Anak keduaku berbeda, apa karena perempuan ya? Mungkin. Teteh Qeyya biasa aku memanggilnya, “Ibu kapan pulang?”, tanyanya di telepon. “Teteh kangen, jangan lupa oleh-oleh ya”, pintanya. “Ibu sudah membelinya untuk Aa, Teteh dan Dede”, jawabku di telepon. “Yee,yee, yess, terima kasih ibu, teteh sayang ibu”. Memang anakku yang satu ini romantis sekali, disetiap obrolannya pasti ujung-ujungnya bilang teteh sayang ibu, karena ibu baik.Siapa coba yang tidak terharu mendengar anaknya berbicara begitu? Tak terasa air mata ini menetes membayangkan wajah teteh qeyya yang berbinar-binar menyambut kedatanganku.

Anakku yang ketiga berusia 2 tahun pada tanggal 2 Mei kemarin. Celotehnya membuatku tak habis bersyukur padaNya. Dengan riwayat sakitnya ketika usia 7 bulan, tetapi sekali lagi Alloh memberiku nikmat yang luar biasa dengan perkembangannya saat ini, dede Nindy sebut saja begitu. Nindyku sejak dari lahir sampai usia 6 bulan sehat-sehat saja. Tetapi kejadian luar biasa terjadi ketika usianya menginjak 7 bulan dan giginya mulai tumbuh. Suhu badannya yag tinggi hingga mencapai 39,7 derajat membuat imunnya lemah sehingga membuat nindyku kejang. Perasaan takut kehilangan, sedih, tak tega, dan panik berkecamuk. “Yaa Robb beri kami kesempatan merawatnya, mendidiknya hingga menjadi anak sholehah.” Pintaku padaNya. Kejadian tersebut berulang sampai lebih dari tiga kali. Rawat inap di RS sudah sering. Aku dan suami mencoba pengobatan herbal yang ada di Kota Kecil kami Rangkasbitung, Syukur Alhamdulillah sampai sekarang dan semoga selamanya Nindyku tetap sehat. Dalam usianya yang baru menginjak dua tahun sudah bisa bercerita banyak, pandai menyanyi dan menjawab dengan tepat ketika ditanya. Jujur, rasa Syukur ini takkan pernah habis, senyum manisnya sudah terbayang di depan mata.

Alhamdulillah, akhirnya pukul 17.15 kami sampai di kota Serang, tetapi kami masih harus melakukan perjalanan kembali untuk sampai di Rangkasbitung, setelah sholat maghrib dan makan, perjalanan kami lanjutkan dengan diantar oleh suami Ibu Hj.Atu pengawas TK yang juga teman sekamarku. Pukul 20.10 sampailah di depan pintu rumah. Setelah berpamitan dengan Ibu Haji dan bapak saya bergegas masuk dan mengucapkan salam. Dan...tahukah apa yang terjadi? Ketiga mutiaraku berhamburan berebut memeluk, balas kupeluk mereka dan kucium. Lega rasanya, pupus sudah rasa rindu di hati, hilang seketika rasa lelah diri.

Mereka langsung bercerita pengalamannya selama kutinggalkan. Dede Nindy enggan lepas dari pangkuan. Matanya tak berkedip memandangku lama sekali. Barulah kudengar sapaan khasnya, “Ibu Nini...”. dengan senyum lebar merekah. Ooo..rupanya ibuku sudah kembali, mungkin itu makna dari ucapannya. Nindyku memang belum fasih menyebut “d” jadi Nini itu maksudnya Nindy. Setelah puas melepas rindu pada ketiga mutiaraku, giliran qowwamku melepas rindu, kisah selanjutnya terserah anda...hehehe..

(Catatan perjalanan Pulang ke Rangkasbitung, Sabtu 13 Mei 2017)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Top dah melepas rindunya. Salam kenal bu Nia

30 May
Balas

Salam kenal juga pa yudha, masih belepotan y bahasanya..

31 May

Salam kenal juga pa yudha, masih belepotan y bahasanya..

31 May

Terimakasih bu upit, salam kenal..

31 May
Balas

Ikut senang dan terharu. Asyik baca ceritanya bu . Hebat

30 May
Balas

Ikut senang dan terharu dengan kisah ibu. Semoga semuanya baik-baik saja. Ceritanya mengalir sehingga pembawa terbawa suasana dalam cerita ibu. Sukses selalu dan tetap semangat ya Bu. Salam literasi

12 Dec
Balas



search

New Post