Aku bernama Qisna. Usiaku 10 tahun. Awal mula

munculnya korona ini, aku tak mengerti apa hikmah

di balik ini semua. Mengapa semakin hari semakin

banyak korban jiwa yang meninggal. Mendengar berita di

televisi membuat aku merinding dan ketakutan. Virus yang

begitu kejam.

Akibat dari kebijakan lockdown, aku tinggal di rumah saja.

Tidak dibenarkan ke sekolah maupun ke mana‐mana. Bahkan

ke supermarket aku takut. Memang aku akui senang tinggal

di rumah pada awal minggu libur dan minggu kedua.

Masuk minggu ketiga, aku menjadi resah karena aku

merindukan teman‐temanku, merindukan abi dan umi, dan

semua keadaan sebelum lockdown. Sungguh sedih terkurung

begini, seperti penjara saja. Memang begini ya penjara itu?

Hehehee.

Aku saja gak pernah rasakan itu, tapi aku bisa rasakan sih.

Aktivitas seperti biasa tidak dapat dilakukan. Seperti ke

masjid, madrasah, sekolah, maupun belanja.

Pesan ayah dan ibu, kita semua mesti bersabar dengan

ujian ini. banyaklah berdoa dan selalu waspada dengan

menjaga kebersihan dan kesehatan masing‐masing. Yang terpenting kita wajib berkolaborasi untuk memutuskan mata

rantai penyebaran virus korona ini.

Sebagai generasi penerus bangsa, kita tetap perlu ilmu

sebagai bekal hidup kita di masa yang akan datang. Kita tak

boleh menyerah begitu saja. Maka, jika kita menunggu

korona hilang, kita selamanya tak belajar. Karena kita tak

tahu kapan korona pergi. Untuk itu mari semangat melakukan

pembelajaran online dan perbanyak membaca buku agar

pengetahuan kita bertambah..

Bersambung....