Datang tanpa Pamit
Tak banyak kata yang keluar dari bibirku. Aku hanya
menjawab “ya dan ya” kepada pemilik kapal ini.
Kendatipun Tuan Mahmud dan Nyonya Sahiti
menyuruhku untuk membantu pekerjaan Paman Eko,
bersama Sharkan agar makanan di kapal ini terjaga
kualitasnya. Khalayak ketika abi dikenal sebagai chef yang
andal olehnya. Mampu menyulap lidah wisatawan cinta
dengan kuliner Indonesia.
Keluar dari ruangan itu, hatiku penuh tanda tanya besar.
Sebuah teka‐teki yang sulit aku tebak. Mengapa wanita
secantik Dilvica, menanggung penderitaan seperti yang aku
lihat. Suaminya diam, hanya monitor yang bisa mendeteksi
keberadaan napasnya.
Tepat pukul 24.00 waktu Dubai, kapal kami berlabuh
menuju Turki. Malam pertama di istana terapung ini, aku
ditemani oleh Sharkan.
“Kamu tidak canggung aku temani tidur?”
“Tidak, kamu pintar melayani tamu,” ujarku.
“Kamu bukan tamu, tapi sous chef andal kapal ini.
Demikian ketika kali pertama aku berlabuh di kapal ini. Aku di
temani oleh Roshan. Kapal ini membudayakan keramahan
dan pelayanan yang baik kepada pengunjung/wisatawan.
Apalagi pada karyawannya.”
Bersambung...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi
Salam