Tagur H.44

Kita semua tentu pernah dengar dan membaca tentang hijrah. Hijrah juga banyak dijelaskan di dalam Al Qur’an. Darisemua itu kalau boleh kita sederhanakan maka Hijrah akan berarti meninggalkan sesuatu yang buruk menjadi se­suatu yang baik.

Allah Subhanahu wa Ta’ala Perintahkan untuk hijrah penekanannya lebih kepada untuk menjaga serta terpeliharanya akidah. Gambaran yang komplik yang memuat makna hijrah secara fisik dan bathin ada pada golongan Muhajirin dan Anshar. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah abadikan kedua golongan utama ini dalam Al-Qur’an Nur Kariim dan janjikan bagi mereka suatu hadiah khusus yang mana tidak ada lagi kado terindah dapat melebihi diatasnya yaitu keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jika sang pemilik hari pembalasan telah Ridha maka tentunya surga-Nya yang abadipun telah dijaminkan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: "Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar." (Q.S. At-Taubah:10).

Persaudaraan yang terjadi antara kaum Anshar dan Muhajirin terjadi dengan dasar Tauhid sehingga sepanjang sejarah dia tetap dikenang dan tak terkalahkan. Sejarah agung ini pantas untuk diceritakan dari generasi-kegenerasi karena memuat banyak nilai-nilai perjuangan dan kemanusian. Keikhlas yang berujung kepada kebahagian abadi dan sebaliknya kemunafikan hanya menuai kehinaan.