Nike Ringgawany

Penyuka rindu, alat musik, especially piano, biola, gitar akustik dan saxophone. Nggak pernah kenyang untuk soal nulis dan baca. Hobi nonton film horor dan dram...

Selengkapnya
Navigasi Web
Teruntuk Engkau, yang Sengaja Kutemui dengan Berbagai Alasan.

Teruntuk Engkau, yang Sengaja Kutemui dengan Berbagai Alasan.

Mungkin ini bisa kau sebut pencitraan atau kamuflase semata. Tapi, bagiku tidak. Aku merasa beruntung, memiliki sikap terbuka dan jujur. Bisa mengatakan apa saja dengan gamblang, yang penting aku cerita. Tak peduli bagaimana efeknya nanti. Yang penting, dadaku bisa sedikit lapang. Seperti lapangan Merdeka yang tengah bebas dari sebuah event yang mayoritas dipenuhi oleh orang-orang. Namun, sikap seperti itulah yang menjebak diriku sendiri hingga orang lain, khususnya kau, bisa langsung membaca apa yang ada di benakku. Malam ini, entah malam yang ke berapa tanpamu. Tanpa ocehan panjang kita, juga tanpa ocehan receh dan terkesan remeh dalam gawai kita. Sebenarnya, apa pantas hal ini disebut jarak? Jarak yang disengaja atau apapun itu sebutannya. Aku, yang terbiasa akan hadirmu menjelang tidurku berusaha berdamai dengan keadaan ini. Berusaha tetap berpikir jernih, sejernih air yang kuminum setiap harinya. Aku yang tak terbiasa dengan keadaan ini, mungkin masih perlu membiasakan diri. Lalu berusaha sekeras mungkin untuk mengkondisikan diri, memposisikan diri dengan menerima kenyataan, bahwa aku memang bukan prioritas utama. Bukan aktor atau aktris utama dalam sebuah film yang kau garap. Barangkali, aku baru saja terbangun dari mimpiku. Aku begitu lama terlelap dalam tidur yang panjang. Hingga lupa matahari pun juga punya kesempatan untuk tersenyum manja. Jujur, aku tak ingin terus bermain dalam tidurku. Aku ingin bangun, lalu membuka buku diari kesayangan. Kemudian membacanya dan menghapus apa saja yang sempat aku tuliskan di dalamnya. Agar tak menjadi beban dalam kesendirian. Semakin aku banyak menuliskan cerita tentang kita, semakin aku tahu dengan sendirinya. Bahwa tak selamanya apa yang aku inginkan akan sesuai dengan kenyataan. Apapun, sebenarnya tak bisa dipaksakan. Seberat apapun perjuangannya. Kadang-kadang, kubiarkan saja seperti air yang mengalir, biarlah air itu menuju tempat yang sebagaimana mestinya. Tapi, hatiku selalu bertanya-tanya. Kepalaku selalu dipenuhi dengan suatu pertanyaan. Apakah ini suatu tanda, bahwa aku saja yang nian,sementara engkau demikian? Medan, 24 Desember 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ibu juga sukses selalu ya..

31 Jan
Balas

Wow, ungkapan rasa di hati yang dalam. Sukses selalu dan barakallahu fiik

25 Dec
Balas

Terima kasih ibu Siti..

31 Jan



search

New Post