Nike Ringgawany

Penyuka rindu, alat musik, especially piano, biola, gitar akustik dan saxophone. Nggak pernah kenyang untuk soal nulis dan baca. Hobi nonton film horor dan dram...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ujian Oh Ujian

Ujian Oh Ujian

Eits! Udah seminggu lebaran ya rupanya? Hadeuh.. nggak terasa. Tau-tau udah seminggu aja. Maklum la kebanyakan di rumah minus jalan-jalan akhir-akhir ini. Jika pun keluar rumah cuma cari barang yang penting-penting aja. Hehehehe..

Oke deh.. hari ini saya mau cerita. Udah lama banget ya saya nggak cerita-cerita di sini. Kali ini saya males dech nulis pake aturan KBBI. Pengen cepat aja. Ya.. walaupun nanti hasilnya kurang enak dibaca. Yang penting uneg-uneg saya tersalurkan. Hihihihi..

Oh ya, saya pengen nulis pengalaman saya ketika sedang belanja di salah satu supermarket terbesar di Marelan tadi siang. Tapi sebelumnya, saya mau ngucapin Selamat Idul Fitri 1441 H kepada teman-teman semua.

Oke udah siap mental ya baca cerita kali ini.. (ish.. ish.. soknya 😅). Hhhh.. tarik nafas dulu. 😂. Hosh.. hosh..

Tadi siang, setelah saya pulang dari kerja, (tumben siang pulang kerja 😉, biasanya sore 😅, maklum laa weekend pulaknya) saya dan suami yang setia menunggu saya dari pagi di kantor, pergi ke salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Marelan, (baca :SMP.) untuk mencari termos yang sudah pecah karena jatuh beberapa hari yang lalu. Sebenarnya bisa aja sih pergi ke toko W, tapi panasnya ya Allah.. jadi kami memutuskan untuk pergi ngadem ke SMP aja. Setelah mendapatkan termos yang kami cari, saya mulai ngeliat barang yang memang beneran saya butuh untuk saat ini. Yupz! Dompet. Biasanya saya cari dompet di lantai tiga. Entah kenapa kok saya males banget balik naik ke atas. Dan saya milih masuk ke toko di lantai satu. Sebut saja toko N. Nah di situ banyak sekali aksesoris termasuk karet rambut. Emang tujuan saya mau beli kedua barang itu karena benar-benar butuh. Karet rambut nggak ada, dompet pun udah jerit-jerit minta diganti.

Saya nitip barang belanjaan saya ke suami. Lalu saya masuk dengan memikul tas kerja berbentuk ransel di punggung. Mulailah mata saya melirik dan memperhatikan beberapa dompet yang digantung. Cantik-cantik sih, tapi saya mau cari yang banyak fungsinya. Salah satunya harus banyak buat nyimpan kartu. (Hehehe.. kebanyakan kartu main anak dan kartu belanja, jadi harus nyari dompet yang bener-bener multi fungsi), setelah mencari, saya ngeliat dompet yang mencuri perhatian saya, dompet merah. Dan cuma satu-satunya di situ yang berwarna merah, lembut, dan menarik. Saya ambil dan saya buka-buka dalamnya, ah.. kepikiran nih, mau dibeli aja. Tapi kok tempat kartunya kurang banyak ya? Akhirnya, datanglah mbak-mbak SPG. Mungkin dia ngeliatin saya dari tadi. Dan dihampirinya saya.

"Mau cari dompet yang gimana, Kak?"

"Ng.. saya mau cari dompet yang bisa nyimpen banyak kartu, ada nggak selain yang ini?"

"Oh.. ini, Kak! Ada. Coba liat dulu, Kak." balasnya sambil menyodorkan dompet berwarna abu-abu.

Saya pun memperhatikan dulu, tetapi dompet tadi belum berpindah ke tangan saya.

"Hm.. kalau yang warna biru navy itu? Coba buka, Mbak!" Pinta saya pada sang Mbak SPG.

"Kalo yang ini, dia cuma segini tempat kartunya. " jelasnya sambil memperlihatkan tempat kartu dompet itu pada saya.

Saya sempat mikir, aduh.. yang mana ya? Yang ada banyak tempat kartunya kurang suka warnanya, yang biru navy dikit banget tempat kartunya. Yang merah sih lumayan.. lagian lembut kulitnya. Dan harganya juga masih terjangkau. Nggak sampe jual tanah lah! 😁

Sedang asik-asiknya mikir mau beli yang mana, tiba-tiba ada yang nyeletuk.

"Sikitlah, mau lewat, besar kali pun tasnya!" Ujarnya dengan santuy sambil lewat di belakang saya.

Saya pun yang lagi mikir, mengalihkan pandangan ke dia. Seorang ibu-ibu yang usianya jauh di atas saya dengan tubuh yang udah nggak langsing lagi dan dengan anaknya yang badannya hampir-hampir mirip dengan ibunya.

Mendengar celetukannya tadi, entah kenapa saya tiba-tiba naik tensi.

"Lho, ibu kan bisa lewat jalan lain, kenapa mesti lewat sini?"

"Orang seloroh kok ngegas? Kan cuma minta lewat!" ujarnya.

Kok malah dia yang marah ya? Saya bingung dan mikir keras.

"Tapi saya udah dari tadi bu berdiri di sini dan udah saya kasi jalan kan?" Sanggah saya padanya.

"Kok masih ngegas ya? Nggak bisa kali diselorohin!" Dia jadi tambah marah.

"Orang cuma minta lewat pun, macam dia aja pembeli di sini!" Balas anak perempuannya dengan nada yang enggak enak.

"Udah.. udah.. bu" kata mbak-mbak SPG tadi karena diliatnya kok belum reda juga perdebatan antara kami.

Akhirnya saya pun mengalah, walaupun saya sebenarnya masih emosi dan jantung berdebar-debar. Saya nggak suka digituin orang di depan umum. Apalagi diselorohin/dibecandain sama orang yang nggak kenal sama sekali. Emosi saya kala itu udah sampai di ubun-ubun. Tapi, saya berusaha meredamnya pelan-pelan.

Lalu, karena saya nggak mau memperpanjang lagi, saya mengalihkan pandangan saya ke dompet tadi dan bilang,

"Ya udah ya mbak, saya nggak jadi beli. Maaf ya. " ujar saya buru-buru pergi.

Mbak SPG dan mbak kasir pun kebingungan, dan menatap saya dengan wajah yang iba campur nggak percaya.

Sementara saya, memilih keluar dan mengambil tas belanjaan dari tangan suami.

"Ayo kita pulang, Pa!"

"Lho kenapa, Ma? Enggak jadi?" Suami saya kebingungan.

"Enggak! Ayo, pokoknya pulang!" ujar saya sambil jalan mendahuluinya.

"Lho ini kenapa sih, Ma?" suami saya masih kebingungan di belakang saya.

***

Oke.. fix! Ini cerita saya hari ini. 😄

Sebenarnya saya nggak masalah sih, geser sedikit. Tapi kok ya ada embel-embel kata-kata "Tasnya pun besar kali!"

Hm.. mesti banget ya pake kata-kata begitu. Ndak sopan. 😋

Nah, ini yang bikin naik tensi. Perasaan saya cuma bawa tas ransel bukan tas gunung. 😂. Lah kok dibilang besar kali ya? Geleng-geleng kepala jadinya ngeliat sikapnya tadi.

Aduh, ini sebenarnya saya yang sensi atau dia yang nggak sopan ya? Berani seloroh / becanda sama orang yang nggak dikenal.

Ah, ya udahlah.. kalo saya lawanin terus berarti saya selevel dengan dia. Sutrahlah.

Mari kita tersenyum dan bahagia kembali. 😄😄😄😁😁.

Anggap kejadian tadi adalah ujian kenaikan level kesabaran.

Sekian cerita dari mommy beranak dua. Sampai jumpa di cerita selanjutnya ya. 😊

Medan, 30 Mei 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Emang kisah nyata bu . . Ini pengalaman saya tadi siang..

30 May
Balas

Hmmm, kayaknya kisah nyata ni bu

30 May
Balas



search

New Post