Banyak sarjana pendidikan yang setelah lulus mengidamkan untuk bisa diterima menjadi PNS ( pegawai negeri sipil). Duduk santai, mengajar dan mendapatkan gaji besar. Mungkin segampang itu yang dipikirkan orang. Tapi nyatanya menjadi PNS tidaklah mudah. Butuh perjuangan berdarah-darah bagi yang tak punya uang dan orang dalam. Bukankah sudah rahasia umum jika lebih banyak yang menggunakan uang agar bisa mudah mendapatkan impian sebagai PNS. Tapi bisa dibayangkan bukan, bagaimana akhir dari orang yang mengambil jalan semacam ini? Mungkin tak perlu kita bahas terlalu jauh. Sebab tidak semua PNS seperti itu.

Persaingan untuk menjadi PNS sangatlah ketat, bisa 1 banding 1000. Maka beruntunglah mereka yang diterima karena jaminan masa tua sudah didepan mata. Bagi yang tidak diterima, hanya bisa puas dan kembali ke habitatnya menjadi guru honorer saja. Maklum saja jika ada rasa kecewa yang mendalam saat mereka harus menelan pil pahit. Menerima gaji tak masuk akal yang kadang tak cukup untuk bayar kontrakan.

Lantas bagaimana dengan guru disekolah swasta? Ya sama saja nasibnya dengan guru honorer di sekolah lainnya. Semua tergantung kualitas sekolah swasta yang ditempati. Sekolah swasta dengan branding bagus tentu saja bisa menjanjikan kesejahteraan yang lebih baik. Namun tentu saja hal itu berimbang dengan apa yang harus mereka kerjakan. Para guru disekolah semacam ini dituntut untuk mengembangkan dirinya. Membuat karya baru yang membangun citra bagi sekolah. Gaji bukan lah masalah besar bagi mereka. Sebab gaji hanyalah reward, sedangkan prestasi yang sesungguhnya adalah bagaimana para guru mampu menciptakan generasi penerus yang luar biasa di masa depan. Tanggung jawab sebagai pendidik di mata Allah lebih di utamakan. Jadi, tidaklah terlalu penting gelar PNS bagi kami para guru swasta.