nikmatul khoiroh

Guru TIK yang diberi amanah tugas tambahan Kepala Sekolah di SMPN 3 Puger, Kab. Jember. Bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Guru biasa yang masih dan akan teru...

Selengkapnya
Navigasi Web
Dengan Basmallah Aku Mencintaimu, dengan Hamdalah Aku Menjaganya (Part 5)

Dengan Basmallah Aku Mencintaimu, dengan Hamdalah Aku Menjaganya (Part 5)

Hujan dan Kopi

#POV Satria (Part 5)

Hujan selalu menyisakan cerita tentang rindu. Senyummu, tatapan matamu, manjamu dan semuanya membuatku hampir gila menahan rindu itu. Berjalan menembus derasnya hujan adalah kenangan yang tak terlupakan. Sepanjang jalan kita bergandeng tangan, berlindung di bawah payung hitam. Tubuh kita basah, begitu juga hatiku, hatimu. Jumpa yang kunanti beberapa purnama seperti kemarau yang merindukan pelukan hujan. 

Kulihat keluar jendela, hujan belum reda. Aku rindu pada sajian kopi hitam dengan senyuman menawan. Bahagia itu sederhana, bukan kita memiliki segalanya, tapi memiliki hatimu itu jauh lebih berharga,  ini adalah anugerah Tuhan yang luar biasa. Seperti malam itu bisa menikmati secangkir kopi berdua denganmu, aku sangat bahagia. Hanya dengan memandangmu lebih dekat, aku bisa memastikan bahwa kamu juga menyimpan rasa yang sama. Ini adalah hal yang istimewa, apalagi melewati sepanjang malam dengan berbagi cerita tentang kamu dan aku.

Namun, ada rasa sesal malam itu tak sempat menghabiskan kopi buatanmu. Ada hal yang harus segera kuselesaikan demi kepentingan umat yang tidak bisa diwakilkan. Andai malam itu aku duduk lebih lama, menghabiskan kopi buatanmu, mungkin gumpalan rindu tak sebeku ini. Andai malam itu tidak ada hal yang mendesak, mungkin dadaku tidak terasa sesak. Ada rindu kembali duduk bersama memulai cerita kita yang belum usai kita tulis di halaman berikutnya. Entah apa yang aku rasakan, yang jelas aku begitu menyayangimu, mencintaimu. Rasa ini tulus, aku tak bisa jauh-jauh denganmu. 

Aku tahu, masih ada Mas Diaz di hatimu. Namun aku merasa kamu juga menyimpan rindu yang sama. Mas Diaz adalah kenangan masa lalumu, tak perlu menyesali takdir perpisahan itu. Mas Diaz sudah bahagia di surge. Dia sudah berjuang melawan sakitnya, bahkan dia juga sudah berjuang memenangkan hatimu. Kenangan itu bukan kutukan, tetapi kekuatan yang bisa membuatmu bangkit kembali. 

Entah Tuhan merencanakan apa, Mas Diaz kakak kandung se ayah dan beda ibu denganku, bisa mencintai satu wanita yang sama. Aku tahu kamu pasti terpukul dan merasa sangat kehilangannya, begitu juga denganku. Tapi Tuhan punya rencana lain yang lebih indah. Mungkin Tuhan menakdirkan ini semua terjadi, agar kita bisa lebih dekat. Agar aku bisa menghiburmu, menyemangati, menyayangi dan mencintaimu. 

Aku tak pernah berpikir restu dari Abi dan Umi, apakah mereka akan melarangku mencintai wanita yang telah dicintai Mas Diaz sampai akhir hayatnya? Saat ini yang terpenting bagiku, meyakinkan hatiku, meyakinkan hatimu Zahra bahwa kita saling mencintai, saling menyayangi.

 

Bersambung 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post