nikmatul khoiroh

Guru TIK yang diberi amanah tugas tambahan Kepala Sekolah di SMPN 3 Puger, Kab. Jember. Bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Guru biasa yang masih dan akan teru...

Selengkapnya
Navigasi Web
Dengan Basmallah Aku Mencintaimu, dengan Hamdalah Aku Menjaganya

Dengan Basmallah Aku Mencintaimu, dengan Hamdalah Aku Menjaganya

Dengan Basmallah Aku Mencintaimu, dengan Hamdalah Aku Menjaganya

(Part 1)

Entah terbuat dari apa hatimu, sampai detik ini aku belum bisa meluluhkan. Sejak pertama jumpa, aku sudah jatuh cinta padamu. Mungkinkah ini cinta pada pandangan pertama? Entahlah yang jelas aku merasa bahagia bersamamu, Satria.

Mendengar suaramu, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Duduk disampingmu, membuatku salah tingkah. Senyummu meluluhlantakkan pertahananku untuk tidak jatuh cinta. Aku hanya bisa mencintaimu dalam sunyi, memelukmu dalam bait-bait doa.

Aku tak mau jatuh cinta, karena untuk menyembuhkan luka itu sangat lama. Aku tak mau luka yang sudah mengering, basah oleh air mata. Benarlah bahwa hanya butuh waktu satu jam untuk meyanyangi seseorang, butuh waktu satu hari untuk mencintai seseorang dan butuh waktu seumur hidup untuk melupakan seseorang.

Aku berjanji untuk melupakan kisah lalu, menutup hati rapat-rapat untuk tidak jatuh cinta. Tuhan telah mengambil cintaku beberapa tahun yang lalu, namun mengapa kini Tuhan memberikan rasa yang sama. Seperti saat aku dan Mas Diaz bertemu.

Satria, mengapa aku melihat bayangan Mas Diaz padamu? Apakah aku belum ikhlas melepasmu menghadap Tuhan, sehingga aku melihatmu pada sosok yang lain. Tidak, ah tidak. Aku tidak sedang jatuh cinta pada Satria, aku masih setia pada cintaku.

"Mikir apa Ra?" Sapaan Satria membuat lamunanku buyar.

"Eh, kamu. Ehm ... gak ada," jawabku singkat dengan sedikit tergagap.

"Aku perhatikan mulai tadi kamu melamun."

Ya Tuhan Satria memperhatikanku. Aku merasa bahagia sekali, seolah sedang terbang ke angkasa bercengkerama dengan bulan dan bintang. Ketua kelas Pasca Sarjana Prodi Matematika ini sangat cool tapi bisa perhatian juga padaku. Memperhatikan seorang Zahra yang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa.

Aku juga jarang aktif di kegiatan kampus, hanya sesekali saja sebagai penggembira saja.

"Nah, melamun lagi. Awas kesambet kamu, Ra!"

Aku terkejut, tetiba Satria sudah duduk di depanku. Wajahnya begitu dekat dengan wajahku. Aku seolah tak bisa mengontrol ritme jantungku. Mungkin wajahku sudah merah merona atau mungkin wajahku terlihat seperti kepiting rebus.

"Ra, ... ada yang ingin aku katakan padamu. Aku ..."

Wajah Satria semakin dekat, aku tak mampu berkata apa-apa, seperti terhipnotis oleh ketampanan dan wibawanya. Wajahnya begitu sempurna, aku seperti melihat bulan purnama di malam gelap gulita. Pantas saja dia menjadi idola. Banyak yang mengejar-ngejarnya, berlomba merebut hatinya. Sedangkan aku hanya bisa mengaguminya dalam diam. Hanya bisa memujanya dalam bilik sunyi, hati.

Tetiba gawai Satria berdering, dia mengambil gawainya dari dalam sakunya.

"Maaf aku pergi dulu, ada rapat dengan teman-teman untuk acara bakti sosial besok. Kamu jangan melamun lagi ya. Jaga salat duha dan salat malammu."

Satria meninggalkanku yang masih termangu, bahkan aku tak mampu sekedar menjawab "iya". Apakah aku benar-benar sudah gila cinta? Atau hanya karena wajah yang sama antara Mas Diaz dan Satria?

Ya Tuhan ...Ya Rabb

Aku dilema

Berikanlah aku sebuah kejelasan hidup

Berilah aku keyakinan dalam memilih

Jika masih ada cinta dihati ini

Yakinkan aku pada satu nama

Atau bebaskan aku dari semua rasa

Yang tak mampu aku lakukan

Ya Rabb.

Aku hanya ingin bahagia

Tanpa ada luka.

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

23 Nov
Balas

Makasih Pak De, salam literasi

23 Nov



search

New Post