Sinergitas Tri Pusat Pendidikan

 untuk Menangkal Pergaulan Bebas

Oleh: Ni’matul Khoiroh, M.Pd.

Pergaulan bebas pada anak remaja makin merajalela yang membuat kita mengelus dada. Ada apa dengan generasi penerus kita? Salah siapakah ini? Mari kita refleksikan bersama-sama apakah kita sebagai orang tua, sebagai guru dan sebagai warga masyarakat sudah memberikan yang terbaik untuk mereka. 

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa transisi ini banyak perubahan yang terjadi pada mereka baik perubahan biologi, kognitif dan sosial emosional. Mereka mulai merasakan Mengalami tanda seksual sekunder hingga kematangan reproduksi, mengalami perubahan fisik dan perilaku sesuai dengan jenis kelamin. Mulai merasakan, mengendalikan, dan juga mengarahkan dorongan seksual. Perubahan nilai yang dianggap penting dan tidak penting. 

Pada umumnya rasa keingintahuannya sangat tinggi, ingin mencoba sesuatu yang baru dan suka membangkang jika tidak sesuai dengan hatinya. Perubahan-perubahan ini jika tidak kita arahkan dengan baik, mereka bisa terjerumus pada pergaulan bebas seperti free seks, miras, memakai obat-obatan terlarang, dan sebagainya.

Menurut Ki hajar Dewantara, untuk mencapai tujuan pendidikan nasional ada suatu konsep pendidikan yang disebut dengan Tri Pusat Pendidikan. Tri Pusat Pendidikan ini terdiri dari tiga unsur pendidikan yang harus sinergis antara lain, pendidikan di lingkungan keluarga, pendidikan di lingkungan sekolah dan pendidikan di lingkungan masyarakat dan pemuda.

Pendidikan di lingkungan keluarga adalah yang pertama dan utama. Pola asuh dalam keluarga sangat menentukan tumbuh kembangnya mereka. Seorang ibu juga menjadi kunci utama dalam pendidikan anak-anaknya dalam keluarga. Bukan mengesampingkan peran ayah, tetapi mulai dari kandungan, melahirkan, menyusui ibu yang lebih dekat dengan anak-anaknya. “Al-Ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq.” Artinya : Ibu adalah madrasah atau pendidik pertama anaknya. Jika engkau mempersiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau mempersiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya. 

Pendidikan di lingkungan sekolah sangat penting karena sekolah merupakan rumah kedua bagi anak. Sekolah menyediakan banyak ilmu pengetahuan, keterampilan, budi pekerti. Pembiasan-pembiasaan baik juga dilakukan dalam mewujudkan profil pelajar pancasila.

Pendidikan di lingkungan masyarakat dan pemuda. Pada lingkungan masyarakat ini pengaruhnya juga sama, dengan siapa anak bergaul, kegiatan apa saja yang dilakukan, seperti apa perilaku temannya dan sebagainya. 

“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari, no. 2101). 

Dari hadits nabi tersebut, sangat jelas digambarkan bahwa memilih teman, memilih lingkungan sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya mental, karakter anak-anak kita. Jika mereka berteman dengan pemuda yang baik, maka anak-anak kita bisa menjadi baik. Jika anak-anak kita berteman dengan lingkungan yang salah, bisa jadi anak-anak kita salah langkah. Kita tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Jadi ketiga lingkungan pendidikan ini harus bersinergi, agar generasi muda kita terbebas dari bahaya pergaulan bebas.

Profil Penulis

Ni’matul Khoiroh, S.Pd,. M.Pd, lahir di Jember 19 Juli 1981. Mengabdikan diri sebagai Kepala SMPN 03 Puger, Kab. Jember. Nomor kontak yang bisa dihubungi : 085236008002, email: [email protected], FB https://www.facebook.com/ninik.elk99. IG: nkhoiroh. Alamat rumah Jl. Garuda 55 RT 02 RW 01 Karangrejo Gumukmas Jember- Jatim.