Nila Karmina

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Abahku, guruku

Hari masih sangat pagi, ketika Abahku (panggilan untuk ayah) memanaskan mesin motornya. Beliau terlihat gagah dengan setelan seragam kerjanya. Safari warna coklat. Suara mesin motornya memecahkan keheningan pagi. Motor kesayangan yang harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum benar-benar digunakan.

“Hari ini Abah mau kunjungan ke KM 10,” begitu katanya, tanpa ku tanya.

Seperti biasa, aku memperhatikan aktifitasnya sambil menunggu giliran kamar mandi yang sedang digunakan saudaraku yang lain.

Aku jongkok di pojok pintu depan berkalungkan handuk dan sikat gigi di tangan.

“Jauh betul, Bah,” sahutku.

Kayak apa....mau kada mau,” sahutnya lagi dengan logat daerah yang kental. Seraya tangannya meraih segelas besar teh panas yang telah disediakan dari tadi. Beliau menyeruputnya dengan nikmat.

Itu adalah sekelumit kenangan masa kecilku yang terpatri di ingatanku. Kegiatan rutin setiap pagi saat Abahku akan berangkat kerja.

Ya, Abahku bertugas sebagai pengawas TK/SD hingga masa pensiunnya tiba. Selama menjabat sebagai pengawas, tentu saja beliau tidak hanya duduk di kantor. Beliau harus berkunjung ke sekolah-sekolah TK dan SD yang menjadi binaannya sesuai dengan wilayah masing-masing.

Sebelum menjadi pengawas, Abahku memulai kariernya sebagai guru di salah satu sekolah dasar negeri di Balikpapan. Dan aku adalah salah seorang muridnya.

Seingatku, saat itu beliau adalah seorang guru yang disiplin dan tegas. Pagi-pagi sekali sudah ada di sekolah. Pada masa itu, beliau kerap ditugaskan ke luar kota untuk meningkatkan kompetensi selaku pendidik. Seiring dengan berjalannya waktu. Beliau dipromosikan menjadi kepala sekolah. Banyak artikel pendidikan yang di tulisnya. Banyak buku kerja siswa yang dibuatnya. Beliau juga sebagai pencetus CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) pada masanya. Sampai suatu ketika beliau dipercaya untuk menjadi pengawas TK/SD. Amanah sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil terus berlanjut. Sebagai pengawas, beliau rajin bertandang ke sekolah-sekolah untuk memberikan pembinaan. Walaupun terkadang medan jalan yang ditempuh sangat sullit untuk dilalui dengan kendaraan tuanya. Semua dilaluinya dengan sabar.

Bapak Nurhansjah, begitu biasanya beliau dipanggil. Beliau adalah sosok panutan generasi berikutnya. Sebagai seorang pengajar, pendidik, pembimbing dan pembina, beliau tanpa pamrih. Pekerjaan yang sudah menjadi tugasnya dijalankan dengan ikhlas. Tanpa mengharap balas jasa.

Sosok yang berkulit putih. Berperawakan tinggi dengan rambut klimis disisir ke belakang. Sedikit berbicara. Hanya tatapan mata yang terbingkai kaca mata yang berbicara. Tatapan yang penuh arti dari berbagai pikiran yang berkecamuk di benaknya. Lebih banyak menganalisa sebelum terlontar kata-kata dari bibirnya. Berkepribadian serius tapi santai. Lucu dan terkadang menjengkelkan.

Namanya sering menjadi buah bibir di antara guru-guru binaannya. Sehingga aku yang pada saat itu termasuk guru binaan di wilayah beliau tanpa disadari merasa rendah diri karena selalu dibanding-bandingkan dengan Abah sekaligus pengawasku.

“Bu Nila, putrinya Pak Nur kah...? begitu selalu tanya mereka.

“Waaahhhh....beda yaaaa...,” lanjut mereka lagi.

Aku hanya diam seraya tersenyum masam. Sambil mendengarkan candaan-candaan mereka yang merincikan perbedaan-perbedaan antara Abah dan aku. Terkadang mereka juga menanyakan hal-hal yang sifatnya lebih pribadi kepadaku. Tentang kesukaannya, kebiasaan-kebiasaannya, apa yang beliau lakukan bila di rumah dan hal-hal sepele lainnya yang terkadang membuatku bosan untuk menjawabnya. Hal itu juga yang menjadi kenangan yang terpatri kuat di ingatanku. Betapa populernya Abahku saat itu. Betapa terkenalnya beliau di antara sesama teman di kantornya. Sarat dengan kenangan-kenangan baik yang beliau ukir tanpa sengaja.

Abahku, guruku......

Abahku juga adalah seorang ayah. Ayah dari sepuluh putra dan putri. Perjuangan sebagai seorang ayah pun tak tercela. Dengan gaji guru yang tidak sepadan dengan kebutuhan keluarga.

Aku memang masih kecil saat itu. Tapi aku cukup mengerti dengan keadaan keluargaku. Setelah pulang dari pekerjaan rutin, beliau membuka kios bukunya. Ya, keluarga kami dulu mempunyai sebuah kios buku. Kios yang menyediakan berbagai macam jenis bacaan. Saat itu, kalau membaca di tempat gratis tidak bayar. Tetapi kalau meminjam dan di bawa pulang ada jasa berupa uang meminjam buku. Banyak yang beliau lakukan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

Yang paling berkesan adalah saat hari raya tiba. Tentu saja kebutuhan keluarga akan semakin membengkak. Beliau mencari tambahan penghasilan dengan mengecat gedung. Untuk menjaga citranya sebagai pendidik, beliau minta izin kepada pemiliknya untuk mengecat hanya bagian dalam gedung saja.

Untuk keperluan pakaian putra putrinya, beliau membeli kain sekaligus satu gulung dan dijahit sendiri. Jadilah setiap hari raya grup paduan suara keluarga Nurhansjah. Dengan baju yang motif dan modelnya seragam. Hanya ukurannya saja yang berbeda.

Di keluargaku pun ada kebiasaan unik yang aku yakin tidak ada di keluarga lain. Di keluargaku setiap waktu makan, kami selalu berkumpul bersama. Piring-piring berisi lauk telah tersaji. Berjajar, disusun dengan rapi seperti susunan piring di warung padang. Ada peraturan yang berlaku. Nasi dan sayur boleh tambah berkali-kali. Tetapi lauk hanya yang ada di piring saja. Suara dentingan piring saling beradu meningkahi kegiatan makan bersama di keluargaku. Hal yang sangat langka dilakukan pada masa ku sekarang.

Abahku, guruku.....

Guru pembimbingku....

Pahlawan kehidupanku

Semoga amal ibadahmu di dunia

Menjadi amal jariah perjalananmu menuju pencipta

Slamat jalan Abahku sayang

Engkau guru yang slalu ku kenang

Slama hayat masih di badan

Engkau tetap menjadi pahlawan

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Inspirasi

06 Feb
Balas



search

New Post