WORKSHOP HARI KEDUA
WORKSHOP HARI KEDUA
Oleh Nila Karmina
Staf Pengajar SDN 001 Balikpapan Kota
Judul : Saya guru s aya bisa menulis
Nama Penulis : Idris Apandi,M.Pd
Tebal Buku : 144 halaman
Cetakan ke : Juli 2015
ISBN : 978-602-17070-5-0
Hari kedua. Saya datang lebih pagi dari biasanya. Yang paling pertama. Saya duduk menunggu sambil ngecek tugas pertama saya yang belum selesai. Teman-teman mulai berdatangan satu persatu. Saya berbasa basi dengan menegur dan memberi salam.
Tak lama berselang acara dimulai. Narasumber mulai dengan serangannya. Mereka memberi tugas membaca selama 15 menit dari buku yang kami bawa. Setelah itu kami harus meresensi buku yang barusan kami baca. Teman-teman terlihat tekun membaca buku masing-masing. Malah ada yang mulai meresensi hasil bacaannya.
Saya mulai membuka halaman word untuk mulai menulis. Belum lagi menyelesaikan dua kata laptopnya error. “Waaahhh memang sesuatu kayaknya”. gumam saya dalam hati. Saya berinisiatif untuk ngambil laptop di sekolah. Setelah mendapat izin keluar saya bergegas ke lift menuju lantai satu. Sampai di luar saya mencari ojek dengan bertanya pada penjual nasi kuning depan hotel. Karena saat ini saya fikir dari pada naik kendaraan sendiri akan lebih cepat kalau saya naik ojek. Ojek adalah kendaraan bermotor roda dua di Balikpapan yang biasanya mangkal di beberapa tempat menunggu penumpang yang terdesak seperti saya.
Sampai di sekolah ojeknya langsung parkir di depan kelas saya. Walaupun sebelumnya ia berkata “bolehkah bu….”, katanya ragu-ragu. “Boleh pak, saya sudah kasih kode pak satpamnya”, sahut saya. Murid-murid yang melihat saya datang berteriak-teriak menyerukan nama saya. “He….he….he….serasa selebritis “, gumam saya. Maklum kelas satu. Mereka berebutan mau bersalaman dengan saya. “Tenang-tenang”, kata saya sambil bergurau. “Ibu sebentar aja kok cuma mau ambil laptop”, lanjut saya sambil terus berjalan menuju lemari kelas. Yak, selesai. “Ayo pak kita kembali ke tempat tadi”, kata saya. Dengan diiringi teriakan murid yang berseru “hati-hati yak bu nilaaaa”. Dadaaaahhh bu…. “Wah ternyata ibu terkenal juga yaaa…”, kata ojek saya. Saya tersenyum dalam hati. “Ya iyalah……”, kata saya sombong.
Sekembalinya ke tempat pelatihan saya bergegas membuka laptop dan mulai menulis resensi dari buku yang saya baca tadi. Sepertinya saya sudah ketinggalan jauh dari teman-teman yang sudah menulis berkata-kata. Tapi saya berusaha tenang. “SEMANGAT ! kata saya dalam hati. Saya harus memenuhi target yang diminta oleh narasumber untuk menulis maksimal 700 kata dan minimal 700 kata. Kelihatan kan maksanya.
Buku yang saya baca judulnya “Saya guru saya bisa menulis”. Seperti arahan dari narasumber bahwa saya harus melihat daftar isi dan memilih sub-sub judul mana yang kira-kira menarik minat saya untuk membacanya.
Saya memilih membuka pada BAB II halaman 27 dengan sub judul “Menulis itu sulit ?”. Menurut saya, menulis itu memang sulit. Apalagi pada saat baru mau mulai menulis. Tetapi dari buku yang saya baca menulis itu perlu kebiasaan agar selalu terlatih dan akhirnya menjadi biasa. Saya butuh latihan yang terus menerus, konsisten dan kontinyu agar saya bisa terbiasa dan akhirnya saya bisa.
Dari sub judul selanjutnya yaitu di halaman 28 yaitu “Modal Seorang Penulis”. Modal menulisnya mudah hanya butuh kemauan, meluangkan waktu, banyak membaca, dan mau berlatih. Yang paling penting menurut saya tidak mudah putus asa. Pantang menyerah. Maju terus. Walaupun tulisannya akan berakibat penyiksaan bagi pembaca. He….he….he…itu kata narasumber lho yaaa…. Yang penting sekarang saya mengejar target 700 kata. “Tapi kok terasa lambat ya… angka-angka itu bertambah”, gumam saya sambil mata saya sesekali tertuju ke layar laptop di sudut kiri bawah di mana angka pertambahan kata tertera. Tetapi menurut saya modal seorang penulis yang sebenarnya itu bukan pada saat menulis tetapi pada saat tulisan itu selesai yaitu pada saat akan mempblikasikan buku saya. Perlu dana tentunya.
Sub judul selanjutnya adalah “apakah menulis hanya jadi pekerjaan akademisi atau peneliti?” halaman 31. Dari workshop yang saya terima baru dua hari. Ternyata saya tahu bahwa siapa saja bisa menulis tidak terkecuali. Asal ada kemauan dan pantang menyerah. Tentu saja yang relevan dengan pekerjaan, minat dan pengalaman masing-masing. Karena akan lebih mudah menulis apa yang kita tahu dari pada kita harus mencari tahu.
Selanjutnya saya membaca di halaman 32 dengan sub judul “Menulis disertai “emosi” dan “rasa” bahasa”. Jadi buku itu mengatakan bahwa menulis itu ibarat sebuah irama lagu kadang naik, kadang turun dan kadang datar. Penulis harus melibatkan emosinya. Sehingga rasa dalam berbahasa dapat tertuang dalam tulisan dan aspek obyektivitas, proporsionalitas, dan independensi terpenuhi yang merupakan hal-hal yang harus dijunjung tinggi oleh seorang penulis.
Tak terasa resensi saya sudah selesai. Membaca saya yang 15 menit tadi hanya sempat tiga halaman yang terbaca. Tugas resensi saya terbatas sampai di situ. Saya akan mulai menguploadnya ke media gurusiana seperti saran dari narasumber. Mudahan tulisan saya hasil workshop 2 hari mendapat komentar dari teman-teman. Walaupun komentar itu menyakitkan. Karena kata narasumber berarti tulisan saya ada yang baca. Wah leganyaaa….
Penulis adalah peserta workshop penulisan buku guru Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Balikpapan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar