nila maulana

Nila Maulana lahir di Malang pada 21 November 1988. Pernah Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Malang. Saat ini mengajar di salah sa...

Selengkapnya
Navigasi Web

PESAN WAK ABU TENTANG GEGAR MAYANG

Suara kereta yang baru saja melintas menjadikan penduduk Desa Embung langsung megerti bahwa pukul berapa saat itu. Suara kereta api sudah seperti jam paten bagi penduduk Desa Embung. Semua tangga teparo satu persatu mulai berdatangan meyatu di rumah mendiang Wak Abu untuk biodo. Begitu pun dengan Karto, siap sebagai sinoman. Hari ini putra bungsu mendiang Wak Abu punya hajat untuk membangun rumah. Kepulan asap nasi masih menguar di atas periuk. Dua orang wanita paruh baya mengangkat periuk itu. Golong itu akan dibuat sebanyak 13 buah. Tiga belas buah golong dibuat sesuai dengan jumlah tanggal hari ini. Tanggal yang dipilih oleh pasangan putra mendiang Wak Abu sebagai tanggal peletakan batu pertama. Sebagian biodo mulai megambil nasi yang baru saja diambil dari periuk itu. Sebagian biodo mengepal-ngepal nasi dengan kedua telapak tangannya membentuk bulatan sebesar kepalan telapak tangan orang dewasa.

***

Kereta api dengan gerbong-gerbong berjejal penumpang itu melaju cepat. Lantang bel disuarakan lebih keras ketika melintas perkampungan Desa Embung. Di sebuah rel dengan jalan menikung seorang bocah sedang bingung. Sementara kereta semakin mendekat ke arahnya. Antara melintas atau tidak. Antara melangkah maju atau mundur. Rupanya perkiraannya meleset. Dan thas! seketika kepala kereta menghantam keras tubuhnya. Mendadak duka menyekap perkampungan Desa Embung. Darah menguarkan kilas murung dan pedih. Di jalan kampung berjarak lima kaki dari rel kereta api, bocah itu terlempar dengan kepala berlumur darah. Dalam lirih ia sedang mengerang menahan sakit. Darah semakin mengalir deras dari telinga, hidung, dan kepalanya. Mungkin urat nadinya sudah pecah, bibirnya membiru. Tubuhnya tengkurap dan bahu kanannya remuk. Semua warga mengelu-elukan petaka ini. Seorang warga tergopoh-gopoh dan gemetaran menyampaikan berita duka itu kepada Karto.

Sudah berbulan-bulan ia terbaring lama dalam tidurnya. Sudah sekian kalinya Karto berbolak-balik menungguinya. Bapak berharap mukjizat akan datang kepadanya. Setiap sekian jam dokter memeriksanya. Orang-orang dengan pakaian putih-putih setiap tiga kali dalam sehari menghunuskan benda runcing itu ke dalam selang-selang yang mengakar di tubuhnya. Lalu cairan itu mengalir ke dagingnya. Sang dokter berpesan kepada bapak agar ia benar-benar bebas dari kunjungan siapapun. Karto memandanginya dengan pandangan yang malang. Mata bocah itu mengatup erat. Bibirnya rapat tak bergeming. Tubuhnya tak bergerak, mematung. Lalu tiba-tiba udara terasa begitu sesak ketika suara gemuruh tangis meledak-ledak.

Semua sudah berdiri di sekeliling makam. Sebagian orang menyibakkan diri ketika barisan pengantar jenazah terlihat berarak dan berhenti di pinggir makam. Mereka mengelurakan jenazah dari keranda lalu membumikannya. Malam hari seusai acara tahlilan ke tujuh hari masih banyak pelayat yang berdatangan. Karto termangu di depan jendela tralis. Seseorang menghampiri dari belakang.

“Bertabahlah Nak. Ini sudah kehendak alam. Semoga kau dan istrimu diberi kekuatan dan arwah sulungmu diterima di sisiNya. Juga semoga arwah sulungmu tidak mengganggu putramu yang lain. Lagipula mengapa proses pemakaman sulungmu tadi tak diiringi gegar mayang?” Ucap Wak Abu kala itu. Laki-laki yang masih menjunjung tinggi adat sebagai bagian dari di mana bumi dinjak, langit harus dijunjung. Karto tak menimpali ucapan Wak Abu, hanya diam dan sedikit tersenyum.

***

Sore itu Desa Embung turun hujan. Menurut kepercayaan masyarakat Desa Embung bila hujan turun pada Jumat Legi maka akan turun hujan berturut selama satu bulan. Saat itu adalah bulan ke delapan ketika pranata mangsa menginjak rasa mulya kasucian. Namun sekarang musim seringkali berjalan tak sesuai dengan ketentuan dan pranatanya. Siang itu matahari tak menyembulkan cahayanya dengan sempurna karena awan telah menyerah oleh batas tampungnya sehingga berakhir dengan rintikan. Dari dapur asap megepul dari tempat tanak nasi. Lasmini, istri Karto mengaduk nasi supaya kematangannya merata. Dari dapur, ia medengar suara ribut. Semakin lama semakin mendekat. Segerombolan warga sudah terilihat memenuhi halaman rumah. Seorang warga tengah membopong sang bungsu. Lasmini tercekat lalu bersimpuh memandang bungsunya yang sudah terbujur kaku di hadapannya. Hanya ada sebuah luka memar di dahi kirinya. Tak ada darah yang mengucur dari tubuhnya. Tak kejang. Pun tak terlihat urat-urat yang putus. Semua tubuhnya utuh. Bibirnya meyungginggkan senyum simpul. Asstagfirullahaladzim. Lasmini menitikkan air mata, Karto memegang bahunya dari belakang. Seorang tetangga mengabarkan bahwa bungsunya itu jatuh tertimpa pohon ketika bermain sepak bola di tengah guyuran hujan.

“Bertabahlah Nak. Ini sudah kehendak alam. Semoga kau dan istrimu diberi kekuatan dan arwah bungsumu diterima di sisiNya. Jangan lupa sertakan gegar mayang di prosesi pemakamannya”

Entahlah Karto kala itu tak begitu menghiraukan pesan Wak Abu. Padahal setiap ucapan Wak Abu sebagian besar masyarakat menganggapnya sebagai sasmitha yang siap menjelma menjadi nyata. Penduduk Embung mempercayai Wak Abu sebagai tetua desanya. Sebagai orang terbijak tempat warga sekitar berkeluh, meminta saran, mencari hari pasaran, utamanya menyapih bayinya. Cukup dengan menyulut dua helir dupa setelah mengetahui weton si bayi. Lalu meggosok-gosokkan dua kuntum bunga kenanga yang dipetik di halamnnya dengan kedua telapak tangannya. Mulutnya berkomat-kamit barangkali membacakan sebuah mantra. Kedua telunjuk tangannya disumpalkan pada kedua telinganya. Lalu Wak Abu memejamkan kedua matanya. Selanjutnya kepalanya mengangguk-angguk lalu di bibirnya terucap kata “Nggih! Nggih! Nggih! Nggih!” Maka dapat dipastikan sepulangnya bayi akan memisahkan diri dengan teteknya.

***

Dulu Lasmini begitu anggun di mata Karto. Setiap titik wajah Lasmini memancarkan keanggunan yang jelita luar biasa. Setiap hembusannya adalah energi yang mengalirkan keanggunannnya. Namun tiba-tiba kuduk Karto meremang ketika Lasmini berubah menjadi tak jelita lagi. Kakinya panjang sebelah. Matanya juling. Bibirnya sumbing. Tangannya buntung sebelah. Sebelumnya Karto hanya berkeyakinan kematian yang memutuskan pertalian mereka. Akan tetapi segala prinsip itu berpindah setelah megetahui Lasmini telah berpasangan dengan laki-laki lain. Dulu dari sekian laki-laki katanya hanya Karto yang dia cintai. Nayatanya Lasmini ingkar. Lasmini lebih memilih laki-laki yang suka mengagungkannya dengan membanding-bandingkannya dengan wanita lain. Tentu Lasmini itu menjadi yang terbaik diantara perempuan-perempuan lain dalam cerita-ceritanya yang cenderung dijelek-jelekkan. Laki-laki yang selalu mebisikkan kata-kata indah tanpa pernah melihat yang benar dan yang tak. Hingga akhirnya dia rutin mendatangi Lasmini dan menyediakan kenikmatan lebih bagi Lasmini. Baiklah akhirnya Karto mengerti kemauannya. Karto memisahkan diri dari Lasmini dan memilih hidup putri satu-satunya.

“Di mana pun itu. Tetap ingat Karto, bahwa di mana bumi berpijak disitulah langit harus dijunjung!”

Tentang kematian kedua putranya juga tentang penghianatan Lasmini. Lalu dengan nasihat mendiang Wak Abu yang kesekian agaknya Karto mulai menemukan maksudnya.

“Tentang keberadaan sepasang dewandaru dan kalpandaru itu? Barangkali keberadaan keduanya dapat mengantarkan Bapak kepada kehidupan orang dewasa di dalam masyarakat. Barangkali bila ada keduanya saat itu, saat ini Bapak sudah bisa memetik bakti dan darmanya. Barangkali pula sekarang Bapak sudah menjadi suami dan kepala rumah tangga yang baik” Ucap Karto meratapi nasibnya.

“Tidak Pak, itu adalah takdir yang sudah digariskan Gusti Allah kepada kita.” Ucap putri Karto.

“Tapi Nduk, Semua orang selalu percaya dengan ucapan Wak Abu. Ia itu orang hebat di desa ini! Seperti kejadiaan waktu itu. Kala itu rupanya hujan tak akan turun di hari Kamis Kliwon karena banyak garengpung yang mulai bermunculan dari dalam permukaan tanah, menandakan bahwa serangga ini telah mencapai tahap dewasa dan siap untuk melakukan musim kawin. Suaranya yang merengeng membunyikan kuaran yang memanjang dan megekor juga menandakan bahwa musim hujan akan segera berakhir. Sekar, putri Wito dengan istri keduanya mengikuti tradisi orang kebanyakan Desa Embung. Semua warga Desa Embung berangkat ke pesarehan untuk nyadran. Waktu itu kenduri akan segera digelar. Semua telah menempati tikar-tikar yang sudah digelar di sepanjang jalan pesarehan. Pemuka agama memimpin pembacaan zikir dan tahlil. Selanjutnya semua warga melakukan besik. Kertika Sekar berjalan menuju makam ibunya ia bersinggah di depan nisan yang bertuliskan epitaf Wak Abu. Ia berdiam sejenak di depannya. Sekarang sudah tak ada lagi orang yang bisa menyapih bayi semanjur Wak Abu keluhnya dalam hati. Rumput-rumput lebat sudah berkerumun di atas makam ibunya. Sesudah mencabutinya ditaburkannya bunga telasih di atasnya. Dan ia tiba di rumah dalam jeda antara matahari dan bulan. Kau tahu Nduk apa yang terjadi selanjutnya?” Ucap Karto kepada putrinya.

Putrinya hanya menggelengkan kepala sambil antusias menunggu kelanjutan cerita sang bapak.

“Malam hari ketika Sekar sudah siap meneteki bayinya, si bayi memalingkan wajahnya. Dia memalingkan diri darinya sambil memeluk guling membelakangi Sekar. Lalu ia tertidur dengan sendirinya. Malam itu adalah malam pertama kali bayi Sekar tidur tanpa menetek asi. Disusul dengan malam dan hari-hari berikutnya bayinya sudah memisahkan diri dengan asinya. Lalu Sekar teringat dengan keluhnya di depan makam Wak Abu. Ini pertanda bahwa sesudah terkubur pun aji penyapihan Wak Abu itu masih manjur” Ucap Karto menjelaskan kehebatan Wak Abu kepada putrinya.

“Lalu mangapa mengapa pula dulu tak kuiiringkan gegar mayang di proses pemakaman kakakmu? Seandainya dulu hal itu kujalankan di prosesi pemakaman kakakmu barangkali adikmu masih di sini bersama kita Nduk” Lanjut Karto.

Putri Karto tetap diam karena tak ingin berdebat dengan bapaknya. Dia tak percaya dengan hal yang demikian. Bukankankah yang demikian sudah menjadi kehendak Gusti Allah? Pikir putrinya. Ada atau tidak sepasang dewandaru dan kalpandaru putri Karto sudah menerima takdirnya, hidup berdua dengan Karto, bapaknya.

***

Kereta api melintas untuk yang ketiga kalinya setelah subuh tadi. Semua warga laki-laki sudah berkumpul sebagai sinoman. Karto mengambil cangkul, mengambail bagian sebagai penggali lubang tanah bakal pondasi. Para biodo menyerukan untuk segera menyelesaikan masakan termasuk golong. Semua lauk sudah tertata pada takar daun pisang. Hampir semua asahan selesai. Lalu satu biodo menghampiri kami yang sedang membuat golong. Semua biodo terheyak ketika mendapatiku melemparkan sebuah golong ke lantai. Golong di tangannya itu tiba-tiba saja berubah menjelma menjadi kepala mungil menyerupai kepala bungsu Karto. Kepala yang retak dan runyam berlumur darah.

Malang, 7 April 2018

Catatan:

Golong : nasi berbentuk bola sekepalan tangan orang dewasa

Tangga teparo : tetangga sekitar rumah

Biodo : kegiatan untuk membantu tetangga ketika salah seorang tetangga

mempunyai hajat (biodo adalah sebutan untuk orang perempuan)

Sinoman : kegiatan untuk membantu tetangga ketika salah seorang tetangga

mempunyai hajat (sinoman adalah sebutan untuk orang laki-laki)

Dewandaru dan kalpandaru : nama sepasang kembar mayang. Dewandaru berarti wahyu

pengayoman. Kalpandaru berarti wahyu kelanggengan.

Gegar mayang : kembar mayang

Rasa mulya kasucian : salah satu nama candrane mangsa

Nyadran : upacara adat yang berupa pembersihan makam leluhur, tabur

bunga, kenduri selamatan di makam leluhur

Besik : bagian dari upacara adat nyadran yang berupa pembersihan

makam leluhur dari kotoran dan reumputan

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post