Nina Nursuhaniah

Mother, teacher, books lover, moviegoer, and traveller wanna be.... ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Decision Maker

Hari ini putraku baru pulang dari sekolah setelah menginap satu malam dalam kegiatan Mabit (Malam Bina Iman dan Taqwa). Kegiatan yang rutin dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan rasa keimanan dan ketaqwaan para peserta didik melalui berbagai aktivitas. Ada salat berjamaah, mengaji bersama, mendengarkan ceramah dari ustad/ustadzah, salat tahajud, olahraga bersama, dll. Dalam rundown acara yang dibagikan oleh wali kelas, kegiatan Mabit dilaksanakan dari tanggal 7-8 Oktober 2022 di sekolah.

Putraku dijemput oleh ayahnya yang sudah stand by di parkiran sekolah sejak pukul 07.00 WIB walaupun jadwal kepulangannya pada pukul 08.00 WIB. Sepertinya wali kelas mengumumkan terlalu awal. Tetapi tak masalah, daripada menjemput terlambat. Sooner is better. Mereka tiba di rumah pada pukul 08.30 WIB karena beli jajanan dulu ke minimarket. Sesampainya di rumah ayahnya bilang, “Bu, kaka keseleo.”

Ayahnya langsung bersiap untuk memijat kaki putraku yang sudah terlihat bengkak. Aku sedikit aneh, kok wali kelasnya sama sekali tidak menghubungiku. Aku pun bertanya kepada putraku mengapa keseleo sekaligus mengeirim pesan kepada wali kelasnya untuk menanyakan kejadian tersebut.

Dari hasil bertanya kepada putraku dan berkirim pesan dengan wali kelasnya, diperoleh keterangan jika putraku keseleo ketika sedang berada di masjid karena bergerak terus. Dia memang sangat kinestetis, sulit untuk diam di satu titik apalagi jika tak ada yang dikerjakan. Putraku sempat bilang juga ke wali kelasnya tetapi tak diberikan pertolongan apapun sebagai pereda nyeri atau sekedar dioles oleh minyak katu putih. Atau husnudzon-nya, jangan-jangan putraku memang tidak mau diobati.

Sebagai orang tua, aku memang tak menyalahkan wali kelas atau sekolah. Tulisan inipun hanya bentuk dari curahan hati dan kekhawatiran seorang ibu pada anaknya. Tapi jika boleh berpesan pada siapapun yang menjadi guru atau wali kelas, jika peserta didik mengalami sakit saat kegiatan sekolah, seperti keseleo, terpeleset, luka berdarah, atau apapun itu yang tidak bisa diobati atau tidak bisa diatasi oleh pihak sekolah dalam waktu singkat, maka sebaiknya menghubungi orang tuanya untuk dijemput atau mengantarkannya untuk segera pulang. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban sekolah untuk memastikan anak didiknya ada dalam keadaan baik-baik saja.

Sebagai seorang wali kelas atau bagian dari managerial sekolah, kadang-kadang perlu membuat keputusan yang tepat dan cepat sebagai langkah penyelesaian. Contohnya, untuk kasus keseloe yang dialami oleh putraku. Jangan ditunggu nanti (apalagi kalau tidak ada yang bisa dilakukan oleh sekolah). Karena jika pengobatan terlambat diberikan maka akibatnya akan semakin parah dan sangat bengkak. Ketika dipijat akan teriak-teriak saking sakitnya, seperti yang dialami oleh putraku. Tetapi jika pengobatan dilakukan cepat, beberapa menit setelah kejadian, maka kaki belum terlalu bengkak dan dipijitpun tidak akan terlalu sakit.

Dalam kejadian ini, putra saya memang teledor dan tidak bisa diam. Tetapi kejadian ini ada di sekolah dan terjadi ketika kegiatan sekolah. Jadi sudah seharusnya pihak sekolah melakukan langkah preventif agar tidak makin parah dengan menelp orangtua atau mengantarkannya pulang. Kejadian seperti ini bagi saya seperti de javu karena pernah terjadi ketika latihan karate.

Putraku terjatuh dan hanya ditanya tanpa diobati (pelatihnya memang bertanya, dia menjawabnya tidak apa-apa) karena belum terasa. Ya, namanya juga masih belum cukup umur. Bisa jadi dia memang belum merasa sakit waktu itu atau bisa jadi dia takut bilang kalaupun sakit. Para pelatih hanya meminta putraku tidak ikut latihan dan menunggu di pinggir lapang selama kurang lebih 1.5 jam hingga latihan usai. Ending-nya, akibat jatuh tersebut, bibirnya dijahit hingga 6 jahitan dan masuk IGD. Uang memang bisa dicari tetapi efek jangka panjang dari kejadian tersebut masih terasa hingga hari ini. Putraku seperti trauma untuk mengikuti karate lagi hingga memutuskan untuk keluar. Aku pun tak bisa membujuknya karena aku tak merasakan ketika para pelatihnya seolah-olah menelantarkannya.

Andai saja pelatih pada waktu itu memutuskan untuk langsung menghubungi orang tua, tentu tak akan 6 jahitan. Andai saja pihak sekolah segera menghubungi saya ketika anak saya keseleo, tentu saja bengkaknya tak akan separah sekarang. Tetapi apa mau dikata semuanya sudah terjadi. Let be gone, be by gone. Yang terjadi biarlah terjadi. Saya pun percaya jika kejadian ini merupakan bagian takdir untuk putraku yang sudah tertulis di lauhul mahfudz. Semoga sakitnya menjadi penggugur dosa-dosanya sehingga menjadi pribadi yang lebih taat dan makin soleh. Aamiin.

Saya sebagai orang tua hanya berpesan kepada para pendidik di sekolah, para pembina dan para pelatih kegiatan agar jangan pernah menyepelekan atau menganggap kecil sesuatu yang terjadi kepada putra putri yang kita didik dan dan kita latih. Sekecil apapun kejadiannya, alangkah lebih baiknya jika diberitahukan kepada orang tua/wali murid dengan segera untuk mengantisipasi efek domino di kemudian hari.

Semoga kejadian ini menjadi pembelajaran, khususnya bagi saya sebagi orang tua dan umumnya bagi seluruh pendidik di sekolah dan para pelatih kegiatan sehingga kejadian serupa tak dialami oleh siapapun.

Wallahu a’lam bishowab.

***RN***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasannya keren

08 Oct
Balas



search

New Post