Hari ini, Rabu 20 September 2023, aku tidak mengajar ke kelas seperti biasa dikarenakan ada kegiatan sekolah yang lain yaitu Workshop Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Dalam surat edaran yang dibagikan oleh bagian Kehumasan, Dress Code untuk kegiatan yaitu maroon. Aku merasa tenang karena sudah dapat membayangkan baju mana yang aku kenakan. Aku membayangkan sebuah gamis yang aku beli sebulan lalu.

“Ah, itu saja” gumamku.

Sebetulnya baju tersebut belum ada kerudungnya karena warnanya bukan benar-benar maroon. Warnanya agak sedikit oren. Jadi aku pun sedikit bingung. Kucoba beberapa kerudung dipasangkan dengan baju gamis tersebut sebelum aku pakai. Tapi belum ada yang benar-benar cocok. Aku pun hampir menggantinya dengan baju yang lain. Kubuka lemari bajuku, kuperiksa bagian kerudung dari tumpukan atas hingga bawah. Pupil mataku bekerja keras mencari warna yang warnanya berangkali cocok dengan baju gamisku.

Akhirnya mataku berhenti di bagian tumpukan kerudung paling bawah. Terlihat ada kerudung yang warnanya cocok. Segera kuambil dan kupusangkan. MasyaAllah, warnanya ternyata sangat pas seperti pasangannya. Ingatku jadi mengembara kepada si pemberi kerudung. Namanya Desi, mahasiswi PLP Bahasa Inggris dari Universitas Suryakancana, yang melakukan praktik mengajar tiga tahun lalu. Kerudung itu kado yang diberikan kepadaku ketika perpisahan.

Aku tak menyangka jika kerudung yang sudah mengisi lemari pakaianku tiga tahun itu akhirnya menemukan pasangannya. Kok, seperti jodoh ya, hehe. Sepasang, cocok, tepat, akhirnya berpasangan walaupun harus menunggu selama tiga tahun.

***RN***