DIMANA IBU GURU FAVORITKU 

Karya  :Hj. Ninik Kusmiarti, S. Pd.I

                    Kala itu aku janji dengan teman teman sekelas bertemu jam enam belas di salah satu gang Kampung Baru. 

Namanya juga anak sekolah dasar yang duduk di bangku kelas enam kalau bertemu heboh berisik pakai banget lagi. 

Tampak yang hadir ada Mong Mong ,   Nyang Nyang,   Ai Lan, Meme,  Eli,  Yen Fang , Bun Pau, Apen,  Bun Wi, Agen dan Aho serta  yang lainnya. 

Kemudian saling mengumpulkan kue yang sudah di bawa masing masing, ada pula yang membawa gula,kopi tepung terigu dan sebagainya. Semua itu adalah hasil patungan yg di sisihkan dari uang jajan. 

Setelah itu dengan bungkus yang rapih dalam tas yang bagus, kami bergegas memasuki pekarangan bunga yang tampak segar sangat terawat. 

                              Dengan antusias dan penuh semangat kami mengetuk pintu, seraya memanggil bu Yani nama ibu guru kami. 

Namun sampai berulang ulang panggilan dan ketuk pintu tidak ada jawaban, semua tampak sunyi , kami saling diam dan saling berpandangan,  sampai beberapa waktu kami mengulang mengetuk pintu dan memanggil manggil ibu Yani. 

Tapi tetap saja tidak ada suara,  kembali kami gelisah,  dengan beberapa jam menunggu tanpa ada kepastian kami pun sepakat untuk pulang,  karena hari sudah  mulai gelap, yang sebelumnya kami makan bersama sama kue yang kami bawa tadi. 

Kami bercakap cakap seputar apa yang kita alami,  kemana ibu guru kami?  mengapa tidak masuk mengajar selama satu minggu?  ada apa? mengapa? Kalau pindah mengajar kenapa kami murid muridnya tidak diberitahu? 

Pertanyaan demi pertanyaan yang tiada jawaban. 

Kami bergegas pulang menuju rumah masing masing dalam langkah yang limbung gontai tiada gairah, terpatri rasa rindu  menggelayut dalam hati. 

                       Sesampainya di rumah aku menuju kamar masih memikirkan bu Yani, di dada terasa sakit seperti tertusuk duri, nafas agak sesak inikah super kangen yang meletup meledak dan ambyar dalam derasnya air mata yang tumpah membasahi pipi membanjiri wajah. . 

Dalam isak tangis sedu sedan yang mengiringi masih hangat dalam ingatan sesosok ibu guru nan cantik putih berambut pendek sangat manis bila tersenyum. Penampilan beliau selalu rapih, bersih, menarik, anggun dan bersahaja yang di balut dengan kesabaran tingkat tinggi saat mendidik, bu Yani keren sempurna dan the best  deh pokoknya. 

Setiap ada lomba mewakili sekolah secara kebetulan aku yang terpilih setelah diseleksi. 

Sore itu aku di panggil ke rumah bu Yani  latihan membaca puisi untuk lomba dalam rangka memperingati Hari Pendidikan. 

Dengan bimbingan Bu Yani aku sering menang dan berhasil menjuarai lomba baik tingkat Kecamatan maupun tingkat Kabupaten. 

                       Semua dewan guru dan kepala sekolah bangga, aku mampu membawa nama baik sekolah , semua ini berkat bu Yani, dengan talenta beliau yang mengukir minat bakat dengan telaten serta kontinyu, sehingga sekarang ini aku jadi mampu membaca puisi bahkan mampu membuat puisi,  

Tapi kemana beliau??  yang membuatku sedih sampai saat ini belum bisa bertemu ibu guru favoritku itu. 

Dimana pun berada saat ini semoga bu Yani sehat selalu dalam lindungan Allah aamiin. 

Salam hormat. 

Salam santun  

Salam Literasi 

Dari murid yang selalu merindukanmu dalam setiap denyut nadinya.

Rose Diamond 

Pondok Ungu 241120

4.44 WIB