ninik kusmiarti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
KENANGAN PILU TIRAI KASIH(TANTANGAN HARI KE 17)

KENANGAN PILU TIRAI KASIH(TANTANGAN HARI KE 17)

KENANGAN PILU TIRAI KASIH (TANTANGAN HARI KE 17)

Karya : Ninik Kusmiarti,S.Pd.I

Masih segar teringat dibenak ini , kisah dua puluh tiga tahun yang silam saat kau sakit muntah dan tak berhenti.

Tiada daya yang dapat kulakukan jangankan obat uangpun tak punya .

Rasa khawatir cemas dan was was yang begitu mencekam gemetar seluruh tubuh .

Dengan sisa tenaga yang ada sepulang dari pasar berdagang bumbu di emperan toko.

Yang punya toko memberi tempat di emperannya atau trotoar , yang kebetulan punya rasa simpati dan empati yang tinggi serta kasihan padaku , ku gendong putraku menyusuri gang menuju ke jalan raya .

Tak ku hiraukan lagi bajuku yang basah terkena muntahan dan kotorannya putraku yang sangat menyengat baunya karena deare .

Setelah sampai dijalan raya ku berhentikan angkot seraya berkata bang mohon mohon izin bolehkah saya naik angkot ini saya mau membawa putraku ke Pus Kes Mas tapi saya tidak punya uang, abang pengemudi angkot bilang ya silahkan mari saya anterin bu.

Kondisi putraku sudah lemas sekali , bersyukur abang pengemudinya sangat baik hati kami diturunkan tepat di depan Pus Kes Mas .

Dengan tergopoh gopoh segera kutemui perawat yang bertugas sore itu .

Putraku segera ditangani dokter kemudian diperiksa , dan mendapatkan obat . Alhamdulilaaah ku panjatkan putraku tidak dirawat , dengan pasrah lirih ku memohon , Dok, mohon maaf saya tidak punya uang untuk membayar semua ini , saya berdagang bumbu di Pasar inshaAloh besok seusai dagang kalau saya dapat rizki saya bayar pintaku memelas sambil ku tundukkan kepalaku dengan lesu namun penuh harap

Tak disangka dokter yang cantik itu menganggukkan kepala , ku lirik beliau sediih menahan air mata yang mau jatuh

Terima kasih Dok, saya mohon diri tak lupa ku jabat tangan bu Dokter sebelum aku pergi,.

Kembali ku gendong dalam dekapan erat pelukan penuh kehangatan kasih sayang yang tercurah , ku susuri jalan menuju lalu lalangnya angkot untuk pulang kembali , keberuntunganku selalu menyertaiku angkot inipun memberkan izin aku bersama putraku naik mobil angkotnya degan cuma cuma alias gratis ., ku berfikir inilah pertolongan Alloh , Alhamdulilaaah ya Alloh tak henti hentinya ku mengucap syukur pada-Nya

Dirumah ku tinggal putri cantikku yang ku titipkan tetangga , dia benar benar gadis cilik yang sholeha dia tidak merajuk tidak menangis , bahkan dia menjemput kami di pintu depan , sambil bertanya , mama kakak tidak apa apa kan ? tidak sayang sambil ku usap kepala dan kucium pipinya , sebentar ya sayang, mama mau gantiin baju kakak terus makan dan minum obat , putriku membalas dengan senyuman yang ikhlas manis sekali.

Esok harinya putraku sudah terlihat segar dan sehat , dengan menuntun putra dan putriku , aku berangkat ke Pasar mengais rizki. Bismilah.doa itu yang rutin ku amalkan untuk memulai segala kegiatan yang kulakukan.

Setelah kurasa cukup segera ku bergegas membayar biaya pengobatan putraku sebesar 10.000 rupiah, ku menunggu dokter yang kemarin menangani sakitnya putraku , Dok ini uang yang saya janjikan kemarin o ya bu begitu balasnya , dan ini bu dari saya umtuk putra putri ibu tolong diterima , sambil memberi amplop putih padaku , tapi aku menolaknya dengan halus dengan penuh rasa hormat , bu dokter itu memohon agar aku menerimanya .tolong ibu terima begitu pintanya.

Akhirnya ku terima dengan perasaan yang penuh haru senang sedih campur aduk jadi satu, tak kuasa air mata ini jatuh begitu deras di pipi.

Selang beberapa tahun kemudian putraku sudah lulus kuliah dan menjadi sarjana mendapatkan pekerjaan yang baik layak dan terhormat.

Namun putriku meninggal karena sakit aku sedih bukan kepalang namun ku harus tetap tegar ikhlas itu adalah takdir- Nya.

Aku bahagia bisa menyaksikan putraku sukses dan menikah , juga hidup dengan mapan , aku bangga.

Suatu siang aku mencoba kirim berita lewat WhatsApp dengan kata Nak test balas ya

aku senang sekali karena langsung dibaca dan dibalas , ada apaan sih ma ganggu saja aku lagi dikantor sibuk kerja .

Aku menyesal telah mengirim WhatsApp untuknya , pada hal putraku sudah lama tidak pulang menjengukku, aku berharap putra ku membalas WhatsApp ku dengan sopan nan lembut dan aku juga sangat berharap putraku mengirimkan uang untukku , yang memang aku tidak punya uang sama sekali tidak punya beras untuk dimasak .

Hatiku terasa perih bagai disayat sempilu mengapa ada tirai kasih mengapa ada jarak pemisah . Segera tersadar aku harus tetap tegar dan bangkit , karena sesungguhnya berharap hanyalah pada Allah semata , tidak berharap pada manusia walau itu pada putra kandungku sendiri . Apapun itu dia tetaplah putraku aku tetap menyayanginya tetap mendoakannya . Kasih sayang dan doa ku selalu menyertaimu .

Rose Diamond Pondok Ungu 180219 23.29 WIB

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Nangis Bunda aku membacanya

22 Feb
Balas

Trm kasih bunda

23 Feb

Wow, cerita yang bikin haru dan pilu. Sukses selalu dan barakallahu fiik

23 Feb
Balas

Ya bu Doktor aamiin trm kasih

24 Feb

Keren ceritanya, ingat jaman susah dulu,anak sakit suami sakit. Duit ga punya. Sedih merintih

23 Feb
Balas

Ya bunda Yaya, trm kasih bucan sdh berkunjung

23 Feb

Keren bun ceritanya

23 Feb
Balas

Trm kasih apresiasinya

24 Feb

Wah.. Cerpennya bagus, berbakat memgaduk aduk emosi, sayapun terbawa cerita, keren bu

23 Feb
Balas

Trm kasih pak Iqbal

23 Feb



search

New Post