Nining Suryaningsih

Guru Bahasa Inggris SMP di Bandung Barat ini tak pernah merasa bisa menulis, sampai akhirnya MediaGuru mendongkrak rasa percaya dirinya untuk menghasilkan karya...

Selengkapnya
Navigasi Web
Berhenti Berduaan atau Poligami Sekalian

Berhenti Berduaan atau Poligami Sekalian

"Ban mobil kempes," jawab Iwa saat ditelepon Ice, istrinya.

Ice lalu memutuskan naik angkutan umum. Sesampai di rumah dia tak bisa langsung istirahat. Putri mereka langsung memburu. Pembantu yang datang pagi dan pulang petang pun seperti tak lagi dibutuhkan. Istri Iwa memberi kode pada Mbak Ani agar dia pulang saja. Putri mereka itu memang tak lagi mau ditemani Ani kalau ibunya sudah datang dari kantor. Rutinitas sore sepulang kerja dilakoni Ice, istri Iwa, menyiapkan makan malam sebelum membersihkan badan, shalat Ashar, lalu menunggu kedatangan Iwa, suaminya.

Kali ini hati Ice tak menentu. Sudah dua jam berlalu sejak ia mendapat kabar dari Iwa kalau ban mobilnya kempes. Istrinya heran dengan lamanya waktu untuk menambal ban. Biasanya tak sampai setengah jam.

Waktu terus bergulir. Setengah jam menjelang adzab Maghrib datanglah mobil Iwa. Tapi ..., di samping suaminya ada orang lain, seorang perempuan. Mobil itu parkir di depan halaman. Sang perempuan tampak senang turun dari mobil. Ice tertegun. Ia tak menyangka suaminya pulang dengan seorang perempuan yang mencurigakan. Ya, dia memang rekan kerja suaminya. Namun mengapa mereka bisa bersama dalam satu mobil? Turun di rumahnya pula? Tak biasanya sang suami mau membawa perempuan lain selain istrimya, ibunya, atau saudara-saudara perempuannya. Ah, perasaan tak enak mulai menjalar di dada Ice. Ia bahkan tak mendengar suara putrinya merengek.

Saat Ice melihat Bu Pita mendekati pintu hendak memasuki rumahnya Ice lekas memasang wajah sumringah. Walau bagaimana pun Bu Pita adalah tamu yang harus dihormati. Iwa tampak sedikit gugup namun ia berusaha menutupi kegugupannya dengan mengatakan kalau Bu Pita hendak belajar sesuatu yang penting yang tak bisa dia tanyakan pada orang lain. Hanya Iwa yang dianggap bisa memuaskan kehausan ilmu yang sedang dicarinya. Walau dengan hati penuh tanda tanya Ice menyilakan tamunya untuk masuk dan duduk.

Sedetik kemudian si kecil mengajak Ice untuk main di luar rumah. Walau sudah diingatkan bahwa sebentar lagi waktu shalat Maghrib akan datang si kecil yang suka mengamuk itu tetap bersikeras. Baju Ice ditariknya. Ice pun mengalah. Sebenarnya Ice berharap Iwa mau menemani si kecil main di luar dan Bu Pita akan ditemani. Tak mungkin dia meninggalkan Bu Pita dan suami di rumah hanya berdua.

Dengan perasaan tak menentu Ice keluar rumah, menemani si kecil. Sesekali dia menjulurkan lehernya untuk melihat apa yang terjadi di ruang tamu. Tampak olehnya pemandangan yang tak biasa. Iwa dan Bu Pita tampak akrab mengobrol. Entah masalah apa yang dianggap Bu Pita hanya bisa diberi solusi oleh Iwa.

Setelah adzan Maghrib berkumandang Iwa pun shalat. Bu Pita tidak. Ice menyilakannya untuk shalat namun Bu Pita mengatakan ia sedang berhalangan. Tak lama Iwa keluar kamar lalu mengambil kunci mobil dan mengatakan kepada Ice bahwa dia akan mengantarkan Pita pulang sampai belokan tempat tukang ojek. Ice pun mengangguk terpaksa.

Satu jam berlalu. Belokan dekat tuang ojek itu biasanya hanya ditempuh dalam waktu 10 menit. Kalaupun dihitung dengan bolak balik, setengah jam mungkin cukup untuk Iwa kembali ke rumah. Ice tak tahu bahwa sebenarnya Iwa memutuskan mengantarkan Bu Pita ke tempat kosnya, dekat kantor, yang dua kali lipat jaraknya dari jarak rumah mereka ke tempat ojek.

Ice tak tahu bahwa Iwa menikmati kebersamaan dengan Bu Pita. Iwa merasa Bu Pita menganggapnya mampu memberinya ketenangan saat dilanda banyak tuntutan pekerjaan. Hanya Iwa yang konon mampu membuat Bu Pita tenang. Suasana itu mereka nikmati hingga berminggu-minggu.

Sampai suatu saat Ice mengajak suaminya berbicara. Ia meminta suaminya memilih menghentikan kegiatan diskusi dengan Bu Pita yang sering dilakukan berdua, atau menikahinya saja. Agama melarang laki-laki dan perempuan berduaan, di tempat sepi. Agama lebih mengizinkan poligami. Dan Ice siap dengan rasa sakit hati ketimbang melihat suaminya berada dalam kemaksiyatan. Iwa ternganga, tak menyangka Ice memberinya pilihan yang tak biasa ....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post