Sakit kurasa. Namun apa daya. Untuk mereka yang sedang dimabuk membaca, harus ada yang mau mengorbankan waktu dan tenaga. Siswa kita adalah generasi muda yang di pundaknya ada masa depan Indonesia.

Saat ada tantangan membuat buku kedua, hatiku berbunga-bunga. Rencanaku adalah membuat buku lanjutan dari buku pertama, Merana Karena Siswa. Atas anugerah-Nya buku itu laris manis hampir tak bersisa dalam kurun 9 bulan saja. Bahkan kini beberapa yang memesannya harus rela menunggu dikirimi cetakan kedua yang dirilis April ini.

Namun suatu ketika kabar mengejutkan tiba. Tak satu pun siswa bimbingan tantang membaca dari kelompokku yang mendapat undangan mengikuti Jambore Literasi di Provinsi. Sesak dada ini mendapati kenyataan tak sesuai impian yang sudah kami idamkan sepuluh bulan ke belakang.

Tiba-tiba bayangan semua pengalaman, suka duka, tawa dan canda saat kami menjalani program ini menguak satu per satu, menari-nari di kepala, seperti ingin ingin diingat kembali. Mereka tak mau pergi dari memori. Lantas muncul ide menuliskannya, dengan segala rasa, bahagia, kecewa, kadang marah, bahkan ada pasrah.

Kian hari memori itu kian mendesak untuk dibuka, untuk menjadi pengingat, sekaligus penyemangat. Bukan hanya itu. Inspirasi pun bisa jadi muncul tiba-tiba tanpa diminta lagi.

Lalu kukumpulkan seluruh ingatan. Kususun dalam kata dan kalimat bertautan. Tak lupa keberi foto belasan, agar membedakan dengan buku sebelumnya. Sebagai tambahan, foto yang disisipkan juga lebih memudahkan pembaca memvisualkan apa yang kami lakukan dan kami dapatkan selama menjalankan program tantang baca, di luar program program GLS lainnya. Yang membeli buku cetaknya akan ternganga karena buku ini tampil berwarna. Hahaha ....

Untuk informasi dan pemesanan silakan hub no. 082240840940.