Nirma Fitriani

Seorang Ibu Rumah Tangga dengan satu anak, sekaligus guru Mapel IPA di SMPN 42 Batam. Berasal dari kota Bukittinggi. Pernah menempuh kuliah S1 di jurusan Biolog...

Selengkapnya
Navigasi Web

COACHING, PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DAN PSE (KONEKSI ANTAR MATERI)

Pada dua minggu ini saya mempelajari modul 2.3 mengenai Coaching Untuk Supervisi Akademik. Mulai dari diri dan dilanjutkan Eksplorasi Konsep secara mandiri mengenai coaching. Coaching adalah proses mengantarkan seseorang dari situasi dia saat ini ke situasi ideal yang diinginkan di masa depan.

Selanjutnya ada Ruang Kolaborasi, dimana kami para CGP dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melakukan praktik Coaching. Setelah itu dilanjutkan dengan Demonstrasi Kontekstual dimana kami para CGP mempraktikkan percakapan coaching secara triad (3 orang) yang terdiri dari 3 (tiga) siklus. Praktik percakapan ini menggunakan alur supervisi akademik untuk pengembangan kompetensi coaching. Pada bagian ini kami berperan sebagai observer, coach dan coachee secara bergantian.

Pelajaran yang saya ambil dan pahami tentang coaching antara lain bahwa coaching membutuhkan 4 keterampilan dasar yaitu :

Keterampilan membangun dasar proses coaching Keterampilan membangun hubungan baik Keterampilan berkomunikasi Keterampilan memfasilitasi pembelajaran

Coaching dilakukan melalui sebuah percakapan dengan menggunakan sebuah alur percakapan coaching yang akan membantu peran coach dalam membuat percakapan coaching menjadi efektif dan bermakna. Alur percakapannya disebut alur TIRTA. Alur percakapan coaching TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang membuat kita memiliki paradigma berpikir, prinsip dan keterampilan coaching untuk memfasilitasi rekan sejawat agar dapat belajar dari situasi yang dihadapi dan membuat keputusan-keputusan bijaksana secara mandiri. Melalui alur percakapan coaching TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan pendampingan baik kepada rekan sejawat maupun muridnya.

TIRTA dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tujuan Umum (Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Identifikasi (Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi). Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat). TAnggungjawab (Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk Langkah selanjutnya).

Seorang coach di sekolah, memiliki peran penting untuk menghadirkan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional di komunitasnya. Beberapa peran yang mungkin dapat dilakukan sebagai seorang coach adalah :

Membantu rekan guru dalam merancang strategi pembelajaran berdiferensiasi yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kemapuan beragam siswa di kelas. Berbagi ilmu dan berdiskusi dengan rekan guru mengenai teknik-teknik pembelajaran berdiferensiasi, seperti diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Membantu rekan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran yang mencakup aspek sosial dan emosional, seperti pengembangan keterampilan interpersonal, pemahaman emosi, dan peningkatan kesadaran diri. Melakukan observasi kelas untuk mengidentifikasi peluang dan tantangan dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi dan pengintegrasian aspek sosial dan emosional dalam pembelajaran. Berdasarkan observasi tersebut, saya dapat memberikan umpan balik kepada rekan guru berupa saran yang membangun untuk meningkatkan praktek pembelajaran mereka. Mendorong partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran berdiferensiasi dan membantu siswa dalam menciptakan lingkungan kelas dengan interaksi sosial yang positif dan pengembangan keterampilan sosial dan emosional siswa.

Di samping itu, keterampilan coaching memiliki hubungan yang erat dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran. Pemimpin pembelajaran adalah seseorang yang memiliki peran penting dalam mengarahkan dan memajukan proses pembelajaran di lingkungan Pendidikan, seperti kepala sekolah, koordinator pembelajaran atau administrator sekolah.

Pemimpin pembelajaran harus memiliki keterampilan berkomunikasi. Keterampilan coaching melibatkan kemampuan komunikasi yang baik, seperti mendengarkan aktif, memberikan umpan balik, dan bertanya pertanyaan yang mendalam. Sebagai pemimpin pembelajaran, kemampuan komunikasi yang efektif sangat penting dalam berinteraksi dengan staf pendidikan, guru, siswa, dan orang tua. Pemimpin perlu mendengarkan masukan, memberikan arahan, dan memfasilitasi dialog yang positif.

Pemimpin pembelajaran, harus mampu membantu guru meningkatkan keterampilan mengajar, memahami kebutuhan siswa, dan mengintegrasikan inovasi dalam pengajaran. Pemimpin pembelajaran, harus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi masalah dan tantangan dalam lingkungan pembelajaran, serta berkolaborasi dengan orang lain untuk mengembangkan solusi yang dapat meningkatkan hasil pembelajaran. Pemimpin pembelajaran, akan berfokus pada peningkatan kinerja guru, staf pendidikan, dan mungkin juga siswa untuk mencapai hasil pembelajaran yang lebih baik. Pemimpin pembelajaran berperan penting dalam membentuk budaya yang mendukung pembelajaran, inovasi, dan pengembangan profesional. Semua hal tersebut dapat dilakukan menggunakan pendekatan coaching.

Keterampilan coaching dapat menjadi alat yang kuat bagi pemimpin pembelajaran untuk mencapai tujuan mereka dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan pengembangan kompetensi staf pendidikan. Melalui pendekatan coaching, pemimpin dapat membantu individu dan tim mencapai potensi mereka yang penuh dan meningkatkan hasil pembelajaran di seluruh institusi pendidikan.

Setelah mengikuti rangkaian kegiatan pada LMS, mempelajari dan mempraktikkan coaching, saya merasa termotivasi untuk melakukan teknik coaching kepada murid ataupun rekan kerja. Coaching ini bertujuan untuk membantu mereka menemukan solusi dari permasalahannya melalui pengoptimalan potensi yang dimiliki dengan menerapkan 4 langkah coaching model TIRTA.

Selain itu saya memahami bahwa coaching perlu dipraktikkan oleh guru untuk memaksimalkan potensi murid dan juga guru dalam rangka menuntun dalam menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya. Saya merasa cukup menguasai teknik coaching setelah melakukan praktik, baik dalam ruang kolaborasi maupun dalam demonstrasi konstektual. Agar lebih terampil, coaching harus sering dipraktikkan kepada murid maupun kepada rekan guru.

Semoga ilmu yang luar biasa ini dapat saya terapkan di komunitas sekolah untuk mewujudkan cita-cita dari Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga tentang membentuk karakter dan nilai-nilai yang akan membantu menciptakan masyarakat yang lebih baik.

Semoga bermanfaat !

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post