328. Jika Cinta Tidak Bisa Pura - pura

Tagursiana 365#2/328/700

Menjadi seorang guru adalah pilihanku, cita-cita yang ku ucapkan pada saat kelas V di hadapan teman-teman sekelas dan Bapak Sarengat (alm) guru bahasa indonesiaku. Lahir dari kedua orang tua yang berprofesi sebagai guru, bergenetik guru, mengalir darah guru dalam tubuh, sehingga suka duka sebagai guru menjadi sesuatu yang tidak perlu di risaukan. Nikmati saja.

Profesi guru, salah satu profesi yang unik. Tidak bisa dibuat-buat dan berpura-pura bahagia menjalaninya. Menjadi guru berarti siap menjadi “siswa” selamanya. Belajar menyesuaikan dengan perkembangan pengetahuan yang dinamis dan terus terbarukan menjadi sebuah keharusan. Tidak perduli guru negeri maupun swasta lembaganya, baik guru negeri atau swasta statusnya. Namun, ketika rasa cinta dan rasa membutuhkan lebih menguasai langkah ini, status kepegawaian menjadi nomor sekian.

Berdiri didepan anak-anak, bersalaman, menatap matanya, menyiapkan sarana belajar, menyiapkan alat, materi dan bahan ajar, menentukan strategi belajar sebelum bertemu anak-anak di pagi hari menjadi sebuah rutinitas yang menggembirakan.

Tugas berat nan mulia menjadi sebuah hiburan, tantangan dan kesempatan, jika dilakukan dengan penuh keasadaran. Bagi sebagian guru, mengajar adalah sebuah hiburan, warna warni dunia pendidikan, keunikan peserta didik dan tuntutan profesinya menjadi sebuah tantangan dan kesempatan untuk mengembangkan diri, menjadi guru yang tidak sekadar mendidik namun menjadi teladan. Cinta adalah alasannya, semua karena cinta dan dilakukan dengan penuh cinta.

Sesekali jenuh, merasa bosan, sedikit mengeluh hanya sebuah selingan, sedikit kicauan sebatas melepas kepenatan. Jauh di dasar hati, rasa syukur mengalir, terucap berkali kali di bibir. Guru, bisa menjadi sebuah jalan dalam memeroleh bekal diri untuk kehidupan kelak setelah kehidupan dunia ini berkahir.

Selamat Hari Guru

Sekolah, 25 November 2022