Berbagi Pengalaman melalui Fiksi
Acara sagusabu membuat saya berpikir tentang beberapa pertanyaan. Saya mulai mengajukan sebuah pertanyaan untuk diri saya sendiri, “Buku apa yang ingin saya tulis satu bulan ke depan?” Maka, saya akan jawab buku yang simpel yaitu novelle. Pembicara menyampaikan bahwa novelet adalah sebuah novel mini berhalaman minimal 50.
Tidak hanya itu, saya kembali memikirkan pertanyaan kedua yaitu target pembaca. Siapakah yang akan membaca novelle tersebut? Dari awal saya sudah menentukan bahwa target pembaca novelle saya adalah siswa. Saya memilih mereka karena saya mengaja di MTs/ SMP. Karena itu, saya ingin berbagi pengalaman hidup dengan mereka. Bukan hanya pengalaman hidup saya tapi pengalaman hidup orang lain yang saya temui.
Banyak cerita yang terjadi maka saya tertarik untuk mengemasnya dalam sebuah fiksi. Tujuannya agar siswa dapat mengambil pelajaran dari cerita tersebut. Pernah saya mendengar bahwa tulisan akan menyatukan dua generasi yang berbeda. Lebih tepatnya, sastra akan menyatukan pemikiran dua generasi yang berbeda. Bukankah fiksi merupakan satu jenis sastra. Selanjutnya, saya melihat bahwa siswa lebih akrab dengan tulisan fiksi dibandingakan dengan nonfiksi. Untuk itu, saya ingin mengajar mereka dari sebuah cerita fiksi.
Dua jawaban telah terjawab. Kini tersisa pertanyaan terakhir, saya harus menjelaskan sebuah alasan, “Kenapa saya ingin menulis novelet?” Saya memilih novelle karena saya lebih menyukai kepenulisan bergendre fiksi dibandingkan dengan nonfiksi. Fiksi merupakan tulisan yang mengantarkan saya untuk berani menulis di sebuah majalah.
Melalui fiksi juga, saya mendapatkan sertifikat elektronik pertama (2015) menulis cerpen berjudul Fragmen di balik Pisang Goreng. Selanjutnya, berkat bantuan kakak ipar saya, alhamdulillah dua cerpen saya dimuat di majalah (Vespa Kala Senja dan Satu Cahaya Keimanan). Hal itu membuat saya semakin percaya diri untuk menulis. Pada akhirnya saya simpulkan bahwa, saya lebih mencintai fiksi dibandingkan nonfiksi. Fiksi membuat saya lebih bisa mengungkapkan kata-kata dibandingkan nonfiksi. Satu hal yang menjadi alasan terbesar saya yaitu saya ingin megikuti jejak bunda Asma Nadia menjadi penulis bergendre religi ditengah-tengah karya bergendre percintaan ala recehan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar