ADA APA DENGAN MEREKA HINGGA NONGKRONG DI PINGGIR JALAN
ADA APA DENGAN MEREKA HINGGA NONGKRONG DI PINGGIR JALAN
"Waah, wah, A, kok ada monyet di pinggir jalan. Tuh lucuuu! Awas, pelan-pelan A!" Saya mengingatkan suami yang mengendarai mobil agak pelan. Baru saja mobil lewat tanjakan yang agak panjang. Beberapa puluh meter ke depan terlihat kurang lebih ada sapuluh sampai dua belas monyet bergerombol di tengah jalan. Ada yang nyebrang jalan ada pula yang bertengger di jembatan kecil pinggir jalan. Lucunya lagi monyet tersebut terlihat diberi makanan oleh penduduk kampung sekitar.
Jalan mobil saat itu sedang sepi, hanya dua mobil kami yang melintas di daerah itu. Kawasan kampung yang masih jarang rumah, kawasan pegunungan dan kehutanan. Adapun tanah penduduk kebanyakan ditanami pepohonan kayu yang biasa disebut tanaman keras. Mobil suamiku melintasi gerombolan monyet hanya dengan berjalan pelan- pelan, sedangkan mobil Kakak terlihat di belakang berhenti dulu, dan bertanya pada penduduk setempat yang sedang memberi makan monyet.
Cerita punya cerita, ternyata monyet tersebut entah mengapa kata mereka sering datang ke perkampungan. Penduduk berinisiatip memberi makan monyet karena menyadari bahwa monyet- monyet hutan itu kekurangan makan. Demikian pula dengan saat ini yang sedang musim kemarau, boleh jadi makanan mereka di hutan kurang sekali bahkan tidak ada.
Sudah berpuluh tahun kami melintas di jalan mudik tiap tahun, tetapi baru kali pertama bertemu segerombolan monyet dari hutan belantara. Hal itu menandakan bahwa lingkungan alam sekitar khususnya kawasan hutan dan perkebunan sudah di ambang kerusakan. Panjangnya musim kemarau andai alam belum rusak belum tentu monyet berkeliaran ke luar hutan mencari makanan.
Ah, ngeri memang dengan alam sekarang. Terdengarlah informasi manusia diterkam harimau. Manusia ditelan ular. Manusia dimakan buaya. Dahulu, kejadian tersebut hanya ada di dalam dongeng, namun saat ini kejadian binatang buas memangsa manusia sudah jadi fakta mengerikan. Adakah gebrakan pemerintah atau pemda setempat, menyelesaikan masalah kerusakan lingkungan tersebut?
Rusaknya lingkungan akibat ulah manusia akan berdampak lebih hebat dibanding dengan rusak akibat bencana alam. Bencana alam banjir misalnya, binatang hutan akan masih bisa mencari makanan dari tanaman, hewan, atau pepohonan dari sisa-sisa banjir. Sebaliknya, apabila hutan digempur, pepohonan tak disisakan, mana tahan binatang hutan masih bisa mendapatkan makanan. Sungguh! Hal mengerikan.
Sebenarnya, sudah banyak dan terus-menerus upaya pemerintah dalam menangani masalah kerusakan lingkungan. Misalnya saja penghijauan di daerah pantai, pembentukan tanaman hutan kota, penghijauan di jalan raya, sekolah hijau atau sekolah adiwiyata, dan sebagainya. Begitu pun suplai bibit tanaman dari pemerintah untuk di desa-desa sering saya dengar. Program penghijauan ini hanya merupakan salah satu atau sebagian kecil sarana untuk menangani kerusakan dan keterbatasan makanan binatang di dalam hutan. Yang menjadi masalah, sejauh manakah penanganan dan penggijauan itu dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat?
Upaya minimal yang sejatinya dilakukan pemerintah dan masyarakat agar binatang hutan tak berkeliaran di permukiman penduduk, di antanya adalah sebagai berikut.
Satu, masyarakat bekerja sama dengan pemerintah nelaporkan kejadian hewan yang sering muncul di kawasan sekitar penduduk. Masyarakat seyogyanya prihatin terhadap monyet itu, misalnya, jangan di beri makan di tempat, tetapi diupayakan melalui makanan, mereka didiring kembali ke dalam hutan. Bila perlu, nenanam pohon pisang dan sejenisnya khusus tanaman makanan monyet.
Dua, bagi konglomerat dan pengusaha hutan diupayakan tidak menebang pohon hingga hutan menjadi gundul. Sebaliknya, pengusaha hutan berani menebang pohon seandainya sudah ada tanaman atau pohon pengganti.
Tiga, pemerintah bekerja sama dengan pemda dan pedesaan memberi pendidikan kepada masyarakat tentang lingkungan hidup, dampak, dan akibat dari kerusakan, serta bagaimana mengelola lahan hingga hijau dan produktif.
Upaya terakhir adalah sejatinya pemerintah bekerjasama dengan pemda atau masyarakat perdesaan saling melihat dan memperhatikan bagaimana menggunakan dan mengeksplorasi hutan yang sungguh-sungguh digunakan untuk kesejahteraan masyarakat. Masyarakat akan mengerti, memahami, dan merasa memiliki andai masyarakat peduli terhadap kawasan hutan dan sekitarnya. Masyarakat peduli lingkungan, siapa lagi kalau bukan kita. Bisa!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Itu di curug pelangi bukan bu ? Prihatin yah kalo hewan ( monyet ) terusir dari rumahnya. Moga segera ada program dari berbagai pihak untuk memperbaikinya
Di Garut Bu, daerah Bungbulang. Aamiin Ya Robbal Alamin
Sifat cinta lingkungan idealnya harus dibangun dari keluarga. Barakallah Bun.
Mantap! Terimakasih Pak! Masukan yang bagus.
Mantab penggambaran terhadap salah satu mahluq ciptaan Allah, Barokallah
Alhamdulillah, mtr nuwun Pak Guru!
Mantap....tulisan yang bagus
Alhamdulillah, trimakasih Bu!